20
Kriteria  angka  kecukupan  gizi  rata-rata  yang  dianjurkan  bagi  penduduk Indonesia dalam Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 yaitu :
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Berdasarkan Umur dan Jenis  Kelamin
Kelompok Umur Kecukupan Gizi
Energi kkal
Karbohidrat g
Protein g
Lemak g
Pria
19 – 29
2725 375
62 91
30 – 49
50 – 64
2625 2325
394 349
65 65
73 65
≥ 65
Wanita
1900 309
62 53
19 – 29
30 – 49
50 – 64
≥ 65 2250
2150 1900
1550 375
394 349
309 56
57 57
56 75
60 53
43
Sumber: Kementerian Kesehatan RI tahun 2013
2.5.1. Kaitan Pola Makan dengan Obesitas
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan  gizi.  Hal  ini  disebabkan  karena  kuantitas  dan  kualitas  makanan  dan
minuman  yang  dikonsusmsi  akan  mempengaruhi  asupan  gizi  sehingga  akan mempengaruhi  kesehatan  individu  dan  kesehatan  masyarakat.  Gizi  baik  dapat
membuat  berat  badan  normal  atau  sehat,  tubuh  tidak  mudah  terkena  penyakit infeksi,  produktivitas  kerja  meningkat  serta  terlindung  dari  penyakit  kronis  dan
kematian  dini.  Agar  tubuh  tetap  sehat  dan  terhindar  dari  penyakit  tidak  menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi
seimbang Kementerian Kesehatan RI, 2014. Perilaku makan menjadi penyebab timbulnya permasalahan obesitas. Tiga
hal yang ditekankan dalam perilaku makan seseorang, yaitu pengendalian makan,
Universitas Sumatera Utara
21
emosi  dan  rasa  lapar.  Pola  makan  yang  menjadi  pencetus  obesitas  adalah makan berlebihan  yaitu  mengkonsumsi  makanan  dalam  porsi  besar,  makanan  tinggi
energi,  tinggi  lemak,  tinggi  karbohidrat  sederhana  dan  rendah  serat.  Sementara perilaku makan yang salah ialah tindakan mengkonsumsi makanan dengan jumlah
yang  berlebihan  tanpa  diimbangi  dengan  pengeluaran  energi  yang  seimbang Sudargo et al., 2014.
Ketika seseorang makan secara berlebihan, zat gizi yang dikonsumsi akan diubah  menjadi  timbunan  lemak  dalam  tubuh.  Namun,  bila  seseorang
mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan maka proporsi tubuhnya selalu ideal Peters, 2002; Soegih, 1990 dalam Sudargo et al., 2014. Prinsip 13 Panduan
Umum  Gizi  Seimbang  PUGS  membebaskan  seseorang  untuk  mengkonsusmsi makanan  apapun  dalam  jumlah  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  tubuh.  Poin-poin
yang  terdapat  di  dalam  PUGS,  antara  lain,  makanlah  beraneka  ragam  makanan, makanlah  makanan  untuk  memenuhi  kebutuhan  energi,  makanlah  makanan
sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, serta batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Sudargo et al., 2014.
Kondisi  tersebut  menunjukkan  bahwa  manusia  pada  zaman  sekarang dituntut  untuk  lebih  bijaksana  dalam  mengkonsusmsi  makanan.  Manusia  tidak
dilarang  untuk  mengkonsumsi  makanan  atau  minuman  apapun  selama  masih dalam  jumlah  yang  tidak  berlebihan.  Namun,  konsumsi  makanan  dan  minuman
tersebut juga harus diimbangi dengan jumlah sayur dan buah sebagai sumber serat dalam jumlah yang cukup Sudargo et al., 2014.
Universitas Sumatera Utara
22
Sebuah penelitian yang dilakukan Silitonga pada tahun 2008 pada keluarga miskin  di  desa  Marindal  II  kecamatan  Patumbak  kabupaten  Deli  Serdang
diketahui  bahwa  88,68  responden  memiliki  susunan  makanan  kurang  lengkap yang  hanya  terdiri  dari  makanan  pokok, lauk  dan  sayuran.  Sementara  responden
dengan  susunan  makanan  tidak  lengkap  sebanyak  11,32  dimana  susunan makanan  hanya  terdiri  dari  makanan  pokok  dan  lauk  atau  makanan  pokok  dan
sayur.  Hal  ini  menyebabkan  kecenderungan  terjadinya  obesitas  lebih  tinggi dikarenakan  kelebihan  konsumsi  pada  salah  satu  sumber  zat  gizi  terutama
karbohidrat yang bersumber dari nasi Silitonga, 2008. Pada  penelitian  ini  juga  terlihat  bahwa  responden  dengan  tingkat
kegemukan  tingkat  berat  dan  normal  lebih  banyak  mempunyai  tingkat  konsumsi energi  kategori  sangat  tinggi.  Berbeda  dengan  responden  dengan  kegemukan
tingkat ringan, dimana mereka lebih banyak mempunyai tingkat konsumsi energi kategori  tinggi.  Dari  hasil  uji  statistik  diperoleh  p0,036  yang  berarti  ada
hubungan  yang  signifikan  antara  energi  yang  dikonsumsi  dengan  obesitas
Silitonga, 2008.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Marpaung  pada  tahun  2015  pada mahasiswa  Fakultas  Kesehatan  Masyarakat  Universitas  Sumatera  Utara  bahwa
dari  89  mahasiswa  dengan  jenis  makanan  lengkap  sebanyak  56  mahasiswa 62,9  memiliki  status  gizi  normal  dan  33  mahasiswa  37,1  memiliki  status
gizi  lebih.  Sedangkan  dari  19  mahasiswa  dengan  jenis  makanan  tidak  lengkap sebanyak  2  mahasiswa  10,6  normal  dan  17  mahasiswa  89,4  memiliki
Universitas Sumatera Utara
23
status  gizi  lebih.  Berdasarkan  uji  staistik  diketahui  bahwa  terdapat  hubungan antara jenis makanan dengan gizi lebih Marpaung, 2015.
Pada  penelitian  ini  menyebutkan  dari  64  mahasiswa  dengan  jumlah kecukupan energi pada kategori kurang sebanyak 35 mahasiswa 54,7 memiliki
status  gizi  normal  dan  29  mahasiswa  45,3  memiliki  stautus  gizi  lebih. Sedangkan dari 9 mahasiswa dengan kategori baik sebanyak 4 mahasiswa 44,4
normal  dan  5  mahasiswa  55,6 memiliki  status  gizi  lebih.  Pada  kategori  lebih terdapat 19 mahsiswa 54,2 untuk status gizi normal dan 9 mahasiswa 45,8
untuk  stautus  gizi  lebih.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik  diketahui  bahwa  tidak terdapat  hubungan  antara  kecukupan  energi  dengan  kejadian  gizi  lebih
Marpaung, 2015.
2.6. Pengukuran Pola Makan