2.3. Peran Komunikasi Kesehatan
Menurut Liliweri 2009, komunikasi kesehatan adalah studi yang mempelajari
bagaimana cara
menggunakan strategi
komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan
pengelolaan kesehatan. Komunikasi kesehatan merupakan kegunaan teknik komunikasi dan teknologi
komunikasi secara positif untuk memengaruhi individu, organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan mempromosikan kondisi yang kondusif atau yang
memungkinkan tumbuhnya kesehatan manusia dan lingkungan. Kegunaan itu termasuk beragam aktivitas seperti interaksi antara profesional kesehatan dengan para
pasien di Klinik, kampanye, media massa, dan penciptaan peristiwa. Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit,
promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat
dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika Liliweri, 2009.
2.4. Komunikasi Tatap Muka Forum Kelompok
2.4.1. Pengertian Komunikasi Tatap Muka Forum
Menurut Vardiansyah 2004 yang mengutip pendapat Goldberg dan Larson 1985, komunikasi tatap muka forum adalah suatu bidang studi, penelitian dan
terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada gejala-gejala komunikasi di
Universitas Sumatera Utara
dalam kelompok, tetapi pada tingkah laku individu dalam komunikasi kelompok
tatap muka yang kecil.
Komunikasi tatap muka forum bersifat langsung, terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur dimana para pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai
kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama, komunikasi ini kurang dipengaruhi emosi dan melibatkan pengaruh antar pribadi, umpan balik pesan
berlangsung cepat, adaptasi pesan bersifat khusus, serta lebih cenderung dilakukan secara sengaja dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung
jawab mereka masing-masing Vardiansyah, 2004. Komunikasi tatap muka forum merupakan komunikasi yang berlangsung
antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang kalau kelompok kecil berjumlah 4-20 orang, kelompok besar 20-50 orang
Liliweri, 2009. Komunikasi tatap muka forum pada dasarnya adalah aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi tatap muka ini bentuknya bermacam-macam,
mulai dari perbincangan, wawancara, ceramah, seminar, rapat, konseling, lokakarya, hingga pameran Vardiansyah, 2004.
2.4.2. Efek Komunikasi Tatap Muka Forum
Efek komunikasi kita artikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri
komunikan, yaitu kognitif seseorang menjadi tahu tentang sesuatu, afektif sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu dan konatif
tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu. Efek
Universitas Sumatera Utara
komunikasi dapat diukur dengan membandingkan antara pengetahuan, sikap dan tingkah laku sebelum dan sesudah komunikan menerima pesan Stuart, 1987 dalam
Vardiansyah, 2004. Karenanya efek adalah salah satu elemen komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang anda inginkan.
Menurut Vardiansyah, 2004 komunikasi efektif adalah sejauh mana motif komunikasi komunikator terwujud dalam diri komunikannya, apabila motif
komunikasi kita maknai sebagai tujuan komunikasi, maka dapat dinyatakan bahwa apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan komunikasi, maka dapat
dinyatakan bahwa komunikasi berlangsung efektif, apabila hasil yang didapatkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi berlangsung
sangat efektif, sebaliknya apabila hasil yang didapatkan lebih kecil daripada tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi tidak atau kurang efektif.
Menurut Huraerah dan Purwanto 2006 yang mengutip pendapat De vito 1983, ada enam faktor efektivitas komunikasi tatap muka forum, yaitu :
1 Leadership Kepemimpinan Kemampuan pembicara untuk memengaruhi pihak lain. Untuk dapat memengaruhi
orang lain, maka pada diri seseorang pembicara diperlukan adanya suatu kekuatan, kekuasaan power dan kredibilitas credibility agar dapat mengarahkan atau
memengaruhi orang lain pada pencapaian tujuan. Pada dasarnya dalam suatu komunikasi, komunikator telah disiapkan kekuatan serta kredibilitas sebagai seorang
pemimpin yang dapat digunakan untuk memengaruhi atau mengatur komunikannya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Liliweri 2009 yang mengutip pendapat De Vito, 1983 aspek kredibilitas komunikator meliputi :
a. Competence Kompetensi yaitu kemampuan komunikator yang diperlihatkan melalui kewenangan pangkat, jabatan, kepakaran atas suatu subjek yang
sedang diperbincangkan. b. Character Karakter, kebiasaan yang diperlihatkan oleh moral komunikator.
c. Intention Intensi, motif atau maksud yang mendorong komunikator mengatakan sesuatu.
d. Personality Personaliti, yakni perasaan kedekatan proximity antara komunikan dengan komunikator kesamaan psikologis, sosiologis,
antropologis sering memengaruhi rasa kedekatan antara komunikan dengan komunikator.
e. Dynamics Dinamis, yakni dinamika yang diperlihatkan oleh seorang komunikator.
2 Goals Tujuan Tujuan masyarakat yang menyebabkan komunikasi berlangsung. Tiap komunikasi
tatap muka forum pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut yang merupakan tujuan bersama, yang menjadi arah kegiatan bersama, karena tujuan ini
merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing. 3 Norms Norma
Aturan main yang ada sehingga komunikasi dapat berlangsung. Dalam komunikasi tatap muka forum akan terjadi perpindahan ide atau gagasan yang diubah menjadi
Universitas Sumatera Utara
simbol oleh seorang komunikator kepada komunikan. Norma disini adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu kelompok.
Pedoman ini sesuai dengan rumusan tingkah laku yang patut dilakukan dalam komunikasi tatap muka forum.
4 Roles Peran Peran yang dijalankan oleh individu-individu yang ada dalam melakukan
komunikasi. Peranan tersebut meliputi, pemecahan masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru, memelihara emosional diantara komunikan dan
komunikator, serta mengkoordinasi kegiatan yang menunjang demi tercapainya tujuan dalam komunikasi tatap muka forum.
5 Cohesiveness Keeratan Keeratan hubungan diantara anggota forum atau komunikan sangat perlu
dilakukan. Cara yang paling efektif adalah membentuk hubungan yang kooperatif diantara komunikator dan komunikan pada saat berkomunikasi.
Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota forum, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota forum,
meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota forum dan mengembangkan norma-norma yang menunjang ekspresi individu diantara
anggota forum. Sehingga terbina komunikasi efektif diantara komunikator kepada komunikannya.
Universitas Sumatera Utara
6 Outcomes Hasil Hasil penyelenggaraan komunikasi forum merupakan indikator yang baik untuk
mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan hasil yang dicapai, kita harus berhasil terlebih dahulu
menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik dalam seluruh proses komunikasi. Efektivitas komunikasi
ditentukan oleh kualitas pelakunya, yakni persepsi yang dihasilkan oleh suatu pihak terhadap pihak lainnya. Kualitas pelaku tersebut meliputi kredibilitas credibility dan
kekuasaan power. Kredibillitas merupakan suatu image atau gambaran audiens mengenai kepribadian komunikator. Seorang pendengar akan mendengarkan
komunikator yang dia nilai mempunyai tingkat kredibilitas tinggi. Menurut Liliweri 2009 yang mengutip pendapat De vito 1978, tiga tipe
kredibilitas, yaitu : a. Initial credibility, yakni inisial yang menunjukkan status atau posisi
seseorang, misalnya
jabatan, pangkat,
gelar-gelar akademik
atau kebangsawanan, dan lain-lain.
b. Derived credibility, yakni sesuatu yang mengesankan bagi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung, misalnya tentang kemampuan
intelektual, moral komunikator, tentang kompetensi hingga kemampuan untuk mengekspresikan kata-kata melalui bahasa isyarat non verbal
c. Terminal credibility, yakni hasil yang diperoleh akibat dua tipe kredibiltas terdahulu initial dan derived serta tingkat keterpengaruhan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Huraera dan Purwanto 2006 yang mengutip pendapat Iskandar 1990, power kekuasaan meliputi :
a. Legitimasi power, merupakan kekuatan yang sah dimiliki oleh seorang komunikator sebagai pemimpin, kepada komunikan untuk dapat memerintah
dirinya atau mengatur dirinya dalam bertingkah laku untuk mencapai tujuan berkomunikasi yang ingin dicapai.
b. Coercive power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh komunikator untuk mengontrol atau mengawasi komunikan, sejalan dengan proses pencapaian
tujuan. c. Reward power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh komunikator, yang
mana komunikator dapat memberikan penghargaan, pujian serta hadiah kepada komunikan. Hal ini dilakukan oleh komunikator karena komunikannya
telah berhasil menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pencapaian tujuan. d. Expert power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh seorang komunikator
yang karena keahliannya, dan atau pengetahuannya, komunikator diakui oleh orang lain, sehingga orang lain tersebut dapat dipengaruhi olehnya.
e. Referent power, suatu kekuatan yang dimiliki oleh seseorang dimana selalu digunakan sebagai tempat acuan seperti, pesona kharismatik, panutan, idola,
sehingga komunikator dianggap mempunyai kekuatan kepada komunikannya.
2.4.3. Teori Rogers Difusi Inovasi
Menurut Liliweri 2009 yang mengutip pendapat Rogers, difusi inovasi adalah proses penyebarluasan informasi atau material baru dari satu sumber kepada
Universitas Sumatera Utara
para penerima yang ada dalam suatu sistem sosial. Difusi inovasi merupakan model penyebarluasan gagasan atau material teknologi dengan mengetengahkan cara
penyebarluasan inovasi misalnya gagasan baru, pendekatan baru, dan strategi baru melalui saluran tertentu umumnya sistem sosial tradisional-moderen dalam suatu
waktu tertentu kepada sejumlah anggota masyarakat atau komunitas dalam suatu sistem sosial.
Teori difusi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker 1978 merupakan suatu landasan yang menekankan pentingnya saluran komunikasi dan
penyebarserapan ide-ide melalui peran agen-agen perubahan dalam lingkungan sosial. Secara relatif, tetangga, petugas kesehatan atau agen perubahan yang lain ikut
membantu menghasilkan perubahan perilaku dengan cara-cara tertentu, misalnya dengan cara meningkatkan kebutuhan akan perubahan, membangun hubungan
interpersonal yang diperlukan, rnengidentifikasi masalah-masalah dan penyebabnya, mendapatkan sasaran dan jalan keluar yang potensial serta memotivasi seseorang
supaya menerima dan memelihara aksi Liliweri, 2009. Asumsi dari suatu inovasi adalah adanya jenis-jenis gagasan tertentu yang
perlu diadopsikan kepada anggota-anggota dari suatu sistem sosial karena mereka sangat membutuhkan informasi tersebut dari para pemuka pendapat dalam sistem
sosial. Sedangkan karakteristik sukses inovasi terjadi kalau para anggota sistem sosial itu menerima inovasi tersebut Liliweri, 2009.
Menurut Effendy 2003 yang mengutip pendapat Rogers 1995, mengatakan bahwa saluran komunikasi seperti ceramah lebih efektif dalam pembentukan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan percobaan sikap terhadap ide baru dalam upaya memengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi atau menolak ide baru, sumber hubungan dari
saluran komunikasi dapat menambahkan informasi atau mengklarifikasi poin-poin dan mungkin mengatasi kendala psikologis dan sosial paparan yang selektif,
perhatian, persepsi, daya ingat , norma-norma kelompok serta nilai-nilai.
2.5. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,
sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan Depkes, 2005.
Promosi kesehatan dapat diartikan sebagai upaya menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual pesan-pesan kesehatan sehingga masyarakat menerima
atau membeli pesan-pesan kesehatan tersebut dan akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat Notoatmodjo, 2005.
Menurut Notoatmodjo 2005 yang mengutip pendapat Lawrence Green 1984 merumuskan definisi promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat
agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain, adanya promosi tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran Notoatmodjo, 2007.
2.6. Metode Promosi Kesehatan