diketahui menjadi tahu, yang dahulu belum dimengerti sekarang mengerti. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir dari ceramah agar masyarakat dapat mengetahui,
menyikapi dan melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap maupun tindakan atau kombinasi dari ketiga komponen
tersebut Depkes RI, 2002. Pendidikan kesehatan melalui metode ceramah pada hakekatnya bukanlah
suatu kegiatan yang sederhana atau sekedar penyampaian pesan-pesan kepada remaja, tetapi yang sangat penting yaitu melalui proses pembelajaran diharapkan terjadinya
peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap remaja tentang HIVAIDS, sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat menerapkan perilaku yang diharapkan sekaligus
menjadi agen-agen perubahan di masyarakat sehingga pada akhirnya dapat mencegah terjangkitnya penyakit HIVAIDS.
5.4. Hubungan Penceramah dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan hubungan antara penceramah dengan pengetahuan remaja tentang HIVAIDS dari hasil uji chi square
menunjukkan nilai p= 0,001 0,05. Demikian juga penceramah mempunyai hubungan dengan sikap remaja tentang HIVAIDS dengan nilai p= 0,004 0,005.
Keadaan ini memberikan gambaran bahwa penceramah mempunyai hubungan bagi peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap pada remaja.
Pada penelitian ini penceramahkomunikator merupakan konselor yang bekerja di Gerakan Sehat Masyarakat
Society’s Healthy Movement mengenai HAM dan
Universitas Sumatera Utara
HIVAIDS. Komunikator menguasai materi yang disampaikan, dengan memberikan materi secara lengkap dan berstruktur dan dapat menjelaskan topik bahasan dengan
jelas, dengan bahasa yang mudah dipahami oleh remaja, sehingga remaja mudah memahami topik yang diberikan. Terbukti mayoritas remaja memberikan penilaian
pada penceramah dengan kategori baik sebesar 81,4 dan meningkatkan pengetahuan remaja dengan kategori baik sebesar 76,3 serta sikap berada pada
kategori baik sebesar 81,6. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu Syarifudin 2002,
menunjukkan bahwa pengetahuan petani dalam berusaha tani padi di sawah ada korelasi yang positif dengan kredibilitas penceramah tentang pertanian, dan pesan
yang disampaikan oleh penceramah. Hal yang sama diungkapkan Wardani 2005, bahwa Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas
komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan peserta sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
komunikasi yang sedang berlangsung, dalam hal ini komunikator merupakan penceramah dan komunikan adalah remaja.
Dari hasil penelitian 46,5 remaja menilai penceramah mempresentasikan materi yang disampaikan dengan menarik. Seperti yang diungkapkan oleh Wardani
2005, keberhasilan penceramah dalam menyampaikan pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan
pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima. Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan
Universitas Sumatera Utara
pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.
Sistem penyampaian berkaitan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik penerima pesan, pada penelitian ini penceramah
dalam menyampaikan materi berbicara dengan kecepatan dan intonasi yang tepat dengan penilaian remaja sebesar 53,5 dan suara penceramah dapat di dengar jelas
dengan penilaian remaja sebesar 41,9. Sesuai dengan pernyataan Lestari dan Maliki 2003, ketepatan atau akurasi
menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur
atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap. Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebesar 53,5 remaja menilai
penceramah ekspresif gerakan tubuh, mimik wajah, perasaan, dll dalam menyampaikan materi, penceramah menggunakan respon lisan atau bahasa tubuh
yang mendorong peserta semakin bersemangat dinilai remaja sebesar 41,9, penceramah menggunakan bahasa yang sopan dengan penilaian remaja sebesar
46,5, penceramah bersikap tenang dan santai dalam menyampaikan materi dinilai
Universitas Sumatera Utara
remaja sebesar 46,5, penceramah berpenampilan bersih dan rapi dinilai oleh remaja sebesar 55,8.
Terbukti dari hasil penilaian remaja terhadap penceramah yaitu mayoritas menilai penceramah komunikator berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 35
orang 81,4, responden yang menilai komunikator dalam kategori cukup yaitu sebanyak 5 orang 11,6 dan responden yang menilai komunikator dalam kategori
kurang sebanyak 3 orang 7,0. Hal ini sejalan dengan teori difusi inovasi Rogers, 1983 yang menyatakan bahwa sebuah ide baru dapat diterima masyarakat bila
melibatkan berbagai sumber komunikasi yang berbeda. Pada Penelitian ini penceramah juga menggunakan materi dengan alat
bantumedia power point, LCD, sound system, juga disertai dengan video tentang HIVAIDS untuk mempermudah penyampaian materi ceramah sehingga remaja dapat
memahami dan mengingat topik bahasan dengan mudah. Seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo 2007, bahwa media promosi kesehatan adalah semua sarana atau
upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator melalui media elektronika, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuan dan sikap yang akhirnya dapat berubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan.
Pada penelitian ini ceramah dilakukan dengan teknik ceramah dimodifikasi dengan tanya jawab dengan berinteraksi kepada peserta sesudah penyampaian materi
sehingga peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya. Terbukti dari hasil penelitian penceramah memberikan kesempatan kepada peserta untuk
Universitas Sumatera Utara
bertanya, mayoritas remaja banyak menjawab sangat setuju sebanyak 22 orang 51,2. Sama halnya dengan yang dikemukakan Lestari dan Maliki 2003, bahwa
penceramah dikatakan berhasil apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan
yaitu antara penceramah dengan remaja. Pada saat ceramah berlangsung suasana kondusif tidak bisingtidak hujan
tidak ada petir yang menganggu pendengaran, faktor lain yang juga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap adalah suasana yang kondusif. Menurut Setiana
2005 proses belajar melalui ceramah akan lebih berhasil apabila tercipta suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Pada SMK Tritech Informatika
pelaksanaan intervensi metode ceramah berlangsung suasana yang sangat kondusif sehingga mendukung pelaksanaan ceramah dan remaja lebih termotivasi untuk
belajar. Menurut Mardikanto 1993 seseorang dapat mengikuti proses belajar dengan lebih baik apabila kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan sasaran dan
akan memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi sasaran tersebut. Hal tersebut di atas menyebabkan responden lebih termotivasi untuk belajar sehingga lebih meningkatkan
pengetahuan dan sikapnya. Hampir sebagian besar responden pada SMK Tritech Informatika menunjukkan minat dan perhatiannya terhadap penyampaian materi ini.
Hal ini terlihat banyaknya responden bertanya dengan semangat mengenai HIVAIDS.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN