Konstribusi keterkaitan hubungan antara penceramah dengan tingkat pengetahuan remaja dari hasil uji chi square menunjukkan nilai p = 0,001 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara penceramah dengan tingkat pengetahuan remaja tentang HIVAIDS. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom dalam
Sopah 2001, yang menyatakan bahwa faktor utama yang memengaruhi pengetahuan salah satunya adalah kualitas pembelajaran yang dilakukan menyangkut
model atau metode yang digunakan, semakin baik metode yang digunakan semakin baik pengetahuannya. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode
yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah efektif untuk meningkatkan pengetahuan kepada remaja. Dimana remaja hanya mendengarkan apa
yang disampaikan oleh penceramah sambil memahami informasi yang telah diberikan sehingga informasi yang melalui beberapa indra dapat lebih efektif dipahami. Apalagi
ditunjang seluruh responden belum pernah mendapatkan ceramah tentang HIVAIDS, sehingga sangat menarik untuk diperhatikan oleh remaja.
5.2. Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah Intervensi Metode Ceramah
Sikap remaja dalam penelitian ini adalah respon atau tanggapan dari remaja tentang HIVAIDS yang didasarkan pada 15 lima belas indikator melalui
pernyataan dalam kuesioner.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi metode ceramah, pada kelompok perlakuan mayoritas remaja berada pada kategori sikap
cukup yaitu sebanyak 22 orang 51,2, remaja dengan kategori sikap baik yaitu sebanyak 17 orang 39,5, dan remaja dengan kategori sikap kurang yaitu sebanyak
4 orang 9,3. Sama halnya dengan kelompok kontrol mayoritas sikap remaja berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 24 orang 55,8, remaja dengan kategori
sikap baik yaitu sebanyak 16 orang 37,2 dan remaja dengan kategori sikap kurang yaitu sebanyak 3 orang 7,0. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2005,
bahwa setelah seseorang mengetahui objek atau stimulus, proses selanjutnya adalah memiliki atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Manifestasi sikap tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Aspek yang menentukan sikap secara utuh adalah pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi, mempunyai
peranan penting. Sesudah dilakukan intervensi dengan metode ceramah tentang HIVAIDS
kepada remaja pada kelompok perlakuan maka terjadi peningkatan sikap. Mayoritas remaja berada pada kategori sikap baik yaitu sebanyak 34 orang 79,1, remaja
dengan kategori sikap cukup sebanyak 8 orang 18,6, dan remaja dengan kategori sikap kurang yaitu sebanyak 1 orang 2,3. Berbeda dengan kelompok kontrol yang
tidak diberikan intervensi dengan metode ceramah cenderung sikap sebelum dan sesudah ceramah adalah sama yaitu berada pada kategori sikap cukup sebanyak 25
Universitas Sumatera Utara
orang 58,1, selebihnya remaja berada pada kategori dengan sikap baik 14 orang 9,3, dan sikap kurang sebanyak 4 orang 32,6. Keadaan ini menyampaikan
informasi kepada peneliti bahwa intervensi dengan metode ceramah efektif bukan hanya meningkatkan pengetahuan tetapi juga meningkatkan sikap remaja tentang
HIVAIDS. Selain itu peningkatan sikap remaja yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik tentang HIVAIDS. Sama hal dengan pendapat Soekanto yang
dikutip Musafaah 2007, bahwa sikap seseorang akan suatu masalah dipengaruhi oleh pengetahuan.
Menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, sesuai dengan salah satu strategi untuk memperoleh perubahan sikap adalah dengan pemberian informasi
untuk meningkatkan sikap sehingga menimbulkan kesadaran yang pada akhirnya orang itu akan memiliki sikap yang sesuai dengan pengetahuannya.
Dari hasil uji pair t-test juga menunjukkan remaja pada kelompok perlakuan terdapat perbedaan sikap remaja sebelum dan sesudah dilakukan intervensi metode
ceramah yang ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata nilai yaitu 32,34 sebelum dilakukan intervensi menjadi 44,86 sesudah dilakukan intervensi dengan nilai
p=0,001. Pada kelompok kontrol sedikit mengalami peningkatan yaitu dari 34,00 menjadi 35,48 dengan nilai p= 0,326 namun tidak terdapat perubahan sikap yang
signifikan karena nilai p= 0,05. Perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keyakinankepercayaan yang didapatkan dari hasil
penginderaan, salah satunya didapatkan pada pendidikan atau proses belajar. Sama halnya dengan pengetahuan, sikap remaja juga menunjukkan adanya perubahan yang
Universitas Sumatera Utara
signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah 2002, yang mengemukakan bahwa salah satu hasil atau dampak positif dari proses belajar adalah terjadinya perubahan
ranah afektif. Secara umum sikap remaja setelah intervensi metode ceramah lebih baik dibandingkan sebelum intervensi. Hal ini disebabkan karena perubahan
pengetahuan dan tingkat pemahaman mereka tentang penyakit HIVAIDS. Dari hasil uji chi square juga menunjukkan bahwa nilai p = 0,004 0,05, maka dapat
disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara penceramah dengan sikap remaja tentang HIVAIDS.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu Muchtar 2011, menunjukkan bahwa intervensi dengan metode ceramah pada ibu balita gizi kurang
dan gizi buruk, terjadi peningkatan sikap baik dengan rerata nilai dari 10,73 menjadi 27,60 dibandingkan dengan metode lainnya. Penelitian Tarigan 2007 yang
mengemukakan bahwa metode ceramah berpengaruh terhadap peningkatan sikap tokoh masyarakat dalam pencegahan malaria di Kabupaten Karo.
5.3. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja