B. Perbuatan Pemerintah yang Bersifat Hukum Publik
Perbuatan pemerintah yang bersifat hukum publik dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Perbuatan hukum publik yang bersegi dua, dan 2. Perbuatan hukum publik yang bersegi satu.
Perbuatan hukum publik yang bersegi dua yaitu perbuatan yang dilakukan oleh penyelenggara negara atau pemerintah di dalam
mengadakan hubungan hukum dengan subyek hukum lainnya. Perbuatan hukum publik yang bersegi satu yaitu perbuatan yang
diadakan oleh alat-alat kelengkapan negara atau pemerintah menurut suatu wewenang istimewa, diberi nama beschikking atau disebut
juga penetapan atau perbuatan penetapan beschikking handeling.
Ketetapan itu dibuat dengan maksud untuk menyelenggarakan hubungan-hubungan hukum, baik dalam lingkungan alat negara
staatsorgaan yang membuatnya ketetapan-ketetapan intern interne beschikking maupun menyelenggarakan hubungan-
hubungan antara alat negara yang membuatnya dengan seorang partikelir atau badan privat atau antara dua atau lebih alat negara
atau ketetapan ketetapan eksteren externe beschikking.
Perbuatan pemerintah bestuursdaad yang dibicarakan hanyalah perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dibuat dengan
maksud menyelenggarakan hubungan antara pemerintah dengan seorang partikelir atau badan swasta atau hubungan antara dua
atau lebih alat negara, yaitu ketetapan ekstern. Bagi praktek
administrasi negara maka ketetapan ekstern itu menjadi perbuatan administrasi negara yang terpenting.
C. Perbuatan Pemerintah yang Bersifat Hukum Privat
Pembagian antara perbuatan hukum publik dan perbuatan hukum privat bukanlah pembagian yang absolut, karena sering juga
administrasi negara mengadakan hubungan hukum dengan subyek hukum lain berdasarkan hukum privat. Misalnya, administrasi negara
menyewa atau menyewakan ruangan Pasal 1548 KUHPerdata, menjual tanah menurut Pasal 1547 KUHPerdata atau mengadakan
perjanjian kerja dengan pelayanan rumah atau kantor berdasarkan Titel 7 dan 7A Buku III KUHPerdata. Dalam mengadakan
perbuatan-perbuatan tersebut maka administrasi negara dapat menggunakan hukum privat dalam menjalankan tugasnya, yaitu
melakukan perbuatan-perbuatan menurut hukum privat. Untuk lebih jelasnya tentang Perbuatan Pemerintah dapat dilihat
dalam gambar di bawah ini.
Gambar : Bagan Perbuatan Pemerintah
29
Perbuatan Pemerintah
Perbuatan Hukum Perbuatan Bukan Hukum
Perbuatan Hukum Private Perbuatan Hukum Publik
Perbuatan Hukum Publik Bersegi Dua
Perbuatan Hukum Publik Bersegi Satu
Ketetapan Intern Ketetapan Ekstern
Perbuatan Pemerintah
Perbuatan Hukum Perbuatan Bukan Hukum
Perbuatan Hukum Private Perbuatan Hukum Publik
Perbuatan Hukum Publik Bersegi Dua
Perbuatan Hukum Publik Bersegi Satu
Ketetapan Intern Ketetapan Ekstern
29
Gambar diadop dari M. Nata Saputra, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali, 1988, h. 48
D. Freies Ermessen atau Diskresi
Tujuan negara Indonesia adalah mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur, untuk mewujudkan tujuan dimaksud telah
diupayakan berbagai program pembangunan nasional. Program pembangunan nasional tersebut diselenggarakan melalui berbagai
tahapan-tahapan dan dilakukan oleh Pejabat Administrasi Negara melalui tugas pokok dan fungsi yang melekat padanya.
Pejabat administrasi negara di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut tidak terlepas dari peraturan perundangan
yang mengaturnya. Namun demikian di dalam masyarakat banyak permasalahan-permasalahan yang timbul, di mana permasalahan-
permasalahan tersebut belum terakomodasi atau diatur ke dalam peraturan perundang-undangan yang ada, di lain pihak permasalahan
tersebut harus segera diatasi oleh Pejabat administrasi negara, karena kalau tidak diatasi akibat yang ditimbulkan akan semakin parah.
Dalam rangka mengisi kekosongan hukum, maka pejabat administrasi negara diberikan keleluasaan oleh hukum administrasi untuk
mengeluarkan suatu kebijakan atau lebih dikenal dengan istilah freies ermessenpouvoir discretionnaire.
Istilah Freies Ermessen berasal dari bahasa Jerman dan terdiri dari dua kata yaitu frei dan ermessen. Frei artinya bebas, lepas,
tidak terikat dan merdeka, jadi Freies artinya orang yang bebas, tidak terikat dan merdeka. Sedangkan Ermessen artinya memper-
timbangkan sesuatu. Istilah freies ermessen juga sepadan dengan kata discretionnaire, yang artinya kebijaksanaan.
Pengertian Freies Ermessen sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ahli hukum adalah sebagai berikut :
1. Prajudi Atmosudirdjo mengatakan :...asas diskresi discretie; freies ermessen artinya pejabat penguasa tidak boleh menolak mengambil
keputusan dengan alasan tidak ada peraturannya, dan oleh karena itu diberi kekuasaan untuk mengambil keputusan menurut pandangan
sendiri asal tidak melanggar asas yuridiktas dan asas legalitas.
30
2. Sjachran Basah mengatakan bahwa: ...dimungkinkan oleh hukum agar bertindak atas inisiatif sendiri terutama dalam penyelesaian
persoalan-persoalan yang penting yang timbul secara tiba-tiba. Pada bagain lain Sjachran Basah mengatakan juga bahwa Freies
Ermessen diartikan sebagai kebebasan bertindak dalam batas- batas tertentu, atau keleluasan dalam dalam menentukan
kebijakan-kebijakan melalui sikap tindak administrasi negara yang harus dapat dipertanggungjawabkan.
31
3. Nana Saputra mengemukakan bahwa Freies Ermessen adalah suatu kebebasan yang diberikan kepada alat administrasi, yaitu kebebasan
yang pada asasnya memperkenankan alat administrasi negara mengutamakan keefektifan tercapainya suatu tujuan doelmatigheid
dari pada berpegang teguh kepada ketentuan hukum.
32
4. Laica Marzuki mengatakan bahwa freies ermessen adalah merupakan kebebasan yang diberikan kepada tata usaha Negara
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, sejalan dengan meningkatnya tuntutan pelayanan publik yang harus diberikan
tata usaha negara terhadap kehidupan sosial ekonomi para warga yang kian komplek.
33
5. SF. Marbun mengatakan bahwa Freies Ermessen adalah wewenang yang diberikan kepada Pemerintah untuk mengambil
tindakan guna menyelesaikan suatu masalah penting yang mendesak, yang datang secara tiba-tiba di mana belum ada peraturannya.
34
30
Saut P Panjaitan, Makna dan Peranan Freies Ermessen Dalam Hukum Administrasi Negara , dalam buku Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Penyunting
SF. Marbun dkk, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm.108.
31
Ibid.
32
Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII Press, 2002, h. 133
33
Ibid.
34
SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif Di Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1997, h.12
Pejabat Administrasi Negara walaupun diberikan keleluasaan atau kebebasan di dalam melaksanakan tugasnya walaupun peraturan
perundang-undangannya belum ada, tetapi tidak boleh sewenang- wenang atau tanpa batas, karena freies ermessen itu sendiri harus
dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum.
Tolok ukur dipergunakan freies ermessen oleh pejabat Administrasi
Negara adalah : 1. Adanya kebebasan atau keleluasaan Administrasi Negara untuk
bertindak atas inisiatif sendiri; 2. Untuk menyelesaikan persolanan-persoalan yang mendesak yang
belum ada aturannya untuk itu; 3. Harus dapat dipertanggungjawabkan.
Freies Ermessen ini muncul sebagai alternatif untuk mengisi kekurangan dan kelemahan di dalam penerapan asas legalitas
wetmatidheid van bestuur. Namun demikian di dalam pelaksanaan Freies Ermessen juga merupakan suatu kebijakan dari pejabat
Administrasi Negara oleh karena itu tidak boleh dibuat secara sewenang-wenang, sehingga tidak menjadi sengketa tata usaha
negara.
E. Latihan