Pelaksanaan pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim; studu penelitian pada kelas VII MTS Al- Islamiyah Jakarta Barat

(1)

(Studi Penelitian Pada Kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat)

Oleh :

Nur Azizah NIM: 106011000139

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

NIM : 106011000139

Judul : Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Kepribadian Muslim (Studi Penelitian Pada Kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Muslim, penelitian ini dilaksanakan di MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 36 orang, dengan menggunakan teknik random sampling dari seluruh siswa kelas VIII MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat tahun ajaran 2010-2011. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat meliputi sistem pendidikan akhlak, kurikulum pendidikan akhlak, strategi pendidikan akhlak, sarana dan prasarana pendidikan akhlak, evaluasi pendidikan akhlak, proses pembelajaran pendidikan akhlak dan upaya yang dilakukan di MTs Al-Islamiyah dalam meningkatkan kualitas pendidikan akhlak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim MTs Al- Islamiyah Jakarta Barat sudah baik, tetapi pada materi pelajaran pendidikan akhlak masih terlihat kurang baik. untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan akhlak di sekolah sehingga kepribadian siswa lebih membaik, juga kepada siswa diharapkan dapat memperbaiki kepribadiannya dengan baik.


(6)

ii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh umat manusia.

Sebagai rasa syukur atas selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen pembimbing seminar proposal skripsi yang telah banyak memberikan kontribusi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen pembimbing akademik penulis, yang telah banyak membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dai Allah SWT, Amin.

7. Seluruh Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kepala sekolah MTs. AL-Islamiyah Jakarta Barat beserta staffnya yang telah


(7)

iii penyelesaian skripsi ini.

10. Untuk Abang-abangku yang selalu memberikan motivasi dan menghibur penulis dalam keadaan suka dan duka.

11. Untuk ponakanku yang selalu menghibur dan membantu penulis dalam keadaan suka dan duka.

12. Teman-teman seperjuangan Neni Ernawati, Robi’atul Adawiyah, Rukoyah, Nur Syamsiah dan yang lainnya yang banyak memberikan bantuan dan motivasi yang sangat berarti selama masih kuliah. Semoga kita selalu kompak daan sukses buat kita semua, Amin.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu hingga penelitian ini bisa diselesaikan. Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal shaleh yang memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Pintu kritik, saran dan ide terkait dengan penelitian akan selalu peneliti buka dengan pintu penuh suka cita.

Jakarta, 22 Maret 2011 Penulis

Nur Azizah NIM:106011000139


(8)

iv

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah ... 5

E.Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A.Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 6

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 7

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 10

B. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 13

2. Dasar pendidikan Akhlak ... 15

3. Macam-Macam Pendidikan Akhlak ... 17

4. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 20

C. Pengertian Kepribadian Muslim 1. Pengertian Kepribadian Muslim ... 22


(9)

v

B. Metodologi Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data... 28

E. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Al-Islamiyah 1. Sejarah Berdirinya MTs Al-Islamiyah ... 31

2. Letak Geografis MTs Al-Islamiyah ... 32

3. Sarana dan PrasaranaMTs Al-Islamiyah ... 33

4. Visi-Misi MTs Al-Islamiyah ... 34

5. Keadaan Guru dan Karyawan ... 35

6. Struktur organisasi ... 37

7. Kurikulum ... 38

8. Ekstrakulikuler ... 40

B. Deskripsi Data ... 40

C. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak 1. Sistem Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 41

2. Kurikulum Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 43

3. Strategi Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 48

4. Sarana Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 51

9. Evaluasi Pendidikan Akhlak MTs Al-Islamiyah ... 53

D. Pembentukan Kepribadian Muslim di MTs Al-Islamiyah 1. Proses Pembelajaran Akhlak di MTs Al-Islamiyah ... 54

2. Upaya Yang Dilakukan di MTs Al-Islamiyah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Akhlak ... 58


(10)

vi


(11)

vii

Tabel 1 Penafsiran prosentase ... 30

Tabel 2 Sarana dan Prasarana ... 33

Tabel 3 Fasilitas belajar MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 34

Tabel 4 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 35

Tabel 5 Kurikulum MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.... ... 39

Tabel 6 Ekstrakulikuler MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat ... 40

Tabel 7 Hasil pendidikan agama dengan mempelajari Akhlak, akhlak saya menjadi lebih baik ... 42

Tabel 8 Saya senang terhadap materi pendidikan agama yang diajarkan di MTs Al-Islamiyah ... 43

Tabel 9 Saya senang materi pendidikan agama tentang bakti kepada orang tua ... 44

Tabel 10 Saya senang materi pendidikan agama tentang tolong menolong ... 45

Tabel 11 Saya senang materi pendidikan agama tentang tidak narkoba. ... 45

Tabel 12 Saya senang materi pendidikan agama tentang iman kepada Allah ... 46

Tabel 13 Kurikulum pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah dapat membentuk siswa berwawasan imtaq dan iptek ... 46

Tabel 14 Guru menguasai materi pendidikan akhlak. ... 47

Tabel 15 Pendidikan akhlak yang ajarkan di MTs Al-Islamiyah sangat menarik ... 48

Tabel 16 Metode pengajaran pendidikan akhlak yang digunakan oleh guru bervariasi ... 49

Tabel 17 Saya sering berdiskusi dengan teman mengenai materi pendidikan akhlak. ... 50


(12)

viii

Tabel 20 Diantara sarana pendidikan akhlak yang tersedia di MTs

Al-Islamiyah adalah... 52 Tabel 21 Cara menilai akhlak yang paling sering dilakukan guru adalah ... 54 Tabel 22 Mata pelajaran akhlak memberikan pengaruh terhadap

perubahan tingkah laku dalam kehidupan. ... 55 Tabel 23 Pendidikan akhlak dapat membuat saya untuk dapat

menghargai dan menghormati orang lain ... 56 Tabel 24 Dalam proses pembelajaran pendidikan akhlak, guru sering

memberikan kesempatan siswa untuk bertanya. ... 56 Tabel 29 Guru sering mengingatkan saya untuk mensyukuri semua


(13)

ix Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Azizah

NIM : 106011000139

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwas skripsi saya bukan asli karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Maret 2011 Penulis

Nur Azizah NIM:106011000139


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan bukan sekedar untuk hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti diwujudkan dan itu memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan. Inilah salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang membuatnya lebih unggul dan lebih mulia. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.

Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa membimbing perubahan-perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia. Demikian strategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat manusia senantiasa konsen terhadap masalah tersebut. Bagi umat Islam, menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab melalui pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

Guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan proses belajar mengajar, guru menempati kedudukan sebagai figur. Di tangan para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah, serta


(15)

bergantungnya masa depan karir para peserta didik yang menjadi tumpuan para orang tuanya. Guru juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan akhlak yang mulia.

Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang sangat penting. Oleh karena itu agama perlu dipahami dan diamalkan oleh manusia agar dapat menjadi dasar kepribadian (akhlak) sehingga ia menjadi manusia yang utuh.

Agama juga mengatur hubungan manusia dengan khaliknya, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan batiniyah.

Untuk itu guru harus memahami kendala-kendala pendidikan dan cara untuk mengatasinya. Guru harus mempunyai sifat-sifat positif dan menjauhi sifat-sifat negatif agar bisa memainkan peranannya dalam memberi pengaruh positif pada anak didiknya disamping sarana dan prasarana, metode dan strategi pendidikan juga harus dikuasainya.

Dewasa ini peran dan tugas guru pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan yang sangat besar dan kompleks akibat pengaruh negatif dari Era Globalisasi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi kepribadian dan akhlak pelajar sebagai generasi muda penerus bangsa. Derasnya arus informasi media massa (baik cetak maupun elektronik) yang masuk ke Negara kita tanpa adanya seleksi seperti sekarang ini sangat berpengaruh dalam mengubah pola pikir, sikap dan tindakan generasi muda.

Akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbulah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa


(16)

memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang dilahirkan kelakukan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.1

Akhlak sangat berkaitan dengan pola pikir, sikap hidup dan perilaku manusia. Keburukan akhlak sangat berpotensi memicu timbulnya perilaku perilaku negatif. Jika akhlak dari seseorang individu buruk, maka sangat mungkin ia akan melahirkan berbagai perilaku yang dampaknya dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Akhlak yang baik dapat membawa pada nilai-nilai yang positif sehingga dapat membentuk kepribadian muslim yang taat kepada Allah.

Kepribadian dalam kehidupan manusia, tingkah laku atau kepribadian merupakan hal yang sangat penting sekali, sebab aspek ini akan menentukan sikap identitas diri seseorang. Baik dan buruknya seseorang itu akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Oleh karena itu, perkembangan dari kepribadian ini sangat tergantung kepada baik atau tidaknya proses pendidikan yang ditempuh.

Seseorang baru bisa dikatakan memiliki kesempurnaan iman apabila dia memiliki budi pekerti atau akhlak yang mulia. Oleh karena itu, masalah akhlak atau budi pekerti merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus diutamakan dalam pendidikan agama Islam untuk ditanamkan atau diajarkan kepada anak didik.

Dengan melihat arti Pendidikan Agama Islam dan ruang lingkupnya itu, jelaslah bahwa pendidikan Islam kita berusaha untuk membentuk manusia yang berkpribadian kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama islam.

Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam sangat penting sebab dengan Pendidikan Agama Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar

1

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),


(17)

memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.

Hal inilah yang menjadi indikator bagi penulis mengadakan penelitian, bagaimana sistem pendidikan agama, khususnya pendidikan akhlak di Madrasah tersebut, serta upaya apa dalam membentuk dan kepribadian muslim.

Dalam konteks inilah penulis tertarik untuk membahas suatu judul skripsi yakni “Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian

Muslim (Studi Penelitian pada kelas VIII MTs Al- Islamiyah Jakarta

Barat)”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas, beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Akhlak siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat belum

menunjukkan hasil yang optimal.

2. Kurangnya pengembangan kepribadian siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.

3. Kepribadian siswa di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat masih rendah.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sedemikian banyak yang tidak mungkin penulis uraikan satu persatu secara terperinci serta agar penulisan skripsi ini mengarah pada tujuan yang ingin diharapkan, maka penulis batasi permasalahannya pada :

1. Pendidikan akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.


(18)

2. Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan diri kepadanya.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan kepada permasalahan pokoknya yaitu “Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat?”

E.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kajian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam

mengembagkan Pendidikan Agama Islam guna meningkatkan akhlak bagi siswa tingkat Madrasah Tsanawiyah khususnya di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.

2. Sebagai bahan perbaikan bagi proses pendidikan dan pengajaran akhlak di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi guru-guru dalam merencanakan pendidikan dan pengajaran akhlak yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam yang terimplementasikan dalam bentuk akhlak karimah sekaligus dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam pada umumnya.


(19)

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum penulis lebih jauh membahas Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu penulis kemukakan arti pendidikan menurut bahasa Indonesia disebutkan bahwa “pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.”1

Menurut undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan Negara.2

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Cet. II, h. 264

2

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:


(20)

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam.3

Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.4

Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Mujib pendidikan Agama Islam menurut Prof. Dr Omar Muhammad Al-Taomi Al-Syaibani diartikan sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya masyrakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi-profesi dalam masyarakat.5

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati ajaran agama Islam, sehingga terjadi perubahan dalam kehidupan seseorang dan dapat mengamalkan ajaran Islam serta menjadikan agama Islam sebagai pandangan hidup.

2.

Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar pendidikan adalah pandangan hidup yang melandasi seluruh aktivitas pendidikan. Karena dasar menyangkut masalah ideal dan fundamental, maka diperlukan landasan dan pandangan hidup yang kokoh dan komperehensif, serta tidak mudah berubah.6

3

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 27

4

Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.

III, h. 86

5

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. III, h. 25

6

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,


(21)

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut tegak kokoh berdiri. Dasar suatu bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tagak dan kokoh berdiri.

Demikian pula dengan fungsi dari dasar pendidikan. Fungsinya ialah menjamin sehingga “bangunan” pendidikan itu tegak berdirinya, agar usaha-usaha yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan, agar jalan menuju tujuan dapat terlihat, tidak mudah disimpangkan oleh pengaruh-pengaruh luar.7

Menurut Zuhairani, dkk., sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai dasar yang kuat, dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu:

a. Dasar Yuridis atau Hukum

Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berasal dari pandangan undang-undang yang secara tidak langsung dapat menjadi pandangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu: 1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama:

ketuhanan yang Maha Esa.

2) Dasar kontitusional, yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa, 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan keprcayaannya itu.

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, dan PP No. 19 tahun 2005.

7

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT.


(22)

b. Dasar Keagamaan

Yang dimaksud dengan dasar keagamaan adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam, Pendidikan Agama Islam adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

1. Q.S. An-Nahl ayat 125















































Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.8

2. Q.S.Al- Imran ayat 104











































Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar. mereka lah orang-orang yang beruntung.9

8

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Penyelenggara dan Terjemah

Al-Qur’an, 1985), h. 421

9


(23)

Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam ajaran Islam terdapat perintah untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam, dimana dengan pendidikan tersebut akan dapat mengantarkan seseorang kepada agama Allah, yaitu agama Islam.

c. Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pandangan hidup. Sebagaimana kemukakan oleh zuhairani, dkk. bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pandangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat yang maha kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongannya.10

3.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah pencapaian tujuan yang diisyaratkan al-qur’an yaitu serangkaian upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam membantu (membina) anak didik menjalankan fungsinya dimuka bumi, baik pembinaan pada aspek material maupun spiritual.11

Pendidikan Agama Islam berfungsi mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai Islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Hadist. Dan sejalan dengan tuntutan kemajuan atau modernisasi kehidupan masyarakat akibat pengaruh kebudayaan yang meningkat, Pendidikan Agama Islam memberikan

10

Abdul Majid dan Dian Handayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi, (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. I, h. 132-133

11

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:


(24)

kelenturan perkembangan nilai-nilai dalam ruang lingkup konfigurasinnya.12

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, baik, luhur, dan pantas untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan mempunyai tujuan dan dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.13

Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Ahmad Tafsir adalah: a. Pembinaan akhlak

b. Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat c. Pengusaan ilmu

d. Keterampilan bekerja dalam masyarakat14

Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan dan penalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.15

Dalam kalimat yang lebih rinci Zakiyah Daradjat mengungkapkan tujuan Pendidikan Agama Islam adalah:

a. Menumbuh-suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta taat kepada perintah-Nya.

12

H. M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. I, h.

121

13

Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka

Cipta,2005), Cet.II, h 37

14

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, h. 49

15

Abdul Majid dan Dian Handayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis


(25)

b. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan, maka anak akan menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah SWT yang beriman dan berilmu pengetahuan dan teknologi dalam mencari keridaan Allah dan menambah ketakwaan. c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua

lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai way of live, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah melalui ibadah shalat umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesame manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan serta pemanfaatan hasil usahanya.16

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah memelihara dan mengembangkan hidup ini melalui penularan ilmu pengetahuan, sikap dan nilai-nilai Islami agar tercipta insan kamil sesuai dengan fitrah manusia.

16

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1992) cet II, hal


(26)

B.

Pendidikan Akhlak

1.

Pengertian Pendidikan akhlak

Kata akhlak barasal dari bahasa arab berupa jama atau bentuk ganda dari kata khuluq yang secara etimologis bararti budi pekerti, perangai tingkah laku, atau tabiat. Istilah akhlak mengandung arti persesuaian dengan kata khalq yang berarti pencipta, dan makhluq yang berarti yang diciptakan. yang berarti.17

Baik kata akhlak atau khuluq kedua-duannya dapat dijumpai didalam Al-Qur’an sebagai berikut:











“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi

pekerti yang agung” (Q.S Al-Qalam:4)

Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yang dikutip dalam bukunya asmaran as mengatakan bahwa ahklak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya: bila kehendaknya itu dibiasakan memberi, maka kebiasaannya itu ialah akhlak dermawan.

Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.18

17

Sudirman Tebba, Seri Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Scripta Perenia,2005), Cet.

I, h. 65

18

Asmaran as, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,


(27)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1989) budi pekerti ialah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna prilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi. Di dalam perkataan itu tercermin sifat, watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Budi pekerti sendiri mengandung pengertian yang positif.19

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antra hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna.20

Menurut Ibn Maskawai akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.21

Iman Ghazali menjelaskan bahwa akhlak itu ialah suatu istilah tentang bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat (bertingkah laku), bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula karena suatu pertimbangan.22

Seorang ulama mendefinisikan akhlak sebagai berikut: sesungguhnya akhlak itu ialah kemamuan (azimah) yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya, yang mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itu terjadi secara

19

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada), h.346

20

Zakiah Daradjat,Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:

Ruhama, 1995), h.. 10

21

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 3

22

Usman Said. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek


(28)

kebetulan tanpa disenagja atau dikehendaki. Mengenai yang baik atau yang buruk, hal itu tidak dinamakn akhlak.23

Sedangkan pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja, sistematis untuk mendorong, membantu serta mambimbing seseorang dalam mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri kepada kualitas yang lebih tinggi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, terdapat lima ciri dalam perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut:

1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara.

5. Perbuatan akhlaka adalah perbuatan ikhlas yang dilakukan semata-mata hanya karena Allah.

Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam rangka mengembangkan potensinya dan mengubah diri menjadi berakhlak (berprilaku) sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajran Islam.

2.

Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar pendidikan akhlak secara spesifik terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist. Kedua sumber hukum Islam ini yang berkenaan dengan pentingnya pendidikan akhlak bagi anak didik. Ayat al-Qur’an dan hadist yang berkenaan dengan akhlak, ialah:









23

Bambang Trim, Menginstal Akhlak Anak, (Jakarta: PT Grafindo Media Pratama,


(29)

”(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu” (Q.S Asy-Syu’ara 137)

“Sesungguhnya Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad)24

Ayat al-Qura’an dan hadist di atas mengisyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada saat itu dalam kejahiliyahan dan Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak.

Akhlak yang diajarkan didalam Al-Qur’an bertumpu kepada aspek fitrah yang terdapat dalam diri manusia dan aspek wahyu (agama), kemudian kemauan dan tekad manusiawi. Pendidikan akhlak dapat dikembangkan melalui beberapa cara, yaitu:

a. Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada iman dan takwa, untuk ini perlu pendidikan agama.

b. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak lewat ilmu pengetahuan, pengamalan dan latihan, agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.

c. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya. selanjutnya kemamuan itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan. d. Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain untuk

bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.

e. Pembiasaan dan pengulangan melaksanakan yang baik, sehingga perbuatan baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak

24

Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press,


(30)

terpuji, kebiasan yang mendalam tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia.25

3.

Macam-Macam Akhlak

Akhlak merupakan kepribadian seorang muslim, ketika seorang telah meninggalkan akhlaknya, ketika itu pula ia telah kehilangan jati diri dan masuk dalam kehinaan. Oleh karena itu dengan akhlak inilah manusia mampu membedakan mana binatang dan mana manusia. Dengan akhlak pula bisa memberatkan timbangan kebaikan seseorang nantinya pada hari kiamat.

Menurut Moh Ardani, akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak mazmumah.

a. Akhlak Al-Karimah

Akhlak yang terpuji (al-akhlak al-karimah/al-mahmudah), yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam control ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemashlahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu (rendah hati), husnudzdzon (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain.26

Akhlak al-karimah atau akhlak yang amat mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungannya manusia dengan tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama akhlak mulia kepada Allah, kedua akhlak mulia terhadap diri sendiri dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia.

Ketiga akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagi berikut: 1) Akhlak terhadap Allah

25

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah,

(Jakarta: Ruhama, 1995), h. 11

26

Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:


(31)

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat-sifat itu, jagankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikatnya.

2) Akhlak mulia terhadap diri sendiri

Berakhlak baik pada diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya.

3) Akhlak yang baik terhadap sesama manusia

Manusia adalah sebagai mahluk sosial yang kelanjutan eksitensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu perlu bekerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Oleh karena itu perlu diciptakan suasana yang baik, satu dan yang lainnya saling berakhlak yang baik, diantaranya mengiringi jenazah, mengabulkan undangan dan mengunjungi orang lain.27

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia mengetahui bahwa Allah telah mengaruniakan kepadannya keutamaan yang tidak dapat terhitung banyaknya, semua itu perlu disyukuri dengan berzikir dalam hatinya. Dalam kehidupan sehari-hari harus berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, sehingga terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat, karena jiwa adalah jiwa yang terpenting dan utama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat merusaknya. manusia adalah mahluk sosial maka perlu diciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak baik.

27

Moh Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Mitra Cahaya,2005), Cet ke. 2, h.


(32)

b.Akhlak Mazmumah

Akhlak yang tercela (al-akhlak al-madzmumah), yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabur (sombong), su’udzon (berburuk sangka), tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas, dan lain-lain.28

Akhlak yang tercela (akhlak al-mazmumah) secara umum adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas namun ajran Islam tetap membiarkan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, antara lain:

1. Berbohong

Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. Berdusta atau bohong ada dua macam yaitu berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati.

2. Takabur (sombong)

Takabur adalah salah satu akhlak tercela juga, arti takabur adalah merasa atau mengaku diri paling besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.

3. Dengki

Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperleh orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan sendiri atau tidak.

28


(33)

4. Bakhil

Bakhil artinya kikir. orang yang kikir adalah orang yang sanagt hemat dengan apa yang menjadi miliknya tetapi hematnya sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.29

Dari uraian di atas maka akhlak dalam bentuk pengamalannya dibedakan menjadi dua yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak yang sesuai dengan perintah Allah dan rasulnya akan melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji, sedangkan jika akhlak sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasulnya dan akan melahirkan perbuatan yang buruk, maka itu yang dinamakan akhlak tercela.

4.

Tujuan Pendidikan Akhlak

Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun sekelompok orang sudah barang tentu mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai, termasuk juga dalam kegiatan pendidikan, yaitu pendidikan akhlak. Tujuan merupakan landasan berpijak, sebagai sumber arah suatu kegiatan,

sehingga dapat mencapai suatu hasil yang optimal.

Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha pendidikan dan pembinaan yang sungguh-sungguh, tidak ada manusia yang mencapai keseimbangan yang sempurna kecuali apabila ia mendapatkan pendidikan dan pembinaan akhlaknya secara baik.

Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan

29


(34)

pelajaran, aktifitas merupakan sarana pendidikan akhlak di atas segala-galanya.30

Tujuan pendidikan akhlak jika diamati lebih lanjut tentang pengertian akhlak dan pendidikan akhlak di atas, maka tujuan pendidikan akhlak sebenarnya ialah mengembagkan potensi akhlak itu sendiri melalui pendidikan sekolah keluarga dan msyarakat. Potensi yang akan dikembangkan adalah potensi yang baik.

Adapun tujuan pendidikan akhlak secara spesifik telah dirumuskan oleh para ahli Pendidikan Agama Islam diantaranya sebagi berikut:

a. Menurut Moh Atiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa “tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk manusia bermoral baik, sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, berperangai, bersifat sederhana, sopan, ikhlas, jujur dan suci.31

b. Menurut Al-Ghazali tujuan pendidikan akhlak adalah membuat amal yang dikerjakan menjadi nikmat, sesorang yang dermawan akan merasakan lezat dan lega ketika memberikan hartanya dan ini berbeda dengan orang yang memberikan hartanya karena terpaksa. Seseorang yang merendahkan hati, ia merasakan lezatnya tawadhu.32 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak dalah agar manusia mempunyai budi pekerti yang luhur dan mulia, taat kepada Allah, penciptaannya dan berbuat baik kepada sesama manusia dan makhluk lainnya sesuai dengan ajaran Allah dan Rasullnya.

30

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2006), cet. V h.

90

31

Moh. Atiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1984), Cet IV, h. 104

32


(35)

C.

Pembentukan Kepribadian Muslim

1.

Pengertian Kepribadian Muslim

Secara etimologi “kepribadian” berasal dari bahasa latin, yaitu kata persona yang berarti topeng. pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh para pemain sandiwara. Kemudian lambat laun kata ini menjadi suatu istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang.33

Kata pribadi diartikan sebagai keadaan manusia orang perorang, atau keseluruhan sifat-sifat merupakan watak perorang. Kepribadian adalah sifat hakiki yang bercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang lain/bangsa lain. Dalam pengertian umum, kepribadian dipahami sebagai tampilan sikap pribadi atau ciri khas yang dimiliki seseorang atau bangsa.34

Sedangkan pengertian kepribdian menurut menurut istilah terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi antara lain: a. Menurut May, kepribadian sesuatu yang menjadikan seseorang berlaku

efektif atau sesuatu yang dapat member pengaruh perbuatan-perbuatan selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan perbuatan-perbuatan selainnya. Dalam bahasa psikologi dikatakan sebagai stimulus social yang utama yang terdapat pada diri seseorang.

b. Dashiel mendefinisikan sebagaimana yang dikutip oleh crow and crow bahwa kepribadian adalah keseluruhan gambaran tingkah laku yang teroganisir, terutama sebagaimana yang dapat dihayati oleh orang-orang sekitarnya, dalam bentuk cara hidup yang hidup.

c. Allpor mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri atas berbagai sistem psikopisik yang bekerja sebagai penentu tunggal dalam penyesuaian diri pada lingkungan.35

33

Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009). h. 149

34

Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996),

cet. 2, h. 89

35


(36)

Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian semua itu terjadi berbeda-beda, dari satu saat ke saat yang lain, dari satu situasi ke situasi yang lain. Kepribadian merupakan suatu organisasi yang hanya dimiliki oleh manusia yang menjadi penentu pemikiran dan tingkah lakunya. Dan penampilan kepribadian seperti ini pasti ada maksudnya kepribadian sejati bersifat tetap, menunjukkan ciri-ciri yang lebih permanen, tetapi karena kepribadian juga bersifat dinamis perbedaan-perbedaan atau perubahan pasti disesuaikan dengan situasi, namun perubahannya tidak mendasar.

Selanjutnya kepribadian Muslim menurut Ahmad D Marimba ialah kepribadian yang seluruh aspeknya yaitu tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, filsafat hidup dan kepercayaan menunjukkan pengapdian kepada Tuhanya dan penyerahan diri kepadanya.36

Jadi yang dimaksud kepribadian Muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang dari keseluruhan tingkah laku lahiriyah seperti berbicara, berjalan, makan dan minum, maupun dalam sikap batinya pengasih, penyayang, dan pemaaf.

Secara individu kepribadian muslim mencerminkan ciri khas yang berbeda. Ciri khas tersebut di peroleh berdasarkan potensi bawaan. Dengan demikian secara potensial (pembawaan) akan dijumpai adanya perbedaan kepriadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.37

Dalam pembentukan kepribadian muslim yang individu pembentukannya diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar bawaan dan faktor lingkungan, berpedoman kepada nilai-nilai keIslaman.

Pembentukkan kepribadian muslim secara individu pada dasarnya didasarkan kepada pembentukan pandangan hidup yang mantap yang

36

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung : Al-Maarif, 1989), h. 64

37

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep Dan Perkembangan


(37)

didasarkan pada nilai-nilai keIslaman. Dengan demikian setiap pribadi muslim akan memiliki pandangan hidup yang sama walaupun masing-masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda-beda.38

Pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai nilai-nilai keislaman. dengan adanya cermin dari nilai-nilai dimaksud dalam sikap dan prilaku seseorang, maka tampilah kepribadiannya sebagai seorang muslim. Pemberian nilai-nilai keislamn dalam upaya membentuk kepribadian muslim pada dasarnya merupakan untuk memberi tuntunan dalam mengarahkan perubahan sikap ke sikap-sikap yang dikehendaki oleh islam.

2.

Unsur-Unsur Kepribadian

Menurut Ahmad Marimba, dalam buku pengantar filsafat Pendidikan Agama Islam, unsur-unsur kepribadian yaitu sebagai berikut:

a. Aspek kejasmanian, yang meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan kelihatan dari luar, misalnya: cara berbuat dan cara-cara berbicara-cara.

b. Aspek kejiawaan, yang meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya: cara bepikir, sikap dan minat.

c. Aspek keruhanian yang luhur meliputi aspek kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, ini meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap didalam kepriadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan memberi corak seluruh kehidupan individu. Bagi orang-orang yang beragama aspek-aspek yang menuntutnya ke arah kebahagiaan bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat. Ini memungkinkan seseorang berhubungan dengan hal-hal ghaib, aspek-aspek inilah memberi kualitas kepribadian seluruhnya.39

38

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam Konsep Dan

Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 100

39


(38)

Dari keseluruhan inilah kepribadian dinilai, misalnya kepribadian si A menyenangkan, kepribadian si B buruk atau kurang meyenangkan. tentu saja meurut ukuran seorang penilai berdasarkan nilai tertinggi yang diyakininya dari keseluruhan nilai-nilai yang muncul nama-nama kepribadian nasional, kepribadian kristen, kepribadian muslim dan seterusnya. Dari sisni kita dapat member batasan tentang kepriabadian Muslim, yaitu kepribadian yang menunjukkan tingkah laku luar, kegiatan-kegiatan jiwa dan filsafat hidup serta kepercayaan seseorang Islam.

3.

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi

Pembentukan

Kepribadian

Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan tetapi dalam perkembangna itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas, sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kepribadian itu dapat dibagi sebagai berikut:

a. Faktor biologis yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering pula disebut faktor fisiologis

b. Faktor sosial yaitu masyarakat yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan.

c. Faktor kebudayaan40

Namun dalam hal ini juga terdapat beberapa perbedaan pandapat menganai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan keparibadian. Diantaranya terdapat tiga aliran membahas secata detai mengenai hal tersebut, yaitu aliran empirisme, nativisme, dan konvergensi masing-masing. Aliran tersebut memliki asumsi psiklogi tersendiri dalam memuat hakikat manusia.

40

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya, 2006), Cet.


(39)

a. Aliran empirisme, meniti beratkan pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penyebab timbulnya suatu tingkah laku. asumsi psikologi yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir alam keadaan netral, tidak memiliki pembawaa apaun. ia bagaikan kertas putih (tabularasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.

b. Aliran nativisme, menitikberatkan pandangannya pada peranan sifat baaan, keturunan dan kebaikan sebagai penentu tingkah laku seseorang. asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan orang tua terdapat persamaan baik pisik amupun psiskis.

c. Aliran konvergensi, aliran yang menggabungkan antara dua aliran di atas yaitu interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses pemunculan tingkah laku. Menurut aliran ini hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan sebaliknya rangsangan tidak akan membina kepribadian yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas.41

41

Nety Hartanti, dkk, Islam Dan Psikologi, (Ciputat Tanggerang: UIN Jakarta


(40)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari awal bulan November sampai akhir bulan Desember tahun 2010.

B.

Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang terpercaya, dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu.1

Dalam pengumpulan data-data untuk pengumpulan ini, penulis menggunakan penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan. Adapun dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis.

1

Ibnu Hadzar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan,


(41)

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat yang berjumlah 181 siswa.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut Nana Sudjana sampel adalah sebagian dari populasi atau yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili sampel.

Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga dan biaya maka besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 20% dari populasi yang berjumlah 181 siswa. Dengan demikian jumlah sampelnya adalah 36 dengan perhitungan sebagai berikut:

Maka dalam penelitian ini cara yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu dengan random sampling yaitu secara acak untuk mempermudah perolehan dan pelaksanaan data yang diambil dari lokasi penelitian. Dan dalam penelitian ini penulis hanya mengambil sampel dua kelas saja yaitu kelas VIII.I dan VIII.II yang berjumlah 90 siswa, yang diambil dari setiap kelasnya sebanyak 18 siswa kelas VIII.I dan 18 siswa kelas VIII.II.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

2

Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. XII, h.


(42)

1) Observasi, yaitu pengamatan atau pencatatan yang sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini merupakan metode yang pertama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan langsung di lapangan.

2) Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui wawancara penulis dengan kepala sekolah dan para pendidik disekolah untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim di Madrasah Tsanawiyah Al- Islamiyah Srengseng Jakarta Barat.

3) Angket, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden. daftar pertanyaan ini disusun secara tertulis mengenai sesuatu hal yang berkaitan dengan indikator masalah pendidikan, angket yang digunakan adalah angket tertutup yang berarti berupa bentuk pertanyaan dimana setiap responden hanya tinggal memiliki jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut.dalam melakukan penelitian ilmiah ini penulis juga meyebarkan angket kepada siswa yang penulis jadikan sampel dalam penelitian ini.

E.

Teknik Analisa Data

Metode pembahasan yang penulis gunakan adalah metode pemaparan permasalahan dengan cara memberikan gambaran yang seutuh-utuhnya mengenai masalah yang dibahas berikut analisisnya dalam hal ini teknik analisis statistik untuk penyederhanaan penyajian data-data yang berwujud angka-angka agar dapat dipahami dengan menggunakan rumusan-rumusan distribusi frekuensi yaitu:

P = F x 100% N

Keterangan P = Persentase


(43)

N = Jumlah responden 100 = Bilangan genap3

Setelah didapatkan hasil persentasi dari angket yang telah disebarkan kepada siswa MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat, maka untuk menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai berikut.

Tabel. III.1 Penafsiran Prosentase

No. Prosentase Penafsiran

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 100 % 90-99 % 60-89 % 51-59 % 50 % 40-49 % 10-39 % 1-9 % 0 % Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian Besar

Lebih dari Setengahnya Setengahnya

Hampir Setengahnya Sebagian Kecil Sedikit Sekali

Tidak Ada Sama Sekali

Adapun tehnik dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta pres tahun 2007.

3

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


(44)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum MTs Al- Islamiyah

1.

Sejarah Berdirinya MTs Al- Islamiyah

Sejak tahun 1951 ketika kali pertama dengan Nama Tarbiyatul Athfal kini berubah menjadi Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Alawiyah (SATRIA), yayasan yang dipimpin oleh Drs. H. Noer Achpas Asy’ari,MM sangat tangguh menghadapi pasang surut dinamika perubahan dan benturan zaman. Bila meniti kembali pada era inseminasi pembentukan yayasan ini sangat sarat dengan perjuangan keras. Tercatat sejak tahun 1974 sudah 5 fase dilewati, sehingga menjelma menjadi Yayasan masa depan yang terus kukuh mengusung nama besar.

Masa rintisan 1955 – 1974 membuahkan perubahan mendasar dengan dibangun gedung baru 6 lokal untuk MI. Bantuan Pemprop. DKI Jakarta, Izin opersional dari Kanwil Departemen Agama DKI Jakarta menjadi modal pengembangan Yayasan. Tahun 1981 mulai menambah lembaga baru yaitu MTs. Dan tahun 1986 menambah pula dengan satu lembaga pendidikan baru yaitu SMK. Dengan izin operasional Kanwil Depdiknas. Animo masyarakat yang makin meningkat untuk mendaftarkan anaknya pada yayasan Satria maka tahun 2000 yayasan membangun gedung dengan merenovasi total gedung yang ada menjadi dua lantai dan tahun


(45)

2005 menambah gedung baru dengan tiga lantai. Seiring itu pula mengadakan perubahan menejemen dengan perubahan sejumlah pimpinan. Kekuatan ini pula langsung mendapat ujian berat pada priode 2000-2005 ujian yang paling berat adalah ketersediaan tenaga pengajar, dan fasilitas penunjang lainnya, tempat belajar yang refesentatif dan sistem penggajian yang belum merangsang, fase ini berhasil di atasi melalui kegigihan perjuangan sejumlah civitas seperti Ir. Nasrudin, H. Noer Achpas Asy’ari, H. Hafani Baihaqi,LC.SH, Anas Asy’ari,Ba,

Menapak ke priode 2005-2006 era pencerahan cita-cita benar bisa terwujud sebagai bukti kekuatan komitmen yang terasah oleh benturan zaman. Pada era pencerahan citra ditandai dengan perubahan-perubahan diantaranya, perbaikan sistem manajemen, penambahan atau penggantian pengurus yayasan dan perubahan sistem pengajian.

Ditunjang sarana dan prasarana modern dan tenaga pengajar yang berkualitas, maka tak ayal pada priode 2006 – 2007 (sekarang) yayasan satria menjelma sebagai sebuah kekuatan baru dalam menyediakan lulusan yang bermutu. Memasuki era persaingan terbuka Yayasan satria terus berbenah dengan mengadopsi sejumlah perubahan. Perubahan ini salah satunya yakni mengakomodasi sejumlah persyaratan kualifikasi guru dan kebutuhan pengembangan institusi. Ini ditandai dengan akan ditambah fasiilitas ruang laboratorium MIPA. Tak ayal lagi, rasanya sulit untuk meragukan kapasitas yayasan satria sebagai Yayasan masa depan.

2.

Letak Geografis MTs Al- Islamiyah

Sekolah MTs Al-Islamiyah terletak di Jl.Raya Srengseng No. 26 A, Kelurahan Srengseng Kecamatan Kembangan, Kota Madya Jakarta Barat.


(46)

3.

Sarana dan Prasarana MTs Al-Islamiyah

Sarana adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan.1 Prasarana pendidikan adalah merupakan suatu tindakan perbuatan, situasi atau benda yang sengaja diadakan untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.2

Sekolah MTs Al-Islamiyah telah memiliki sarana dan prasarana pendukung terciptanya suasana belajar mnegajar yang kondusif. adapun sarana dan prasarana yang telah dimiliki antara lain, luas tanah yang telah dimiliki dan sudah berakta wakaf seluas 4000 m.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki yang ada meliputi:

Tabel IV.1 Sarana dan Prasarana

No Nama Barang Jumlah

1 Mesin Tik 1

2 Komputer Kantor 2

3 Komputer Siswa 20

4 Printer 2

5 Scan Nilai -

6 Audio Visual -

7 Mesin Foto Copy 1

8 Mesin Fax 1

9 Meja Guru 1 set

10 Meja TU 3

11 Meja Siswa 180

12 Filling Kabinet 4

13 Sound System 1

1

M. Daryanto, Administrasi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001)Cet. 1, h. 79

2

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat


(47)

14 Kendaraan Operasional -

15 Kursi Siswa 384

16 Mesin Cetak 1

17 Laboratorium Bahasa 1 unit

Tabel IV.2 Fasilitas Belajar

No Jenis Fasilitas Jumlah Luas m2

1 Ruang Kelas 8 448

2 Ruang Kepsek 1 36

3 Ruang Guru 1 48

4 Ruang Tata Usaha 1 36

5 Lapangan olah raga 2

6 Lab Komputer 1 48

7 Lab Bahasa 1 48

8 Perpustakaan 1 48

9 BP/BK 1 36

10 Ruang UKS 1 36

11 Masjid Musholla 1 64

12 Kantin 1 108

13 WC Guru 1 36

14 WC Siswa 1 48

4.

Visi dan Misi MTs Al-Islamiyah

Visi dari MTs Al-Islamiyah adalah ”membentuk manusia berkualitas dan Berkepribadian Islami”.

Sedangkan misi MTs Al-Islamiyah adalah ”melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, memberikan bimbingan dan pembinaan belajar, ibadah, akhlak, ketrampilan, sosial, menegakan


(48)

disiplin, memberi teladan, menjalin kebersamaan dan menciptakan lingkungan madrsah yang kondusif.

5.

Keadaan Guru dan karyawan

Guru MTs Al-Islamiyah terdiri dari sarjana strata satu dan diploma. untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan latar belakang pendidikan para guru tersebut pada tabel dibawah ini.

Tabel IV.3 Guru dan Karyawan

No Nama

Ijazah Terakhir

Tahun

Jabatan Mengajar

Bid. Studi

1 Abdillah,S.Pd S1 / 2006 Kepsek BK

2 Rohmaniah,S.Ag S1 / 2000 Wakasek Aqidah-Akhlak

3 Hanafi HM,Ba SM / 1984 Wakasek Bahasa Arab

4 H. Zakwan,Ba SM / 1982 Guru Fiqih

5 Rina Prastiwi,S.Pd S1 / 2004 Guru Matematika

6 Sukisni,S.Pd S1 / 2003 Guru Biologi+Kimia

7 Drs. A. Rozak S1 / 1993 Guru B. Indonesia+PLKJ

8 Wahyudin Aziz,S.Psi S1 / 2001 Stat TU -

9 Dra. Farida R S1 / 2016 Guru B. Indonesia

10 Drs. Syaiful Bachri S1 / 1992 Guru Qur'an-Hadits+Ibadah

11 Hasan,Ba D2 / 1987 Guru Matematika

12 Ida Farida,Amd D3 / 1994 Staf TU -

13 Istiqomah,S.Pd S1 / 1994 Guru Sejarah

14 H. Ali A.

Rahman,S.Pd S1 / 2000 Guru B. Indonesia+PLKJ

15 Atih Sugiarti,S.Pd S1 / 1998 Guru PKn


(49)

17 Setiawati,S.Pd.I S1 / 2003 Guru Prk. B.Arab+Fiqih

18 Asep Sopyan,S.Pd.I S1 / 2001 Guru PLKJ+B. Arab

19 Drs. H. Ramdani S1 / 1995 Guru TIK

20 Wiwi Karlina,S.Pd DIII / 2004 Guru Ekonomi

21 Dwi Novi Untoro SMK/2003 Guru Olah Raga

22 Nining Badriah,S.Pd S1 / 2003 Guru Bahasa Inggris

23 Yanti Susanti,S.Pd S1 / 2006 Guru SNK+Fiqih

24 Sari Narulita,S.Pd S1 / 2003 Guru Bahasa Inggris

25 Umi Kulsum,S.Pd.I S1 / 2008 Guru SKI+Ibadah+Fiqih

26 Hayu Hartanti,S.Pd S1 / 2002 Guru Fisika+Kimia

27 Nahrowi,BA SM / 1986 Ka TU -

28 Syaifudin SMA/1982 Staf TU -

29 Eka Yulistiawati,

S.Kom S1 / 2001 Staf TU -

30 Silvia Fitriyani,SE S1 / 2005 Staf TU -

31 Akhmad Jaki,SE S1 / 2005 Staf TU -

32 Djamilah,S.Ag S1 / 2004 Guru Qur'an-Hadits+Aqidah


(50)

6.

Struktur Organisasi

STRUKTUR MTS AL-ISLAMIYAH SRENGSENG

Pembina BP H. Ali A.Rahman

Lab. Kmptr Drs. H. Ramdani

Lab. Bahasa Ahmad Fauzi,BA

SISWA-SISWI KELAS 1,2,3

Dewan Guru

Pembina OSIS Rohmani,SPd

Pembina Perpus Ahmad Faisal

OSIS

Wakil Kelas 1,2,3

Kepala TU Nahrowi Bendahara Ida Farida,Bsc Staf TU

Syaipudi n Staf TU A. Zaki,S.E

Ketua Yayasan

Drs. H. Noer Achpas Asy’ari,MM Kepala Madrasah

Abdillah,S.Pd

KOMITE

Wkil Kesiswaan Hanafi, HM,Ba

Wkil Kurikulum Rohmaniyah,S.Ag


(51)

7.

Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan di MTs Al-Islamiyah adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik dan masyarakat khususnya untuk lingkungan Jakarta.

Struktur kurikulum MTs Al-Islamiyah meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

Kisi-kisi kurikulum akhlak

1. Meningkatkan iman kepada rasul-rasul Allah

a. Menjelaskan pengertian dan pentingnya beriman kepada rasul-rasul Allah

b. Menunjukkan bukti dalil kebenaran adanya rasul-rasul Allah c. Menampilkan prilaku yang mencerminkan beriman kepada

rasul-rasul Allah dan mencintai nabi Muhammad 2. Memahami mukzijat kejadian luar biasa

a. Menjelaskan pengertian mukzijat dan kejadian luar biasa lainnya b. Menunjukkan hikmah adanya mukzijat dan kejadian luar biasa

lainnya.

3. Menerapkan akhlak terpujikepada sesama (husnuzhan, tawaduk, tasamuh, dan taawun)

a. Menjelaskan pengertian dan pentingnya husnuzhan, tawaduk, tasamuh, dan taawun

b. Mengidentifikasi bentuk dan contoh prilaku husnuzhan, tawaduk, tasamuh, dan taawun

c. Menunjukkan nilai-nilai positif dari husnuzhan, tawaduk, tasamuh, dan taawun

d. Membiasakan prilaku husnuzhan, tawaduk, tasamuh, dan taawun 4. Menghindari hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan namimah


(52)

a. Menjelaskan pengertian hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan namimah

b. Mengidentifikasi perbuatan hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan namimah

c. Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan namimah

d. Membiasakan diri menghindari prilaku hasad, dendam, ghibah, fitnah, dan namimah

Untuk jam pembelajaran sendiri, setiap mata pelajaran dialokasikan waktu 1 jam pembelajaran 40-45 menit, dengan jumlah pertemuan sebanyak 42 jam per minggu, sehingga minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36-38 minggu.

Adapun mengenai sistem belajar mengajar yang diterapkan adalah sistem klasikal, artinya dalam penyampaian pelajaran sebagian besar dilakukan di dalam kelas dengan metode pembelajaran yang bervariasi. Adapun struktur kurikulum MTs Al-Islamiyah adalah sebagai berikut:

Tabel IV.4

Kurikulum MTs Al-Islamiyah Jakarta

No Mata Pelajaran

Jmlh Jam Pelajaran

Keterangan Standar Inovasi

1 AL-Qur’an-Hadits 2 2

2 Aqidah-Akhlak 2 2

3 Fiqih 2 2

4 Sejarah Keb. Islam 1 1

5 Bahasa Arab 3 3

6 Pend. Kewarganegaraan 2 2

7 Bahasa Indonesia 4 4

8 Bahasa Inggris 4 4


(53)

10 Ilmu Pengetahuan Alam 6 6

11 Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6

12 Seni Budaya 1 1

13 Penjaskes 2 2

14 Keterampilan/TIK 2 2

15 PLKJ 1 1

8.

Ekstrakulikuler

Tabel IV.5

Kegiatan Ekstrakulikuler

NO JENIS EKSKUL KETERANGAN

1 Pramuka Hari Sabtu

2 Olah Raga Berprestasi Hari Sabtu

3 Muhadoroh Hari Sabtu

4 Seni Baca Al-Qur’an Hari Sabtu

5 Marawis Hari Sabtu

6 Seni Da’wah Islam Hari Sabtu

B.

Deskripsi Data

Data penelitian tentang Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian Muslim di MTs Al-Islamiyah Jakarta Barat peneliti dapatkan melalui angket yang diberikan kepada siswa kelasVIII.I dan VIII.II yang berjumlah 36 orang. Selain itu peneliti juga memperoleh data melalui wawancara dan observasi. Wawancara peneliti lakukan kepada Kepala Sekolah dan Guru Akhlak MTs Al-Islamiyah untuk mendapatkan data mengenai upaya atau program yang dilakukan guru untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan akhlak, sedangkan observasi peneliti lakukan untuk


(54)

memperoleh data mengenai pelaksanaan pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah dalam membentuk kepribadian muslim.

Berdasarkan observasi tersebut, peneliti mendapatkan data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan akhlak yang sudah diterapkan di MTs Al-Islamiyah dan juga data mengenai profil sekolah yang diteliti.

Dan berdasarkan penyebaran angket ke siswa MTs Al-Islamiyah, peneliti mendapat gambaran mengenai pelaksanaan pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian muslim.

C.

Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di MTs Al-Islamiyah

1.

Sistem Pendidikan Akhlak

Sistem pendidikan akhlak yang diterapkan di MTs Al-Islamiyah adalah dengan cara memberi tauladan yang baik kepada siswanya. Dalam MTs Al-Islamiyah disertai sarana belajar serta dilengkapi juga dengan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar. Pendidikan formal dengan bentuk madrasah yang merupakan sistem pembelajaran modern yang telah dikembangkan di MTs Islamiyah, sehingga kelak lulusan MTs Al-Islamiyah mempunyai akhlakul karimah.

Pendidikan akhlak berfungsi memberikan kamampuan dan keterampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.

Tujuan pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah yaitu agar terciptanya pendidikan akhlak menjadi lebih baik dan menjadikan siswa beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Hal berdasarkan firman Allah SWT yang berbunyi:












































(55)

Allah akan mengangkat beberapa derajat diantara kamu yang beriman dan berilmu pengatahuan (QS. Al-Mujadilah 58/11)

Didalam ayat tersebut Allah SWT mengagkat iman, taqwa dan akhlakul karimah menjadi satu yang kemudian baru ilmu, selain itu terjadinya krisis moral pada pelajar dikarenakan otak mereka hanya diisi dengan ilmu pengetahuan saja, tidak diisi dengan iman dan taqwa serta akhlak karimah sehingga sering terjadinya tindakan kriminal yang dilakukan antar pelajar adalah diakibatkan karena kurangnya akhlak yang diberikan disekolah mereka. Tujuan pendidikan akhlak di sekolah adalah untuk membentuk pribadi siswa yang dihiasi dengan sikap-sikap mulia.

Berikut penulis sajikan pendapat siswa yang berkaitan dengan hasil pendidikan agama dan materi pendidikan akhlak yang diterapkan di MTs Al-Islamiyah dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel IV.6

Hasil Pendidikan Agama

Dengan Mempelajari Akhlak, Akhlak Saya Menjadi Lebih Baik

No Pilihan Frekuensi Prosentase

1. A. Sangat Baik B. Baik

C. Kurang Baik D. Tidak Baik

23 13 0 0

63,9% 36,1% 0% 0%

Jumlah 36 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendidikan akhlak dapat menjadikan akhlak siswa menjadi lebih baik. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang memilih “sangat baik” sebanyak 63,9%, yang

menjawab “baik” sebanyak 36,1%, dan tidak ada yang menjawab“kurang


(56)

Tabel IV.7

Saya Senang Terhadap Materi Pendidikan Agama Yang Diajarkan di MTs Al-Islamiyah

No Pilihan Frekuensi Prosentase

2. A. Sangat Senang B. Senang

C. Tidak Senang D. Benci

23 10 3 0

63,9% 27,8% 8,3%

0%

Jumlah 36 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden senang terhadap materi pendidikan agama yang diajarkan di MTs Al-Islamiyah. Hal ini ditunjukan dengan persentasi data sebagai berikut: yang menjawab sangat senang sebanyak 63,9%, 27,8% responden menyatakan senang, sebanyak 8,3% responden menyatakan tidak senang, sedangkan tidak ada satu pun responden yang menyatakan benci.

2.

Kurikulum Pendidikan Akhlak

Dalam konteks madrasah agar tujuan pendidikan memilki keunggulan kompetitif, maka kurikulum madrasah perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar madrasah secara kelembagaan dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengatahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi. Dengan cara seperti itu, madrasah tidak akan kehilangan relevansi program.

Kurikulum pendidikan akhlak yang digunakan di MTs Al-Islamiyah adalah kurikulum yang ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional dan departemen agama yang disempurnakan dengan kurikulum tingakat


(57)

satuan pendidikan yaitu (KTSP). kurikulum tersebut dilaksanakan secara terpadu dengan mengupayakan korelasi antar keduanya melalui penjiwaan unsur agama islam dalam unsur pelajaran, sehingga dengan perpaduan kurikulum tersebut akan membentuk sosok pribadi muslim yang berwawasan imtaq dan iptek.

Siswa MTs Al-Islamiyah merupakan siswa yang dipilih secara selektif serta memiliki kemampuan dalam ilmu agama seperti pandai membaca

Al-Qur’an dan memiliki ilmu pengathuan umum yang baik. sedangkan para

guru memiliki keahlian dibidangnya masing-masing.

Berikut penulis sajikan pendapat siswa yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan akhlak yang digunakan di MTs Al-Islamiyah, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel IV.8

Saya Senang Materi Pendidikan Agama Tentang Bakti Kepada Orang Tua

No Pilihan Frekuensi Prosentase

3. A. Sangat Senang

B. Senang C. Tidak Senang D. Benci

29 5 2 0

80,5% 13,8% 5,7%

0%

Jumlah 36 100%

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa senang terhadap materi pendidikan agama tentang berbakti kepada orang tua. Hal ini ditunjukan dengan persentasi data sebagai berikut; yang menjawab sangat senang sebanyak 80,5%, yang menjawab senang sebanyak 13,8%, responden yang menjawab tidak senang sebanyak 5,7% dan tidak ada yang menjawab benci.


(58)

Tabel IV.9

Saya Senang Materi Pendidikan Agama Tentang Tolong Menolong

No Pilihan Frekuensi Prosentase

4. A. Sangat Senang

B. Senang C. Tidak Senang D. Benci 20 8 8 0 55,6% 22,2% 22,2% 0%

Jumlah 36 100%

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa senang terhadap materi pendidikan agama tentang tolong menolong. Hal ini ditunjukan dengan persentasi data sebagai berikut; yang menjawab sangat senang sebanyak 55,6%, yang menjawab senang dan tidak senang masing-masing sebanyak 22,2% dan tidak ada yang menjawab benci.

Tabel IV.10

Saya Senang Materi Pendidikan Agama Tentang Tidak Narkoba

No Pilihan Frekuensi Prosentase

5. A. Sangat Senang

B. Senang C. Tidak Senang D. Benci 21 13 2 0 58,3% 36,1% 5,6% 0%

Jumlah 36 100%

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa senang terhadap materi pendidikan agama tentang tidak narkoba. Hal ini ditunjukan dengan persentasi data sebagai berikut; yang menjawab sangat senang sebanyak 58,3%, yang menjawab senang sebanyak 36,1%, responden yang menjawab tidak senang sebanyak 5,6% dan tidak ada yang menjawab benci.


(1)

61

Majid, Abdul dan Dian Handayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2006

Marimba D, Ahmad. Pengantar Filsafat Islam, Bandung : Al-Maarif, 1989 Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kancana, 2008

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005 Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001

Nata, Abuddin. pendidikan dalam perspektif hadist, Jakarta: Uin Jakarta press, 2005

Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rosda Karya, 2006 Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia 2006 cet. V Said, Usman. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Proyek

Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/LAIN, 1981 Sapuri, Rafy. Psikologi Islam, Cilegon: PT. Raja Grafindo Persada, 2009

Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2010

Tirtaharja, Umar dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2007.

Trim, Bambang. Menginstal Akhlak Anak, Jakarta: PT Grafindo Media Pratama, 2008


(2)

62

Tebba, Sudirman. Seri Manusia Malaikat, Yogyakarta: Scripta Perenia,2005 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nsional, Jakarta::


(3)

Angket Penelitian Tentang Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Membentuk Kepribadian Muslim (Studi Penelitian Pada Kelas VIII MTs

Al-Islamiyah Jakarta Barat)

Nama: Kelas:

A. Petunjuk Pengisian

1. Tulislah nama serta kelas anda

2. Bacalah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan teliti 3. Jawablah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan teliti

4. Berilah tanda (x) dari salah satu alternative jawaban a, b, c, dan d yang sesuai dengan jawaban anda.

B. Pernyataan

1. Dengan mempelajari akhlak, akhlak saya menjadi lebih baik. a. Sangat Baik

b. Baik

c. Kurang Baik d. Tidak Baik

2. Saya senang terhadap materi pendidikan agama yang diajarkan di MTs Al-Islamiyah.

a. Sangat Senang b. Senang

c. Tidak Senang d. Benci

3. Saya senang materi pendidikan agama tentang bakti kepada orang tua a. Sangat Senang

b. Senang c. Tidak Senang d. Benci


(4)

4. Saya senang materi pendidikan agama tentang tolong menolong a. Sangat Senang

b. Senang c. Tidak Senang d. Benci

5. Saya senang materi pendidikan agama tentang tidak narkoba. a. Sangat Senang

b. Senang c. Tidak Senang d. Benci

6. Saya senang materi pendidikan agama tentang iman kepada Allah. a. Sangat Senang

b. Senang c. Tidak Senang d. Benci

7. Kurikulum pendidikan akhlak di MTs Al-Islamiyah dapat membentuk siswa berwawasan imtaq dan iptek.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

8. Guru menguasai materi pendidikan akhlak. a. Sangat Menguasai

b. Kurang Menguasai c. Tidak Menguasai


(5)

9. Metode pengajaran pendidikan akhlak yang digunakan oleh guru bervariasi.

a. Sangat Bervariasi b. Kurang Bervariasi c. Tidak Bervariasi

d. Sangat Tidak Bervariasi

10.Saya sering berdiskusi dengan teman mengenai materi pendidikan akhlak. a. Sangat Sering

b. Sering

c. Jarang-Jarang d. Tidak Pernah

11.Cara penyampaian materi pendidikan akhlak oleh guru dalam proses pembelajaran menarik.

a. Sangat Menarik b. Kurang Menarik c. Tidak Menarik d. Membosankan

12.Diantara strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru ketika mengajarkan materi akhlak adalah (pilih salah satu)

a. Menerangkan b. Bercerita

c. Memberikan Contoh d. Melaksanakan Sendiri

13.Diantara sarana pendidikan akhlak yang tersedia di MTs Al-Islamiyah adalah.

a. Buku Cerita

b. Pelaksanaan Zakat c. Kotak Amal d. Majalah Dinding


(6)

14.Cara menilai akhlak yang paling sering dilakukan guru adalah. a. Ujian tulis

b. Ujian Lisan

c. Pelaksanaan Ibadah d. Keaktifan Siswa

15.Mata pelajaran akhlak memberikan pengaruh terhadap perubahan tingkah laku dalam kehidupan.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

16.Pendidikan akhlak dapat membuat saya untuk dapat menghargai dan menghormati orang lain.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju

d. Sangat Tidak Setuju

17.Dalam proses pembelajaran pendidikan akhlak, guru sering memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.

a. Sangat Sering b. Sering

c. Jarang-Jarang d. Tidak Pernah

18.Guru sering mengingatkan saya untuk mensyukuri semua pemberian Allah.

a. Sangat Sering b. Sering

c. Jarang-Jarang d. Tidak Pernah


Dokumen yang terkait

Minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Islamiyah Ciputat: studi kasus pada siswa Kelas VII MTs Islamiyah Ciputat

2 99 121

Fungsi pendidikan kewarganegaran (PKn) dalam membentuk kepribadian peserta didik (studi kasus MTs AI Bahri Jakarta Timur)

0 10 62

Fungsi masjid jami Al-Anwar sebagai lembaga pendidikan dalam membentuk kepribadian muslim : studi kasus pada anggota Remaja Masjid Jami Al-Anwar di jalan Mampang Prapatan X1

0 5 89

INTERAKSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PESERTA DIDIK DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Interaksi guru pendidikan agama islam dan peserta didik dalam membentuk kepribadian muslim di sekolah menengah kejuruan (smk) negeri 1

0 1 17

INTERAKSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PESERTA DIDIK DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Interaksi guru pendidikan agama islam dan peserta didik dalam membentuk kepribadian muslim di sekolah menengah kejuruan (smk) negeri 1

0 1 24

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK : STUDI SURAT AL-FURQON AYAT 63-64 DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM.

0 10 139

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FIKIH BERBASIS KURIKULUM 2013 DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ISLAM SISWA KELAS VII MTs. DARUL ULUM NGANJUK.

0 0 183

Silabus Akidah Akhlak Kelas VII MTs

0 1 20

Silabus Akidah Akhlak Kelas VII MTs

0 2 22

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS VII ( Studi pada MTs Al-Khairiyah Talang padang ) - Raden Intan Repository

0 0 16