Menurut Huraera dan Purwanto 2006 yang mengutip pendapat Iskandar 1990, power kekuasaan meliputi :
a. Legitimasi power, merupakan kekuatan yang sah dimiliki oleh seorang komunikator sebagai pemimpin, kepada komunikan untuk dapat memerintah
dirinya atau mengatur dirinya dalam bertingkah laku untuk mencapai tujuan berkomunikasi yang ingin dicapai.
b. Coercive power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh komunikator untuk mengontrol atau mengawasi komunikan, sejalan dengan proses pencapaian
tujuan. c. Reward power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh komunikator, yang
mana komunikator dapat memberikan penghargaan, pujian serta hadiah kepada komunikan. Hal ini dilakukan oleh komunikator karena komunikannya
telah berhasil menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pencapaian tujuan. d. Expert power, merupakan kekuatan yang dimiliki oleh seorang komunikator
yang karena keahliannya, dan atau pengetahuannya, komunikator diakui oleh orang lain, sehingga orang lain tersebut dapat dipengaruhi olehnya.
e. Referent power, suatu kekuatan yang dimiliki oleh seseorang dimana selalu digunakan sebagai tempat acuan seperti, pesona kharismatik, panutan, idola,
sehingga komunikator dianggap mempunyai kekuatan kepada komunikannya.
2.4.3. Teori Rogers Difusi Inovasi
Menurut Liliweri 2009 yang mengutip pendapat Rogers, difusi inovasi adalah proses penyebarluasan informasi atau material baru dari satu sumber kepada
Universitas Sumatera Utara
para penerima yang ada dalam suatu sistem sosial. Difusi inovasi merupakan model penyebarluasan gagasan atau material teknologi dengan mengetengahkan cara
penyebarluasan inovasi misalnya gagasan baru, pendekatan baru, dan strategi baru melalui saluran tertentu umumnya sistem sosial tradisional-moderen dalam suatu
waktu tertentu kepada sejumlah anggota masyarakat atau komunitas dalam suatu sistem sosial.
Teori difusi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers dan Shoemaker 1978 merupakan suatu landasan yang menekankan pentingnya saluran komunikasi dan
penyebarserapan ide-ide melalui peran agen-agen perubahan dalam lingkungan sosial. Secara relatif, tetangga, petugas kesehatan atau agen perubahan yang lain ikut
membantu menghasilkan perubahan perilaku dengan cara-cara tertentu, misalnya dengan cara meningkatkan kebutuhan akan perubahan, membangun hubungan
interpersonal yang diperlukan, rnengidentifikasi masalah-masalah dan penyebabnya, mendapatkan sasaran dan jalan keluar yang potensial serta memotivasi seseorang
supaya menerima dan memelihara aksi Liliweri, 2009. Asumsi dari suatu inovasi adalah adanya jenis-jenis gagasan tertentu yang
perlu diadopsikan kepada anggota-anggota dari suatu sistem sosial karena mereka sangat membutuhkan informasi tersebut dari para pemuka pendapat dalam sistem
sosial. Sedangkan karakteristik sukses inovasi terjadi kalau para anggota sistem sosial itu menerima inovasi tersebut Liliweri, 2009.
Menurut Effendy 2003 yang mengutip pendapat Rogers 1995, mengatakan bahwa saluran komunikasi seperti ceramah lebih efektif dalam pembentukan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan percobaan sikap terhadap ide baru dalam upaya memengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi atau menolak ide baru, sumber hubungan dari
saluran komunikasi dapat menambahkan informasi atau mengklarifikasi poin-poin dan mungkin mengatasi kendala psikologis dan sosial paparan yang selektif,
perhatian, persepsi, daya ingat , norma-norma kelompok serta nilai-nilai.
2.5. Promosi Kesehatan