58
BAB V PEMBAHASAN
5.1.  Hubungan  Pola  Makan  dengan  Obesitas  pada  Guru  SMP  Negeri  3 Tanjung Morawa
Pola  makan  dalam  penelitian  ini  digambarkan  melalui  jenis  makanan, kecukupan  gizi  kecukupan  energi,  kecukupan  karbohidrat,  kecukupan  protein,
kecukupan lemak, dan frekuensi makan.
5.1.1. Hubungan Jenis Makanan  dengan Obesitas  pada  Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa
Penelitian  yang  telah  dilakukan  menyebutkan  bahwa  guru  dengan  jenis makanan  tidak  beragam  sebanyak  71,4  yang  obesitas  dan  28,6  yang  tidak
obesitas.  Sedangkan  guru  dengan  jenis  makanan  beragam  sebanyak  14,3  yang obesitas  dan  85,7  yang  tidak  obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik
menggunakan  uji fisher’s  exact  test  diketahui  bahwa  terdapat  hubungan  antara
jenis  makanan  dengan  obesitas  p=  0,008    0,05.  Hal  ini  dikarenakan  sebagian besar  guru  hanya  mengkonsumsi  makanan  pokok  dan  lauk  saja  atau
mengkonsumsi  makanan  pokok,  lauk,  dan  sayur  namun  jarang  mengkonsusmsi buah setiap hari.
Obesitas  pada  guru  yang  jenis  makanannya  tidak  beragam  dibandingkan dengan  jenis  makanan  beragam  memiliki  Ratio  Prevalence  RP  sebesar  5,000
dengan 95 CI 0,805-31,065. Hal ini berarti, jenis makanan yang tidak beragam merupakan faktor risiko terjadinya obesitas.
Penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Marpaung pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang
Universitas Sumatera Utara
59
menyebutkan  bahwa  terdapat  hubungan  antara  jenis  makanan  dengan obesitas dimana berdasarkan uji chi square diketahui bahwa p= 0,0001  0,05.
Konsumsi  makanan  dengan  jenis  makanan  yang  tidak  beragam menyebabkan  kecenderungan  terjadinya  kelebihan  konsumsi  pada  salah  satu
sumber  zat  gizi  terutama  karbohidrat  yang  bersumber  dari  makanan  pokok.  Pola makan  yang  berlebihan  dalam  konsumsi  karbohidrat,  protein  dan  lemak  dapat
menyebabkan  terjadinya  obesitas.  Begitu  pula  bila  mengkonsumsi  lemak  yang berlebihan  tanpa  diimbangi  konsumsi  sayur  dan  buah  yang  sesuai  dengan
kebutuhan konsumsi per orang per hari Silitonga, 2008. Penelitian  ini  tidak  berbanding  lurus  dengan  penelitian  yang  dilakukan
oleh  T  Kristina  yang  menyebutkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  antara  jenis makanan  dengan  tingkat  kegemukan  pada  pedagang  sayur  di  Lingkungan  XIII
Kelurahan  Kwala  Bekala  Medan.  T  Kristina  menyatakan  bahwa  jenis  makanan tidak  turut  menentukan  tingkat  kegemukan  karena  walaupun  susunan  makanan
yang lengkap tetapi jika porsi makanannya berlebih serta tinggi kalori akan dapat menyebabkan kegemukan
5.1.2  Hubungan  Kecukupan  Gizi  Kecukupan  Energi,  Kecukupan Karbohidrat,  Kecukupan  Protein,  Kecukupan  Lemak  dengan
Obesitas pada Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa
Penelitian  yang  telah  dilakukan  menyebutkan  bahwa  guru  pada  kategori lebih  sebanyak  91,7    yang  obesitas  dan  sebanyak  8,3  yang  tidak  obesitas.
Sedangkan  guru  dengan  jumlah  kecukupan  energi  pada  kategori  baik  sebanyak 22,2 yang obesitas dan sebanyak 77,8 yang tidak obesitas dan tidak ada guru
dengan kecukupan energi kurang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji
Universitas Sumatera Utara
60
chi  square diketahui  bahwa  terdapat  hubungan  antara  kecukupan  energi  dengan
obesitas  p=0,001    0,05.  Artinya,  jumlah  energi  yang  dikonsumsi  turut menentukan  status  obesitas  pada  guru  SMP  Negeri  3  Tanjung  Morawa.  Ratio
Prevalence RP guru yang obesitas dengan kecukupan energi lebih dibandingkan kecukupan  energi    baik  yaitu  sebesar  4,125  dengan  95  CI  1,724-9,872.
Artinya,  kecukupan  energi  yang  berlebih  merupakan  faktor  risiko  terjadinya obesitas.
Berdasarkan  penelitian  sebanyak  91,7  guru  yang  obesitas  dengan kategori  kecukupan  energi  lebih.  Sumbangan  energi  terbesar  pada  penelitian  ini
yaitu,  protein  dan  lemak.  Jenis  makanan  sumber  energi  yang  sering  dikonsumsi oleh  guru  SMP  Negeri  3  Tanjung  Morawa  adalah  dari  kelompok makanan  lauk-
pauk seperti telur ayam dan juga udang serta dari jenis jajanan seperti gorengan, nasi goreng, dan juga keripik, dimana jenis jajanan tersebut mengandung banyak
minyak  dan  kalori  yang  tinggi.  Selain  itu  di  SMP  Negeri  3  Tanjung  Morawa tersedia dapur dimana di dapur tersebut tersedia teh dan juga kopi sehingga disela
waktu kosong jam mengajar guru sering mengkonsumsi minuman seperti teh dan kopi.  Minuman  tersebut  mengandung  gula  dan  berdasarkan  Daftar  Komposisi
Bahan Makanan menyatakan bahwa di dalam gula mengandung kalori 364 kal. Dengan  demikian,  kebiasaan  seperti  ini  dapat  meningkatkan  jumlah  energi  di
dalam tubuh sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan obesitas pada guru. Penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  T  Kristina
pada  pedagang  sayur  di  lingkungan  XIII  Kelurahan  Kwala  Bekala  Medan menyebutkan  bahwa  terdapat  hubungan  antara  jumlah  asupan  energi  dengan
Universitas Sumatera Utara
61
obesitas. rata-rata tingkat konsumsi energi pedagang sayur ialah sebesar 2833,53 kkal,  bila  dibandingkan  dengan  kecukupan  energi  rata  rata  per  oranghari  yaitu
2150 kkal, maka rata-rata tingkat konsumsi pedagang sayur berada diatas Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan AKG.
Energi  di  dalam  tubuh  diperlukan  untuk  metabolisme  basal,  yaitu  energi yang diperlukan pada waktu seseorang beristirahat. Energi juga diperlukan untuk
mengolah makanan itu sendiri, untik aktivitas jasmani, berfikir, pertumbuhan, dan pembuangan  sisa  makanan.  Namun  jika  terjadi  kelebihan  energi  di  dalam  tubuh
maka  energi  akan  disintesis  menjadi  lemak  tubuh,  sedangkan  lemak  yang  telah tersedia  dalam  tubuh  tidak  terpakai  untuk  energi.  Akibatnya,  penimbunan  lemak
terus terjadi dan mengakibatkan obesitas Devi, 2010. Berdasarkan  penelitian  diketahui  bahwa  guru  dengan  jumlah  kecukupan
karbohidrat  pada  kategori  lebih  100  yang  mengalami  obesitas  dan  tidak  ada guru  yang  tidak  obesitas.  Sedangkan  pada  kategori  baik  52,9  guru  mengalami
obesitas  dan  47,1  yang  tidak  obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik menggunakan  uji
fisher’s  exact  test  diketahui  bahwa  terdapat  hubungan  antara kecukupan karbohidrat dengan obesitas p=0,016  0,05.Dengan demikian jumlah
karbohidrat  yang  dikonsumsi  turut  menentukan  status  obesitas  pada  guru  SMP Negeri  3  Tanjung  Morawa.  Dilihat  dari  perbandingan  kecukupan  karbohidrat
lebih  dengan  kecukupan  karbohidrat  baik  denagn  obesitas  pada  guru  memiliki Ratio  Prevalence  RP  sebesar  1,889  dengan  95  CI  1,376-2,593  yang  berarti,
kecukupan karbohidrat lebih merupakan faktor risiko terjadinya obesitas.
Universitas Sumatera Utara
62
Sumber karbohidrat utama yang sering dikonsumsi oleh guru SMP Negeri 3  Tanjung  Morawa  adalah  nasi  dimana  dalam  150  g  nasi  menyumbangkan
karbohidrat  sebesar  43  g.  Karbohidrat  merupakan  salah  satu  suplai  energi  bagi tubuh  sehingga  jika  mengkonsumsi  karbohidrat  dalam  jumlah  yang  banyak  dan
sering akan menyebabkan suplai energi meningkat dan mengakibatkan obesitas. Konsumsi  karbohidrat  yang  berlebih  menyebabkan  suplai  energi  yang
berlebih  pada  tubuh.  Energi  yang  berlebih  tersebut  juga  akan  disintesis  menjadi lemak tubuh, sedangkan lemak yang tersedia didalam tubuh tidak terpakai untuk
energi maka akan menyebabkan terjadinya obesitas Devi, 2010. Hasil  penelitian  ini  berbanding  lurus  dengan  penelitian  yang  dilakukan
oleh Cristina pada pekerja onshore pria perusahaan migas x di Kalimantan Timur menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat
dengan  obesitas.  kejadian  obesitas  lebih  tinggi  pada  responden  yang mengkonsumsi  karbohidrat  lebih  dibandingkan  dengan  responden  yang
mengkonsumsi karbohidrat cukup. Penelitian  yang  telah  dilakukan menyebutkan  bahwa  guru  dengan  jumlah
kecukupan protein pada kategori lebih 62,5 mengalami obesitas dan 37,5 yang tidak  obesitas.  Sedangkan  pada  kategori  baik  sebanyak  50  guru  yang  obesitas
dan  sebanyak  50  yang  tidak  obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik menggunakan  uji
fisher’s  exact  test  diketahui  bahwa  tidak  terdapat  hubungan antara kecukupan protein dengan obesitas p=1,000  0,05. Hal ini berarti jumlah
protein  yang  dikonsumsi  tidak  turut  menentukan  status  obesitas  pada  guru  SMP Negeri  3  Tanjung  Morawa.  Ratio  Prevalence  RP  obesitas  pada  guru  dengan
Universitas Sumatera Utara
63
kecukupan  protein  lebih  dibandingkan  yang  kecukupan  protein  baik    sebesar 1,250  dengan  95  CI  0,306-5,102.  Hal  ini  berarti,  kecukupan  protein  belum
dapat  dikatakan  secara  pasti  sebagai  faktor  risiko  terjadinya  obesitas  sebab  nilai RP-nya terletak diantara 0,306-5,102.
Sumber  protein  yang  sering  dikonsumsi  oleh  guru  pada  penelitian  ini adalah  telur,  ikan  teri,  ikan  dencis,  ikan  tongkol  dan  udang.  Protein  tidak
berhubungan  dengan  obesitas,  hal  ini  kemungkinan  disebabkan  karena  konsumsi energi  guru  yang  tinggi  sehingga  fungsi  protein  sebagai  sumber  energi  kurang
berperan  dalam  meningkatkan  berat  badan  yang  dapat  mengakibatkan  obesitas. Dalam  hal  ini  protein  dalam  tubuh  lebih  berperan  ke  fungsinya  sebagai  zat
pembangun bagi pemeliharaan jaringan tubuh. Penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  Marpaung  dimana  tidak  terdapat
hubungan  antara  kecukupan  protein  dengan  obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji statistik diketahui bahwa nilai p= 0,160  0,005.
Penelitian  ini  berbanding  lurus  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  T Kristina yang menyebutkan tidak ada hubungan antara kecukupan protein dengan
tingkat  kegemukan  pada  pedagang  sayur  dimana  berdasarkan  hasil  uji  statistik diperoleh p=0,425  0,05.
Tetapi  hasil  penelitian  ini  tidak  sesuai  dengan  penelitian  Cristina  yang menunjukkan  tidak  ada  hubungan  yang  bermakna  antara  kecukupan  protein
dengan obesitas p=0,543. Dalam  hal  ini  protein  menjalankan  fungsi  utamanya  yaitu  sebagai
pemeliharaan  dan  membangunsel-sel  serta  jaringan  tubuh  sehingga  protein  tidak
Universitas Sumatera Utara
64
berbungsi  sebagai  penghasil  energi  di  dalam  tubuh  karena  dalam  keadaan  yang berlebih  protein  dapat  diubah  menjadi  energi  dan  lemak  yang  disimpan  dalam
tubuh Almatsier, 2010. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa semua guru
dengan  jumlah  kecukupan  lemak  pada  kategori  lebih  sebanyak  76,9  yang menderita  obesitas  dan  sebanyak  23,1  yang  tidak  obesitas.  Sedangkan  guru
dengan kecukupan lemak pada kategori baik sebanyak 37,5 guru yang obesitas dan  sebanyak  62,5  guru  yang  tidak  obesitas.  Sedangkan  pada  kategori  lebih
semua  guru  menderita  obesitas.  Berdasarkan  hasil  uji  statistik  menggunakan  uji chi  square
diketahui  bahwa  terdapat  hubungan  antara  kecukupan  lemak  dengan obesitas  p=0,021    0,05.  Dengan  demikian  jumlah  lemak  pada  makanan  yang
dikonsumsi  turut  menentukan  status  obesitas  pada  guru  SMP  Negeri  3  Tanjung Morawa.  Dilihat  dari  Ratio  Prevalence  RP  Obesitas  pada  guru  dengan
kecukupan  lemak  lebih  dibandingkan  yang  kecukupan  lemak  baik  sebesar  2,051 dengan 95 CI 1,053-3,995 yang artinya kecukupan lemak berlebih merupakan
faktor risiko terjadinya obesitas. Hal  ini  disebabkan  karena  kebiasaan  guru  yang  mengkonsumsi  makanan
jenis  lauk-pauk  yang  digoreng,  disambal  dan  gulai  dan  jenis  sayuran  yang ditumis,  dimana  jenis  olahan  makanan  tersebut  mengandung  banyak  minyak.
Berdasarkan  Daftar  Komposisi  Bahan  Makanan  DKBM  dapat  dilihat  bahwa minyak  mengandung  lemak  yang  tinggi  98  g.  konsumsi  lemak  dalam  jumlah
yang  banyak  dan  dengan  kategori  sering  dapat  menyebabkan  obesitas  karena lemak merupakan sumber energi padat dan penghasil energi yang besar.
Universitas Sumatera Utara
65
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Marpaung  diamana  terdapat hubungan  antara  kecukupan  lemak  dengan  obesitas  pada  mahasiswa  Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui p=0,0001  0,005.
Penelitian  ini  juga  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh Bantarpraci  2012  yang  menyebutkan  adanya  hubungan  yang  bermakna  antara
kecukupan lemak dengan obesitas. berdasarkan hasil uji statistik nilai p= 0,001. Analisis  hubungan  antara  kecukupan  lemak  dengan  obesitas  mendapatkan  odds
ratio  sebesar  4,818  yang  berarti  bahwa  dengan  kecukupan  lemak  yang  berlebih memiliki peluang 4,818 kali untuk terkena obesitas.
Pola konsumsi dalam penelitian ini digambarkan dengan besarnya asupan energi,  asupan  karbohidrat,  asupan  protein,  dan  asupan  lemak.  Hasil  uji  statistik
menggunakan uji chi square dan dengan uji fisher’s exact test menunjukkan dari
keempat  jenis  asupan  tersebut,  asupan  energi,  asupan  karbohidrat,  dan  asupan lemak memiliki hubungan yang signifikan terhadap obesitas p  0,05.Sedangkan
asupan  protein  tidak  memiliki  hubungan  yang  signifikan  terhadap  obesitas  p 0,05.  Penelitian  ini  sejalan  dengan    penelitian  Hutahaean,  hasil  uji  statistik
didapat  hubungan  antara  kecukupan  energi,  karbohidrat  dan  lemak  dengan obesitas,  kecukupan  protein  dengan  obesitas  secara  statistik  tidak  terdapat
hubungan yang bermakna.
5.1.3. Hubungan Frekuensi Makan dengan Obesitas pada Guru SMP Negeri 3 Tanjung Morawa