Stroke Penyakit Jantung Koroner

13 Hasil analisis statistik dari penelitian yang dilakukan Estiningsih pada tahun 2012 di Kelurahan Sukamaju Depok menunjukkan perbedaan yang signifikan antara responden hipertensi dengan obesitas dan responden hipertensi dengan indeks massa tubuh normal. Sebanyak 62,5 responden penderita hipertensi pada kelompok obesitas, gemuk sebesar 25 dan responden dengan indeks massa tubuh normal sebesar 12,5. Responden penderita obesitas memiliki risiko hipertensi 2,626 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki indeks massa tubuh normal Estiningsih, 2012.

2.3.3. Stroke

Pola makan yang salah bisa memicu terjadinya stroke usia muda. Karena seringnya mengkonsumsi makanan junk food yang tidak baik karena kandungan kolesterolnya yang tinggi. Kolesterol tidak baik bagi kesehatan, terutama bila terjadi penyumbatan pada pembuluh darah, dan mengenai pembuluh darah otak bisa membuat seseorang mengalami stroke Adriani dan Wirjatmadi, 2014. Ophine 2010 menyatakan dalam penelitiannya pada pasien rawat inap penderita stroke di bagian ilmu penyakit saraf FK-USU RSUP H. Adam Malik Medan bahwa kelompok terbesar penderita stroke terdapat pada responden kelompok obesitas yaitu 55, penderita stroke pada berat badan lebih yaitu 35, berat badan normal sebesar 10 dan pada kelompok dengan berat badan kurang tidak dijumpai penderita stroke. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan stroke Ophine, 2010. Universitas Sumatera Utara 14

2.3.4. Penyakit Jantung Koroner

Hubungan antara obesitas dan penyakit jantung koroner terjadi secara tidak langsung melalui beberapa faktor resiko seperti hipertensi, dislipidemia, penurunan HDL, dan gangguan toleransi glukosa. Hal ini berkaitan dengan distribusi sel lemak dalam tubuh. Orang yang obesitas dengan hipertensi sistemik mengalami peningkataan volume dan tekanan pada dinding ventricular kiri yang berdampak pada peningkatan volume dan cardiac output. Sementara orang yang obesitas tanpa hipertensi, peningkatan tekanan volume sering terjadi, tetapi tekanan pada dinding usus masih normal Sudargo et al., 2014. Orang yang mengalami obesitas tidak hanya mengalami gangguan jantung bagian kiri saja namun juga terjadi gangguan pada jantung bagian kanan. Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang. Obesitas yang terjadi pada usia 20-40 tahun berpengaruh besar terhadap terjadinya penyakit jantung koroner Purwati et al., 2002. Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Bebi pada tahun 2009-2011 di RSUP H. Adam Malik Medan bahwa diantara faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner adalah obesitas. Dari hasil penelitian, distribusi faktor risiko penyakit jantung koroner berdasarkan keadaan obesitas, diperoleh sebanyak 76,5 atau sebanyak 52 orang responden yang mengalami obesitas, sedangkan hanya 23,5 atau sebanyak 16 orang responden yang tidak mengalami obesitas Bebi, 2012. Universitas Sumatera Utara 15 Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Danial pada tahun 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan bahwa indeks massa tubuh mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner. Dari hasil penelitian ini sebanyak 45 orang 54,9 penderita penyakit jantung koroner mengalami obesitas, sementara responden yang tidak obesitas sebanyak 37 orang 45,1. Ini berarti bahwa orang yang mengalami obesitas mempunyai risiko terkena penyakit jantung koroner lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas Danial, 2010.

2.4. Pengukuran Obesitas dan Klasifikasinya