Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi, mendorong, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat
agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain, adanya promosi tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
perilaku sasaran Notoatmodjo, 2007.
2.6. Metode Promosi Kesehatan
Di dalam suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi kesehatan yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya untuk menyampaikan pesan. Metode dan teknik promosi kesehatan,
adalah dengan cara apa yang digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku kesehatan
kepada sasaran atau masyarakat Notoatmodjo, 2007.
2.6.1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang paling sederhana dan paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran, minat sasaran, serta
pembicara lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan
tanggapannya Mardikanto, 1993. Nurlaili 2009 mengatakan bahwa metode ceramah adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan penjelasan lisan, metode
Universitas Sumatera Utara
ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Peranan ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan
oleh orang yang memberikan ceramah tersebut. Ceramah merupakan metode penyuluhan yang efektif pada kelompok sasaran
yang besar yaitu lebih dari 15 orang. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah Notoatmodjo, 2003.
Pengaruh besarnya jumlah sasaran dalam metode ini seringkali dengan menggunakan alat bantu yang berupa materi tertulis dan gambar terproyeksi untuk
menarik perhatian
dan memperjelas
materi yang
disampaikan. Waktu
penyelenggaraan ceramah juga harus dibatasi, maksimum 1-2 jam Mardikanto, 1993.
Menurut Lunandi 1993, beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi
yang kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi
kalau waktu yang tersedia sangat minim, maka metode inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu singkat. Selain keuntungan ada juga
kelemahan menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah pesan yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama.
Metode ceramah juga mempunyai keunggulan-keunggulan antara lain : cepat untuk menyampaikan informasi, informasi yang disampaikan bisa masuk pada
sasaran yang cukup besar, sangat cocok digunakan oleh pengajar yang bukan berasal
Universitas Sumatera Utara
dari kalangan kelompok sasaran. Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, metode ceramah juga memiliki kelemahan, dimana merupakan komunikasi satu arah
sehingga sasaran menjadi pasif untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat, pada metode ceramah tidak dapat diidentifikasi kebutuhan per individu, sasaran tidak
diberi kesempatan untuk berfikir dan berperilaku kreatif, sasaran mudah menjadi bosan jika waktu terlalu lama LP3I Unair, 2009.
Menurut Notoatmodjo 2007, ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri mempunyai persiapan dengan menguasai materi yang akan diceramahkan.
Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema,
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran makalah singkat, slide, transparan, sound sistem dan sebagainya.
Keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah harus mempunyai sikap dan
penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh peserta
ceramah, berdiri di depan dipertengahan dan tidak boleh duduk Notoatmodjo 2007.
2.7. Proses Adopsi Perilaku