Universitas Sumatera Utara
Indeks tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi
referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan
menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam
proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. dalam Pilliang 2004
2. Ferdinand De Saussure
Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure 1857-1913. Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian dikotomi yaitu penanda
signifier dan pertanda signified. Penanda dilihat sebagai bentukwujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai
makna yang terungkap melalui konsep, fungsi danatau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara
penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda
dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda
terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. dalam Pilliang
2004
3. Roland Barthes
Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes 1915-1980, dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu
tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna
eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna
yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang
berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman
personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini
dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi makna sebenarnya sesuai kamus dan konotasi makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan
personal. Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga
melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah
terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi,
ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. dalam
Pilliang 2004
2.2.1.1 Semiotika Komunikasi Visual
Semiotika sebagai cabang ke ilmuan memperlihatkan pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termaksuk
desain komunikasi visual. Sehingga dalam memahami sebuah karya visual layaknya harus memilah satu-persatu dalam pemaknaan yang dimana aspek
tersebut mau dipahami sehingga dapat dimengerti. Menurut Tinarbuko dalam Piliang, 2012: 339-340 semiotika komunikasi
visual yaitu semiotika sebagai mentode pembacaan karya komunikasi visual. Dilihat dari sudut pandang semiotika khusus, dengan perbendaharaan kata
vocabulary dan sintaks sintagm yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Fungsi signifikasi adalah fungsi di mana penanda yang bersifat konkrit dimuati dengan konsep-konsep abstar, atau makna, yang secara umum disebut
petanda. Dapat dikatakan di sini, bahwa meskipun semua muatan komunikasi dari bentuk-bentuk komunikasi visual ditiadakan, ia sebenarnya masih mempunyai
muatan signifikasi, yaitu muatan makna. Efektivitas pesan menjadi tujuan utama dari desain komunikasi visual.
Berbagai bentuk desain komunikasi visual: iklan, fotografi jurnalistik, poster, kalender, brosur, film animasi, karikatur, acara telivisi, video klip, web design, cd
interaktif adalah di antara bentuk-bentuk komunikasi visual yang melaluinya pesan-pesan tertentu disampaikan dari pihak pengirim desainer, produser,
copywriter kepada penerima pengamat, penonton, pemirsa. Semiotika komunikasi mengkaji tanda kontes komunikasi yang lebih luas,
yang melibatkan berbagai elemen komunikasi, seperti saluran, sinyal, media, pesan, kode bahkan juga noise. Semiotika komunikasi menekankan aspek
produksi tanda di dalam berbagai rantai komunikasi, saluran dan media, ketimbang sistem tanda. Di dalam semiotika, tanda ditempatkan di dalam rantai
komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam penyampaian pesan.
2.2.1.2 Semiotika Roland Barthes
Roland bathes dikenal sebagai salah seorang pmikir struturalis yang getol mempraktikkan model lingguistik dan semiologi Sausurrean. Dalam bidang
studinya, barthes menekankan pentingnya peran pembaca tanda the reader. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca
agar dapat berfungsi Sobur, 2004: 63. Karakteristik semiotika Barthes adala adanya dua tataran sistem
pemaknaan. Dalam Mythologies, sistem pemaknaan tataran pertama disebut denotatif, sedangkan sistem pemaknaan tataran kedua disebut konotatif.
Barthes menjelaskan dua tingkat dalam pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. ‘Denotasi’ adalah tingkat pertandaan, yaitu pertandaan yang
menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Sementara, ‘konotasi’ adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti yang maksudnya terbuka terhadap
berbagai kemungkinan penafisran. Selain itu, Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatnya, akan tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna yang
berkaitan dengan mitos. Mitos, dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial yang sebetulnya arbiter atau konotatif
sebagai sesuatu yang dianggap alamiah, 1.
Signfier penanda
2. Signified
pertanda
3. Denotative sign tanda denotatif
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER
PENANDA KONOTATIF 5.
CONNOTATIVE SIGNIFIED
PETANDA KONOTATIF
6. CONNOTATIVE SIGN TANDA KONOTATIF
Sumber : Cobley, Paul Jansz, Lita 1999. Introducing semiotics. New York : Totem Books, hlm. 51
Gambar 2.2 Peta tanda Roland Barthes
Dari peta tanda Barthes di atas bahwa terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri dari penanda 1 dan pertanda 2, namun bersamaan pula dengan tanda
denotatif menjadi penanda konotatif 4. Tanda konotatif tidak sekedar memeliki
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
makna tambahan tapi mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya dengan ‘mitos’, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu Budiman, 2001: 28 di dalam mitos juga terdapat pula tiga dimensi penanda,
pertanda, dan tanda namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lai, mitos
adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Barthes menempatakan ideologi dengan mitos karena baik di dalam mitos maupun ideologim hubungan
antara penanda konotatif dan petanda kontatif terjadi secara termotivasi Budiman, 2001; 28.
Menurut Roland Barthes tuturan mitologis bukan hanya berupa tuturan oral, namun tuturan itu bisa saja berbentuk tulisan, fotografi, film, laporan ilmiah,
olah raga, pertujukan, iklan lukisan. Mitos pada dasarnya adalah segala yang mempunyai modus reprentasi. Artinya, paparan contoh di atas memiliki arti yang
belum tentu bisa ditangkap secara langusng Iswidayanti, 2006. Bagi Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok five
major code yang didalamnya terdapat penanda teks leksia. Lima kode yang ditinjau Barthes yaitu Sobur, 2004: 65-66:
1. Kode hermeneutik atau kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca
untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi
tradisional. Di dalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaian cerita.
2. Kode proaretik, atau kode tindakanlakuan dianggap sebagai perlengkap
utama teks yang dibaca orang, yang artinya antara lain semua teks bersifat naratif. Secara teoritis Barthes melihat semua lakuan dapat dikodifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada praktiknya ia menerapkan beberapa prinsip selekisi. Kita mengenal kode lakuan atau peristiwa karena kita dapat memahaminya.
3. Kode simbolik, merupoakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas
bersifat sturktural, atau tepatnya menurut konsep Barthes, pascastruktural. Hal ini didasrkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa
oposisi biner atau pembedaan- baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual
yang memlalui proses. Pemisahaan dunia secara kultural dan primitf menjadi kekuatan dan nilai-nilai yang berlawanan yang secara mitologis
dapat dikodekan. 4.
Kode kultural atau gnomik merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikofikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme
tradisional diefenisi oleh acuan budaya apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau sub budaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasi
yang di atasnya penulis bertumpu. 5.
Kode semik atau kode konotatif banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa
konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dalam dikelompokkan dengan kontasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat suatu kumpulan
kontosi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Jika semjumlah kontoasi melekat pada suatu nama tertentu, kita dapat mengenali suatu
tokoh dengan atribut tertentu. Di samping penanda teks leksia dan lima kode pembacaan yang telah
dijabarkan di atas, beberapa konsep penting dalam analisis semiotika Roland Barthes adalah:
1. Penanda dan Petanda