51
4.4. Aktivitas Fisik Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa
Aktivitas  fisik  dikategorikan  menjadi  dua  yaitu  kurang  aktif  aktivitas sedang  dan  ringan  dan  aktivitas  aktif  aktivitas  berat.  Distribusi  frekuensi
aktivitas fisik dari 42 orang guru dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa
Kategori Aktivitas Fisik Frekuensi
Kurang Aktif 22
52,4 Aktif
20 47,6
Jumlah 42
100,0
Berdasarkan  tabel  4.13  sebagian  guru  berada  pada  kategori  aktivitas  fisik yang  kurang  aktif  52,4.  Hal  ini  dikarenakan  sebagian  guru  tidak  pernah
berolahraga. Aktivitas fisik yang banyak dilakukan oleh guru adalah mengajar di kelas, menonton tv dan mengobrol.
4.5. Status Obesitas Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa
Status obe sitas dikategorikan menjadi dua yaitu obesitas IMT ≥27,0 dan
tidak  obesitas  IMT  27,0.  Menurut  hasil  penelitian  distribusi  frekuensi  status obesitas dari 42 orang guru adalah sebagai berikut:
Tabel  4.11.  Distribusi  Frekuensi  Status  Obesitas  Guru  SMP  Negeri  3 Tanjung Morawa
Klasifikasi Frekuensi
Obesitas 26
61,9 Tidak Obesitas
16 38,1
Jumlah 42
100,0
Diketahui  dari  tabel  4.14    bahwa  sebagian  guru  mengalami  obesitas 61,9.  Dengan  demikian  sebagian  guru  memiliki  ketidakseimbangan  antara
tinggi  badan  dan  berat  badan  serta  timbunan  lemak  tubuh  yang  berlebih.  Jika
Universitas Sumatera Utara
52
dilihat  dari  pola  makan  guru,  lebih  banyak  guru  mengkonsumsi  makanan  tinggi kalori dan rendahnya aktivitas fisik guru.
Dilihat  berdasarkan  Indeks  Massa  Tubuh  IMT  guru  yaitu  guru  yang obesitas  sebanyak  26  orang  61,9,  gemuk  sebanyak  7  orang  16,7,  normal
sebanyak  7  orang  16,7,  Kurus  sebanyak  1  orang  2,4  dan  sangat  kurus sebanyak 1 orang 2,4.
Berdasarkan hasil penelitian dilihat juga distribusi frekuensi status obesitas berdasarkan  jenis  kelamin.  Distribusi  frekuensi  status  obesitas  berdasarkan  jenis
kelamin dari 42 orang guru adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12. Distribusi Status Obesitas Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Status Obesitas
Total Obesitas  Tidak Obesitas
n n
Perempuan 16
59,3 11
40,7 27
100,0 Laki-laki
10 66,7
5 33,3
15 100,0
Pada  tabel  4.15  dapat  diketahui  guru  yang  yang  mengalami  obesitas sebagian besar berjenis kelamin laki-laki 66,7. Hal ini dikarenakan permpuan
lebih  banyak  melakukan  aktivitas  fisik  memasak,  menyapu,  mengepel,  mencuci piring  dan  mencuci  pakaian  dari  pada  laki-laki  yang  jarang  melakukan  aktivitas
fisik.
4.6. Hubungan Pola Makan dengan Obesitas
Hubungan pola makan dengan obesitas dilihat berdasarkan jenis makanan, kecukupan energi kecukupan karbohidrat, kecukupan protein, kecukupan lemak,
dan frekuensi makan.
Universitas Sumatera Utara
53
4.6.1.Hubungan Jenis Makanan dengan Obesitas
Bedasarkan  hasil  penelitian  terdapat  hubungan  antara  jenis  makanan dengan obesitas. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13. Hubungan Jenis Makanan dengan Obesitas
Jenis Makanan Status Obesitas
Total p
RP 95 CI
Obesitas Tidak
Obesitas n
N
Tidak Beragam 25  71,4
10  28,6 35  100,0
0,008 5,000
0,805-31,065 Beragam
1  14,3 6  85,7
7  100,0
Berdasarkan  tabel  4.16  diketahui  bahwa  dari  35  orang  guru  dengan kategori  jenis  makanan  tidak  beragam  sebanyak  25  oarang  guru  71,4  yang
obesitas.  Sementara  berdasarkan  jenis  makanan  sebanyak  7  orang  guru  pada kategori  jenis  makan  beragam  sebanyak  1  orang  14,3  yang  obesitas.  Hal  ini
menunjukkan  bahwa  guru  yang  yang  mengkonsumsi  jenis  makanan  yang  tidak beragam  lebih  banyak  yang  mengalami  obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik
menggunakan uji fisher’s exact test diketahui p 0.05. Artinya, terdapat hubungan
antara jenis makanan dengan obesitas pada guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa. Pada penelitian ini didapat nilai p= 0,008.
Obesitas  pada  guru  yang  jenis  makanannya  tidak  beragam  dibandingkan dengan  jenis  makanan  beragam  memiliki  Ratio  Prevalence  RP  sebesar  5,000
dengan 95 CI 0,805-31,065. Hal ini berarti, jenis makanan yang tidak beragam belum dapat dikatakan secara pasti sebagai faktor risiko terjadinya obesitas sebab
nilai RP-nya terletak antara 0,805-31,065.
4.6.2.    Hubungan  Kecukupan  Gizi  Kecukupan  Energi,  Kecukupan  Protein, Kecukupan Karbohidrat, dan Kecukupan Lemak dengan Obesitas
Hasil  penelitian  menunjukkan  hubungan  antara  kecukupan  energi, karbohidrat,  dan  lemak  dengan  obesitas  namun  kecukupan  protein  tidak
berhubungan dengan obesitas. Pada tabel 4.14 menyebutkan bahwa dari 24 orang
Universitas Sumatera Utara
54
guru  dengan  kecukupan  energi  pada  kategori  lebih  sebanyak  22  orang  guru 91,7 obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi yang berlebih dan
tidak  sesuai  dengan  kebutuhan  tubuh  serta  tidak  adanya  pengeluaran  energi berlebih tersebut dari dalam tubuh dapat menyebabkan obesitas. Berdasarkan hasil
uji  statistik  menggunakan  uji  chi  square  diketahui  bahwa  terdapat  hubungan antara kecukupan energi dengan obesitas p= 0,001  0,05.
Obesitas  pada  guru  dengan  kecukupan  energi  lebih  dibandingkan  yang kecukupan energi baik memiliki Ratio Prevalence RP sebesar 4,125 dengan 95
CI  1,724-9,872.  Hal  ini  berarti,  kecukupan  energi  yang  berlebih  merupakan faktor risiko terjadinya obesitas. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel  4.14.  Hubungan  Kecukupan  Gizi  Kecukupan  Energi,  Kecukupan Protein,  Kecukupan  Karbohidrat,  dan  Kecukupan  Lemak
dengan Obesitas
Energi Status Obesitas
Total p
RP 95 CI
Obesitas Tidak
Obesitas n
n
Lebih 22
91,7 2
8,3 24  100,0
0,001 4,125
1,724-9,872 Baik
4 22,2
14 77,8
18  100,0 Kurang
Karbohidrat Status Obesitas
Total p
RP 95 CI
Obesitas Tidak
Obesitas n
n
Lebih 8  100,0
8  100,0 0,016
1,889 1,376-2,593
Baik 18
52,9 16
47,1 34  100,0
Kurang
Protein Status Obesitas
Total p
RP 95 CI
Obesitas Tidak
Obesitas n
n
Lebih 25
62,5 15
37,5 40  100,0
1,000 1,250
0,306-5,102 Baik
1 50,0
1 50,0
2  100,0 Kurang
Lemak Status Obesitas
Total p
RP 95 CI
Obesitas Tidak
Obesitas n
n
Lebih 20
76,9 6
23,1 26  100,0
0,021 2,051
1,053-3,995 Baik
6 37,5
10 62,5
16  100,0 Kurang
Universitas Sumatera Utara
55
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari 34 orang guru  dengan jumlah kecukupan  karbohidrat  pada  kategori  baik  terdapat  18  orang  guru  yang  obesitas
52,9. Hal ini dikarenakan karbohidrat merupakan salah satu suplai energi bagi tubuh  dan  jika  karbohidrat  berlebih  dapat  menyebabkan  obesitas.  Berdasarkan
hasil  uji  statistik  menggunakan  uji fisher’s  exact  test  diketahui  bahwa  terdapat
hubungan antara kecukupan karbohidrat dengan obesitas p=0,016  0,05. Obesitas  pada  guru  dengan  kecukupan  karbohidrat  lebih  dibandingkan
yang  kecukupan  karbohidrat  baik  memiliki  Ratio  Prevalence  RP  sebesar  1,889 dengan  95  CI  1,376-2,593.  Hal  ini  berarti,  kecukupan  karbohidrat  lebih
merupakan faktor risiko terjadinya obesitas. Dilihat  pada  tabel  4.14  dapat  diketahui  dari  2  orang  guru  dengan  jumlah
kecukupan  protein  pada  kategori  baik  sebanyak  1  orang  guru  50  guru  yang obesitas. Sedangkan dari 40 orang guru dengan kategori lebih sebanyak 25 orang
guru  62,5  yang  obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik  menggunakan  uji fisher’s  exact  test  diketahui  bahwa  tidak  terdapat  hubungan  antara  kecukupan
protein  dengan  obesitas  p=  1,000    0,05.  Protein  yang  berlebih  juga  dapat menyebabkan  obesitas  namun  pada  penelitian  ini  tidak  terdapat  hubungan
kecukupan protein dengan obesitas. Obesitas  pada  guru  dengan  kecukupan  protein  lebih  dibandingkan  yang
kecukupan  protein  baik  memiliki  Ratio  Prevalence  RP  sebesar  1,250  dengan 95  CI  0,306-5,102.  Hal  ini  berarti,  kecukupan  protein  belum  dapat  dikatakan
secara  pasti  sebagai  faktor  risiko  terjadinya  obesitas  sebab  nilai  RP-nya  terletak diantara 0,306-5,102.
Universitas Sumatera Utara
56
Tabel  4.14  menunjukkan  bahwa  dari  26  orang  guru  dengan  kecukupan lemak pada kategori lebih sebanyak 20 orang guru 76,9 yang obesitas. Hal ini
karena  konsumsi  lemak  yang  tidak  sesuai  dengan  kebutuhan  lemak  yang diperlukan  tubuh  dapat  menyebakan  timbunan  lemak  yang  dapat  mengakibatkan
obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik  menggunakan  uji  chi  square  diketahui bahwa  terdapat  hubungan  antara  kecukupan  lemak  dengan  obesitas  p=  0,021
0,05. Obesitas  pada  guru  dengan  kecukupan  lemak  lebih  dibandingkan  yang
kecukupan lemak baik memiliki Ratio Prevalence RP sebesar 2,051 dengan 95 CI  1,053-3,995.  Hal  ini  berarti,  kecukupan  lemak  berlebih  merupakan  faktor
risiko terjadinya obesitas.
4.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas