signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah 2002, yang mengemukakan bahwa salah satu hasil atau dampak positif dari proses belajar adalah terjadinya perubahan
ranah afektif. Secara umum sikap remaja setelah intervensi metode ceramah lebih baik dibandingkan sebelum intervensi. Hal ini disebabkan karena perubahan
pengetahuan dan tingkat pemahaman mereka tentang penyakit HIVAIDS. Dari hasil uji chi square juga menunjukkan bahwa nilai p = 0,004 0,05, maka dapat
disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara penceramah dengan sikap remaja tentang HIVAIDS.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu Muchtar 2011, menunjukkan bahwa intervensi dengan metode ceramah pada ibu balita gizi kurang
dan gizi buruk, terjadi peningkatan sikap baik dengan rerata nilai dari 10,73 menjadi 27,60 dibandingkan dengan metode lainnya. Penelitian Tarigan 2007 yang
mengemukakan bahwa metode ceramah berpengaruh terhadap peningkatan sikap tokoh masyarakat dalam pencegahan malaria di Kabupaten Karo.
5.3. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja
Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa metode ceramah sangat efektif diberikan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang HIVAIDS dengan nilai
rata-rata 9,55 meningkat menjadi 11,58 dengan p= 0,001. Demikian juga metode ceramah sangat efektif diberikan untuk merubah sikap remaja tentang HIVAIDS
dengan nilai rata-rata 32,34 menjadi 44,86 dengan nilai p= 0,001. Keadaan ini
Universitas Sumatera Utara
memberikan gambaran bahwa intervensi dengan metode ceramah sangat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap pada remaja.
Metode ceramah merupakan metode yang efektif dilakukan untuk pendekatan berkelompok seperti pada kelompok remaja yang berjumlah 43 orang dalam
penelitian ini, ceramah juga merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga remaja tidak saja hanya
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang berhubungan dengan suatu bidang, yaitu bidang kesehatan. Metode ceramah
merupakan cara yang paling umum digunakan untuk penyuluhan kesehatan berkelompok yang jumlah sasarannya lebih dari 15 orang untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah, di mana kunci keberhasilannya adalah apabila penceramah menguasai materi dan penggunaan alat bantu atau media penyuluhan
yang sesuai baik itu media cetak dan elektronik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Mulyana 2005, bahwa tingkat
keberhasilan penyampaian makna dari suatu pesan sangat dipengaruhi oleh metode yang tepat dalam penyampaian pesan tersebut. Sedangkan menurut Setiana 2005,
faktor metode adalah salah satu faktor terpenting dalam penyampaian pesan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara optimal.
Promosi kesehatan dengan metode ceramah merupakan suatu kegiatan yang dapat memengaruhi perubahan perilaku responden meliputi perubahan pengetahuan
dan sikap. Dengan diberikannya intervensi metode ceramah maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari yang semula tidak
Universitas Sumatera Utara
diketahui menjadi tahu, yang dahulu belum dimengerti sekarang mengerti. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir dari ceramah agar masyarakat dapat mengetahui,
menyikapi dan melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap maupun tindakan atau kombinasi dari ketiga komponen
tersebut Depkes RI, 2002. Pendidikan kesehatan melalui metode ceramah pada hakekatnya bukanlah
suatu kegiatan yang sederhana atau sekedar penyampaian pesan-pesan kepada remaja, tetapi yang sangat penting yaitu melalui proses pembelajaran diharapkan terjadinya
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap remaja tentang HIVAIDS, sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat menerapkan perilaku yang diharapkan sekaligus
menjadi agen-agen perubahan di masyarakat sehingga pada akhirnya dapat mencegah terjangkitnya penyakit HIVAIDS.
5.4. Hubungan Penceramah dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja