c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;
e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara
Nasional Indonesia; g. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di Pusat maupun
di Daerah mengenai hasil pemilihan umum.
7. Perluasan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara
Dalam kaitannya dengan Keputusan Tata Usaha Negara yang dianggap termasuk dalam Keputusan Tata Usaha Negara adalah
apabila BadanPejabat Tata Usaha Negara dalam hal : a. BadanPejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
Keputusan, padahal itu menjadi kewajibannya; b. BadanPejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
Keputusan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan;
c. Peraturan perundang-undangan tidak menentukan jangka waktu, setelah 4 empat bulan sejak permohonan itu diterima.
C. Kedudukan, Susunan dan Wewenang Peradilan Tata Usaha NegaraPeradilan Administrasi
Negara
1. Kedudukan Pengadilan TUN
Peradilan TUN berkedudukan sebagai salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman dan merupakan lingkungan Peradilan yang
berdiri sendiri terpisah dari peradilan Umum, Militer dan Agama. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 10 Undang-Undang No.
14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman , yang pada akhirnya berpuncak pada Mahkamah Agung.
2. Susunan Pengadilan TUN
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 7 jo Pasal 8 susunan Peradilan TUN adalah sebagai berikut:
a. Pengadilan Tata Usaha Negara, yang merupakan Pengadilan tingkat pertama;
b. Pengadilan Tinggi TUN, yang merupakan Pengadilan tingkat banding.
3. Wewenang Peradilan TUN
a. Peradilan TUN mempunyai wewenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara, hal ini
sebagaimana diatur di dalam Pasal 47 UU No.5 Tahun 1986; b. Dalam suatu hal Badan atau Pejabat TUN diberi wewenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa TUN tersebut
harus diselesaikan melalui upaya administratif. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 48 ayat 1 UU No.5 Tahun
1986. Upaya administratif adalah prosedur yang dapat dilakukan oleh seorang atau Badan Hukum Perdata apabila
ia tidak puas terhadap keputusan TUN. Kewenangan tersebut
muncul apabila seluruh upaya administratif telah dipergunakan.
c. Ketidakwenangan Pengadilan TUN. Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa TUN tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan:
1 Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau luar biasa yang membahayakan, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2 Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum ber-
dasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan atau
kepentingan pembangunan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Gugatan 1 Alasan gugatan
a Keputusan badanPejabat TUN bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang
bersifat formal, prosedur maupun materiil dan yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat yang berwenang;
b Badan atau pejabat TUN dengan Keputusannya menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari pada
wewenang yang diberikan detournement de pouvoir; c Badan atau Pejabat TUN mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan keputusan secara tidak patut willekeur.
2 Isi gugatan
Seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Badan Pejabat TUN
dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Peradilan TUN yang berisi tuntutan agar Keputusan tersebut :
a Dinyatakan batal atau tidak sah Tuntutan Pokok; b Dengan atau tanpa disertai ganti rugi, rehabilitas khusus
sengketa kepegawaian maupun kompensasi Tuntutan Tambahan.
D. Upaya Hukum