16 suatu negara di mana segala tindakan atau perbuatan penyelenggara
negara atau pemerintah harus didasarkan kepada hukum. Sebagai negara hukum, maka negara di dalam menjalankan
kekuasaannya harus memperhatikan unsur-unsur dari negara hukum, yaitu:
1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia grondrechten; 2. Adanya pembagian kekuasaan scheiding van machten;
3. Pemerintahan haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum wet matigheid van het bestuur;
4. Adanya peradilan administrasi administrasi rechspraak.
BAB III INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM
Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu menjelaskan pengertian Indonesia sebagai negara hukum.
A. Indonesia sebagai Negara Hukum
Berbagai pernyataan yang mencerminkan Indonesia sebagai negara hukum antara lain:
1. UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 setelah diamandemen pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa Negara
Indonesia adalah negara hukum; 2. Bab X Pasal 27 ayat 1 yang menyatakan segala warga Negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya; 3. Dalam sumpahjanji PresidenWakil Presiden, terdapat kata-kata
“memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang-Undang dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya”; 4. Pasal 28 ayat 5 “ Untuk penegakkan dan melindungi hak asasi
manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan;
5. Pasal 28 “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara; 6. Dalam penjelasan UUD 1945 yang sekarang sudah dihapus tentang
Sistem Pememerintahan Negara, tapi maknanya masih dapat dipakai yaitu: Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
Rechtsstaat, tidak berdasarkan kekuasaan belaka Machtsstaat, dan Pemerintah berdasarkan sistem konstitusi hukum dasar tidak
bersifat absolutisme kekuasaan yang tidak terbatas; 7. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan disebutkan “Sebagai Negara yang mendasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum”.
Negara berdasarkan atas hukum ditandai oleh beberapa asas, antara lain asas bahwa semua perbuatan atau tindakan pemerintahan atau
negara harus didasarkan pada ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu
dilakukan. Campur tangan atas hak dan kebebasan seseorang atau kelompok masyarakat hanya dapat dilakukan berdasarkan aturan-
aturan hukum tertentu. Asas ini lazim disebut asas legalitas legaliteitsbeginsel. Untuk memungkinkan kepastian perwujudan
asas legalitas ini, harus dibuat berbagai peraturan hukum antara lain peraturan perundang-undangan. Selain salah satu asas yang
telah disebutkan di atas Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan bahwa asas-asas pokok negara hukum ada tiga, yakni:
1. Asas monopoli paksa Zwangmonopoli; 2. Asas persetujuan rakyat;
3. Asas persekutuan hukum rechtsgemeenschap.
11
Asas monopoli paksa berarti, bahwa: monopoli penggunaan kekuasaan negara dan monopoli penggunaan paksaan untuk
membuat orang menaati apa yang menjadi keputusan penguasa
negara hanya berada di tangan pejabat penguasa negara yang
berwenang dan berwajib untuk itu. Jadi siapapun yang lain dari yang
berwenangberwajib dilarang, artinya barang siapa melakukan
penggunaan kekuasaan negara dan menggunakan paksaan tanpa wewenang sebagaimana dimaksud di atas disebut ‘main hakim
sendiri’. Asas persetujuan Rakyat berarti, bahwa orang warga masyarakat
hanya wajib tunduk, dan dapat dipaksa untuk tunduk, kepada peraturan yang dicipta secara sah dengan persetujuan langsung
Undang-Undang formal atau tidak langsung legislasi delegatif, peraturan atas kuasa Undang-Undang dari DPR. Jadi bilamana
ada peraturan misalnya: mengadakan pungutan pembayaran atau “sumbangan wajib” yang tidak diperintahkan atau dikuasakan oleh
Undang-Undang, maka peraturan itu tidak sah, dan Hakim Pengadilan wajib membebaskan setiap orang yang dituntut oleh
karena tidak mau menaatinya, dan bilamana Pejabat memaksakan peraturan tersebut, maka dia dapat di tuntut sebagai penyalahgunaan
kekuasaan negara, minimal digugat sebagai perkara “perbuatan penguasa yang melawan hukum”.
Asas persekutuan hukum berarti, bahwa: Rakyat dan penguasa negara bersama-sama merupakan suatu persekutuan hukum
rechtsgemeenschap, legal partnership, sehingga para Pejabat Penguasa Negara di dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya,
serta di dalam menggunakan kekuasaan negara mereka tunduk kepada hukum sama dengan Rakyatwarga masyarakat. Berarti
11
Prajudi Atmosudirdjo, op. cit., h. 22
baik para pejabat penguasa negara maupun para warga masyarakat berada di bawah dan tunduk kepada hukum Undang-Undang yang
sama. Negara berdasarkan atas hukum harus didasarkan atas hukum yang
baik dan adil. Hukum yang baik adalah hukum yang demokratis yang didasarkan atas kehendak rakyat sesuai dengan kesadaran
hukum rakyat, sedangkan hukum yang adil adalah hukum yang memenuhi maksud dan tujuan setiap hukum, yakni keadilan. Hukum
yang baik dan adil perlu di kedepankan, utamanya guna melegitimasi kepentingan tertentu, baik kepentingan penguasa, kelompok maupun
rakyat. Hukum adakalanya dijadikan alasan legalitas untuk melindungi kepentingan penguasa atau kelompok tertentu, sehingga
atas dasar legalitas tersebut kekuasaan dapat dilakukan secara sewenang-wenang. Oleh karena itu suatu negara yang menyatakan
diri sebagai negara hukum dapat dengan mudah menjadi negara yang diktator, karena walaupun negara tersebut berlaku hukum di
negara tersebut, namun hukum yang dibuat didasarkan kepada kepentingan penguasa.
B. Sumber-sumber Hukum