3. Ketetapan MPR
Ketetapan Majelis Permusyawatan Rakyat Republik Indonesia adalah merupakan keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat. Di dalam UUD
1945 tidak secara tegas menentukan adanya Tap MPR sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Bentuk Tap
MPR dan sifatnya sebagai peraturan perundang-undangan tumbuh sebagai praktek ketatanegaraan mulai tahun 1960.
Baru pada tahun 1966 berdasarkan Tap MPRS No.XXMPRS 1966, Tap MPR dijadikan sebagai salah satu bentuk peraturan
perundang-undangan, sebagaimana ditegaskan dalam Tap MPRS No.XXMPRS1966 bahwa Tap MPR sebagai salah satu jenis
peraturan perundang-undangan. Perlu dikemukakan bahwa dalam pengambilan keputusan-
keputusannya, MPR mewadahi dalam dua jenis keputusan yaitu bersifat Ketetapan MPR dan Keputusan MPR. Yang dimaksud
dengan Ketetapan MPR adalah Keputusan Majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke luar MPR dan ke
dalam MPR, sedangkan yang dimaksud dengan Keputusan MPR adalah Keputusan Majelis yang mempunyai kekuatan
hukum mengikat ke dalam saja. Walaupun kedua keputusan MPR itu dibuat dan dikeluarkan oleh MPR, akan tetapi hanya Ketetapan
MPR yang mempunyai arti penting dalam bidang hukum peraturan perundang-undangan.
Dilihat dari segi materi muatannya Ketetapan MPR dapat dibedakan menjadi:
a. Ketetapan MPR yang materi muatannya memenuhi unsur- unsur peraturan perundang-undangan;
b. Ketetapan MPR yang materi muatannya bersifat penetapan administrasi beschiking;
c. Ketetapan MPR yang materi muatannya bersifat perencanaan; d. Ketetapan MPR yang materi muatannya bersifat pedoman.
4. Undang-Undang Dalam UUD 1945 pasal 5 ayat 1 setelah diamandemen
disebutkan bahwa Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-Undang kepada DPR. Lebih lanjut dalam pasal 20
UUD 1945 disebutkan bahwa: a. DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang
Ayat 1; b. Setiap rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama Ayat 2 ; c. Jika rancangan Undang-Undang itu tidak mendapat per-
setujuan bersama, rancangan Undang-Undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu Ayat 3;
d. Presiden memegang rancangan Undang-Undang yang disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang Ayat 4;
e. Dalam hal rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu
tiga puluh 30 hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan Undang-Undang tersebut sah
menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan Ayat 5. Pada pasal 21 disebutkan bahwa anggota DPR berhak
mengajukan usul rancangan Undang-Undang. Undang-Undang merupakan bentuk peraturan perundang-undangan yang paling
luas jangkauan materi muatannya, dapatlah dikatakan tidak ada 24
lapangan kehidupan dan kegiatan kenegaraan, pemerintahan, masyarakat dan individu yang tidak dapat dijangkau untuk diatur
oleh Undang-Undang. Bidang yang tidak dapat diatur oleh Undang-Undang hanyalah hal-hal yang sudah diatur oleh UUD
atau Tap MPR, atau sesuatu yang oleh Undang-Undang itu sendiri telah didelegasikan pada bentuk peraturan perundang-
undangan lain. Tetapi tidak berarti bahwa materi muatan yang diatur oleh UUD 1945 dan Tap MPR tidak dapat menjadi materi
muatan Undang-Undang. Undang-Undang tetap dapat mengatur bagian atau wujud tertentu dari materi muatan UUD atau Tap
MPR. Hal ini nampak pada Undang-Undang organik yang pada dasarnya merupakan materi muatan UUD, tetapi karena sifatnya
yang rinci maka diserahkan kepada Undang-Undang untuk mengatur.
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang PERPU