15
Selain  itu,  dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Danial  pada  tahun 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan bahwa indeks massa tubuh mempengaruhi
terjadinya  penyakit  jantung  koroner.  Dari  hasil  penelitian  ini  sebanyak  45  orang 54,9  penderita  penyakit  jantung  koroner  mengalami  obesitas,  sementara
responden  yang  tidak  obesitas  sebanyak  37  orang  45,1.  Ini  berarti  bahwa orang  yang  mengalami  obesitas  mempunyai  risiko  terkena  penyakit  jantung
koroner  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  orang  yang  tidak  obesitas  Danial, 2010.
2.4. Pengukuran Obesitas dan Klasifikasinya
Diagnosis  obesitas  dapat  ditegakkan  melalui  penilaian  status  gizi  secara langsung.  Penilaian  staus  gizi  adalah  pemeriksaan  terhadap  keadaan  gizi
seseorang.  Penilaian  status  gizi  secara  langsung  dapat  dilakukan  dengan  metode penilaian antropometri. Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut  pandang  gizi,  antropometri  berhubungan  dengan  berbagai  macam pengukuran  dimensi  tubuh  dan  komposisi  tubuh  dari  berbagai  tingkat  umur  dan
tingkat gizi Supariasa, 2002 dalam Sudargo et al., 2014. Bagi  orang  dewasa  salah  satu  indikator  yang  menunjukkan  bahwa  telah
terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang normal,  yaitu  berat  badan  yang  sesuai  untuk  tinggi  badannya.  Indikator  tersebut
dikenal  dengan  Indeks  Massa  Tubuh  IMT.  Pemantauan  berat  badan  normal dilakukan  untuk  mencegah  penyimpangan  berat  badan  dari  berat  badan  normal,
dan  bila  terjadi  penyimpangan  dapat  segera  dilakukan  pencegahan  dan penanganannya.  Selain  itu,  mempertahankan  berat  badan  normal  juga  dapat
Universitas Sumatera Utara
16
memungkinkan  seseorang  terhindar  dari  penyakit  tidak  menular  Kementerian Kesehatan  RI,  2014.  Untuk  menghitung  IMT,  dapat  dihitung  dengan  rumus
berikut: IMT =
Batas  ambang  IMT  ditentukan  dengan  merujuk  ketentuan  WHO  yang membedakan batas ambang normal untuk laki-laki dan perempuan. Di Indonesia,
batas ambang normal tidak dibedakan menurut jenis kelamin. Untuk kepentingan Indonesia,  batas  ambang  dimodifikasi  berdasarkan  kepentingan  klinis  dan  hasil
penelitian  di  beberapa  Negara  berkembang  Kementerian  Kesehatan  RI,  2014. Batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel  2.1.  Kategori  Indeks  Massa  Tubuh  IMT  Berdasarkan  Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 41 Tahun 2014
Klasifikasi IMT
Sangat Kurus 17,0
Kurus 17,0
–  18,5 Normal
18,5 – 25,0
Gemuk Overweight 25,0
– 27,0 Obesitas
≥ 27,0
Sumber: Kementerian Kesehatan RI,  2014
Keadaan  seseoang  sangat  kurus  dengan  kekurangan  berat  badan  tingkat berat  atau  Kekurangan  Energi  Kronis  KEK  berat  bila  IMT    17,0.  Keadaan
seseorang disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan bila IMT 17,0
–  18,5. Keadaan seseorang termasuk kategori normal bila IMT  18,5
–  25,0.  Keadaan  seseorang  disebut  gemuk  Overweight  dengan kelebihan  berat  badan  tingkat  ringan  bila  IMT  25,0
– 27,0. Keadaan seseorang disebut  Obesitas  dengan  kelebihan  berat  badan  tingkat  berat  bila  IMT
≥  27,0 Kementerian Kesehatan RI, 2014.
Universitas Sumatera Utara
17
2.5. Pola Makan