Universitas Sumatera Utara
CURICULUM VITAE
A. Biodata Pribadi
1. Nana
: Alviandy
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki 3.
Tempat tanggal lahir : Medan, 03 July 1991
4. Kebangsaan :
Indonesia 5.
Status :
Belum Menikah
6. Agama
: Islam
7. Alamat
: Jl. Baru No 21 Medan Kecamatan Tembung Kelurahan Bantan Ling V
8. No Handphone
: 0812 6327 5278 9.
Email :
alvint24gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. TK
: TK 2 Pertiwi 1995-1996 2.
SD : SD 2 Angkasa Lanud Medan 1996-2002
3. SMP
: Mts2n Medan 2003 2006 4.
SMA : SMA Swasta An-Nizam 2006-2009
C. Pengakuan Organisasi
1. Purna Paskibraka Tahun 2007
2. Remaja Mesjid Al-Ijtima’iah 2006 sampai sekarang
3. Pelatih Paskibraka Sekolah SMA 1 Negeri 2014 Sampai sekarang
4. Staff Magang LDIK Laboraturiom Departemen Ilmu Komunikasi
2011-2013
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR REFERENSI
Buku
Budiman, Kris. 2003. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
_____________. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
_____________. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grup _____________. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif
dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press Husny Lah T.H.M. 1986. Butir-Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Utara.
Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia Dan Daerah Ikbar, Yanuar Akbar. 2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif. Bandung: PT
Refika Aditarma Kiryantono, Rachmat 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Kurniawan. 2001. Semilogi Roland Barhtes. Magelang: Yayasan Indonesiatera Littlejohn, Stephen W Foss, Karen A. 2009. Encyclopedia of Communication
Theory. California : SAGE Publication, Inc
Maleong, Lexy J. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Morrisan, M.A 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia Mulyana, Dedy. 2004. Komunikasi Populer, Kajian Komunikasi, dan Budaya
Kontenporer. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Mulyana, Dedy. 2007. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah
Mada Universitty Press.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pilliang, Yasraf Amir. 2004. Semiotika Komunikasi. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya
_________________. 2012. Semiotika Dan Hipersemiotika: Kode, Gaya, dan Matinya Makna. Bandung: Matahari
Salim, Peter. 1996 The Contemporary English-Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press
Singarimbun, Masri Efendi, Sofyan 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Raja Grafindo
Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitan Survei. Jakarta: LP3ES Smalindo, Sharon E, dkk. 2008. Insturctuional Technology and Media for
Learning. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Stokes, Jane. 2006 How To Do Media and Cultural Studies. Diterjemahkan oleh Santi Indra Astuti. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka
Taswin, Sheila Sutana. 2014 Pemaknaan dalam Video “Takotak si Mis Kumis” Karya Cameo Project Analisis Semiotika Terhadap Pesan
Video“Takotak si Mis Kumis” Medan: Tim Penyusun. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Tim Penyusun 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian. Medan: PT Grasindo Monoratama
Tim Penyusun 1999. Peralatan Musik dan Kelengkapan Tari Tradisional Sumatera. Palembang: Museum Negri Daerah Sumatera
Tim Survai. 19791980. Monografi Kebudayaan Melayu Di Kabupaten Langkat. Medan: Poyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Utara
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Venus, Antar. 2015. Filsafat Komunikasi Orang Melayu. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis
Bagi Peneltian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wancana Media West Richard, Turner Lynn H. 2009. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi Introdution of Communication Theory Analys and Aplication. Jakarta: Salemba Humanika
Universitas Sumatera Utara
48 Universitas
Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian
Metode adalah cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan. Jadi metodelogi penelitian ini adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku disiplin ilmu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berlangsung dalam lingkungan alami dan melakukan interaksi dengan narasumber sehingga peneliti
dapat melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi yang nantinya akan diteliti semaksimal mungkin. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Roland
Barthes. Pada dasarnya penelitian kualitatif merupakan aktivitas mencari teori
bukan menguji teori. Penelitian kualitatif ini mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai instrument kunci. Demi
menjaga iklim penelitian, maka peneliti akan langsung ke lapangan berbaur dengan informan. Dalam hal ini peneliti harus menjaga kredibilitas sebagai
peneliti yang bersifat netral demi menjaga sumber informasi yang di sampaikan oleh informan, jika sumber informan ingin di rahasiakan ataupun tidak. Hal ini
disebabkan peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam
proses tersebut. Penelitian kualitatif biasanya secara observatif, partisipatif, wawancara mendalam, dan melakukan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini,
peneliti akan melakukan wawancara, lalu observasi kemudian melakukan validitas data tersebut dan mendokumentasikannya.
3.2 Subjek
Penelitian
Subjek penelitian memiliki peran sangat strategis karena pada subjek penelitian, hal inilah yang menjadi sumber data yang akan diamati. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data. Pada penelitian kualitatif,
responden atau subjek penelitan disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberikan informasi tentang pengumpulan data yang ingin diteliti yang
berkaitan dengan penelitian yang di jalankan. Dari uraian di atas peneliti akan menentukan informan, seperti yang sudah dijelaskan pada metode penelitian.
Yang menjadi fokus informan yaitu penari aktif yang ada di sanggar tari LK USU dan sebuah video yang bersal dari Youtube, akan tetapi peneliti akan mencari
perbedaan antar sanggar tari lainnya, kemudian para praktisi ilmu yang sudah paham tentang Tari Serampang Dua Belas, dan terakhir budayawan yang ada di
sekitar Medan.
3.3 Objek
Penelitian
Objek penelitian adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda dari setiap individu atau merupakan konsep yang diberi
lebih satu nilai Nur Idrianto dan Bambang Supormo, 2007:56. Objek penelitian ini menunjuk kepada Budayawan, Ahli praktisi tari Serampang Dua Belas di
wilayah Medan.
3.4 Kerangka
Analisis
Menurut Patton, 1980 dalam Lexy Moleong 2002:103 menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikan kedalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini kerangka analisis diperoleh melalui reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhana, pengabstrakkan, dan transformasi “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan Miles Huberman,
1992 : 16. Dalam penelitian kualitatif naturalistik ini merupakan kegiatan bersifat kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu memeriksa dengan cermat apa hasil
yang ada di lapangan dari setiap kontak antara peneliti dan informan. Proses reduksi data akan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data dan analisis
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
data secara valid, membuang yang tidak perlu, mengarahkan, dan mengorganisasikan data sehingga kesimpulan-kesimpulan final dapat diverifikasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Observasi adalah kemampuan seorang untuk menggunakan pengamatnya melalaui hasil kerja pancaindra mata dibantu dengan
pancaindra lainnya.Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiantan pengamat baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data peneliti apabila
memilki kriteria sebagai berikut a.
Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncakan secara serius.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan. c.
Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya
menarik perhatian
d. Pengamatan dapat di cek dan dikontrol mengenai keabsahaanya
Bungin, 2008 : 115
Dari hasil observasi, dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara
memecahkannya.
2. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi aadalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian sosial.Pada intinya metode
dokumentasi sebuah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-
surat, catatan harian, cinderamata, laporan, dan lain-lainnya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberikan peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal pernah terjadi di waktu silam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3. Metode Penelitian Kepustakaan
Metode Penelitian Kepustakaan yaitu mengumpulkan semua catatan, data yang bersumber dari literatur serta bahan bacaan yang relevan
dengan penelitian ini
3.6 Keabsahan
Data
Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian keabsahan data hasil penelitian. Sehingga banyak hasil kualitatif diragukan
tentang kebenarannya karena beberapa hal : 1 subjektifitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, 2 alat peneliti yang diandalkan
adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka apalagi tanpa kontrol dalam observasi partisipasi, 3
sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.
Untuk itu perlu dibangun sebuah mekanisme dalam mengatasi keraguan terhadap hasil penelitian kualitatif. Adapun beberapa teknik keabsahan data yang
dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.
Perpanjangan Keikutsertaan Kehadiran peneliti dalam tahap penelitian kualitatif membantu peneliti
untuk memahami semua data yang dibuat dalam penelitian. Karena itu hampir dipastikan peneliti kualitatif adalah orang langsung melakukan wawancara dan
observasi dengan informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti memiliki waktu yang lama bersama informannya di lapangan, bahkan kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Moloeng 2006:327 mengatakan apabila peneliti lebih lama di lapangan, maka ia akan membatasi; 1 gangguan dari dampak
peneliti pada konteks; 2 kekeliruan biases peneliti; 3 mengonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesat.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Ketekunan Pengamatan
Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting yang ditempuh peneliti adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam
pengamatan dilapangan. Dengan meningkatan ketekunan dilapangan, maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula Bungin, 2008:256. Pengamatan
bukan hanya mengandalkan pancaindra, akan tetapi menggunakan semua pancaindra lainnya, termasuk pendengaran, perasaan intuisi peneliti. Dalam
ketekunanan pengamatan dilakukan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi relevan atau isu yang sedanng dicari dan kemudian memusatkan dari
pada hal-hal tersebut secara rinci.
3.7 Teknik
Analisis Data
Dilihat dari tujuan analisis, maka ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu 1 menganalisis proses berlangsungnya suatu
fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, 2 menganalisis makna yang ada dibalik informasi data, dan proses
suatu fenomena sosial itu. Semiotika memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan
menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan
dimana ia beroperasi. Hali ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia mengulas cara-cara beragam unsur bekerja sama dan berinteraksi dengan
pengetahuan.
3.7.1 Analisis Leksia
Leksia dipilih dan ditentukan berdasarkan pada kebutuhan pemaknaan yang akan dilakukan. Leksia dalam narasi bahasa bisa didasarkan pada: kata, frasa,
klausa ataupun kalimat. Sedangkan pada gambar, leksia biasanya tanda-tanda gambar dianggap penting dalam pemaknaan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. Kode Pembacaan
Menurut Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok five major code yang di dalamnya terdapat penanda teks leksia. Lima kode yang
ditinjau Barthes yaitu: 1.
Kode Hermeneutika, atau sering disebut dengan kode teka-teki. Kode ini melihat tanda-tanda dalam suatu teks yang menimbulkan pertanyaa. Fungsi kode
ini adalah mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks. Misalnya : Mengapa ada sepasang muda-mudi masuk menari di iringi lagu ?
Mengapa tangan sang wanita di letakkan di atas dada ? Mengapa sang pria tangannya di atas perut ?
2. Kode Proaiterik, yaitu kode tindakan yang membaca akibat atau dampak
dari suatu tindakan dalam teks. Analisis pada kode yang mengahasilkan makna denotasi I yaitu pada level teks.
Misalnya: Tiga sepasang muda-mudi masuk di iringi yang menggelegar, menarik perhatian penonton untuk melihat mereka menari dengan anggun dan
gagah, dan langsung memasuki panggung, dengan berformasi satu pasangan ditengah dan dua pasangan berada sisi kiri dan kanan dibelakang.
3. Kode simbolik merupakan aspek pengodean yang gampang dikenali
karena berulang-ulang muncul dalam teks. Kode pembacaan ini menghasilkan makna konotasi I yang terdapat dalam teks.
Misalnya : Tiga pasangan penari berhadapan dengan tangan kanan ke atas dan kebawah secara bergantian. Dan sang pria dengan gagah berani menghadapi
perempuan untuk berkenalan, kemudian sang wanita bersenyum malu tunduk tersipu-sipu.
4. Kode kultural, yaitu kode yang telah dikenali bersumber pada
pengalaman-pengalaman manusia. Kode ini menghasilkan denotasi II. Analisis bekerja pada level konteks
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Misalnya: Tiga pasangan penari ini mempraktekkan tarian bagaimana sebuah pertemuan terjadi, dengan tanda-tanda bahasa tubuh, pria yang ditampilkan gagah,
kemudian perempuan malu untuk berkenalan tapi tidak dapat menolaknya. 5.
Kode semik, yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan makna yang ditimbulkan oleh penanda tertentu. Kode ini menghasilkan makna
konotasi II, yaitu pada level konteks. Misalnya: Ragam pertama permulaan tari dengan gerakan berputar sembari
melompat-lompat kecil yang menggambarkan pertemuan.
Universitas Sumatera Utara
55 Universitas
Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Data Penelitian
4.1.1 Jejak Pencipta Serampang Dua Belas
Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada dekade 1930-an, ketika ia sedang bertugas di Dinas PPK Provinsi Sumatra Utara. Serampang Dua Belas pertama
kali ditampilkan pada pergelaran Muziek en Toneel Vereeniging Andalas tanggal 9 April 1938 yang bertempat di Grand Hotel, Medan, Sumatera Utara.
Para seniman penari tentu sudah tak asing lagi dengan tarian “Serampang Dua Belas”. Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada dekade 1930-an, ketika ia
sedang bertugas di Dinas PPK Provinsi Sumatra Utara. Pada masa itulah Sauti menciptakan beberapa kreasi tari yang terkenal hingga sekarang termasuk Tari
Serampang Dua Belas. Dari berbagai sumber, Serampang Dua Belas pertama kali ditampilkan pada
pergelaran Muziek en Toneel Vereeniging Andalas tanggal 9 April 1938 yang bertempat di Grand Hotel, Medan, Sumatera Utara. Sejak pegelaran pertama itu,
Sauti terus berproses dan menyempurnakan tarian ini. Tahun 1941, tarian Serampang Dua Belas ditampilkan kembali yang kedua
kalinya untuk masyarakat Serdang dalam rangka malam dana dan amal untuk membantu rakyat Serdang yang dilanda musibah banjir. Sejak saat itu, Sauti aktif
dalam berkesenian, dan aktif dalam mencermati kesenian Melayu dan mendirikan kumpulan tari yang dipimpinnya sendiri. Pada tahun 1949, Sauti telah
merampungkan dan menyusun pola dasar tari Serampang Dua Belas dan tari-tari lainnya seperti Lenggang Patah Sembilan, Melenggok Mak Inang, Tari Biasa dan
lain-lain. Perjalanan tari Serampang Dua Belas dan Guru Sauti semakin luas dan
panjang. Pada dekade 50-an, Sauti dipercaya memimpin penampilan tari Serampang Dua Belas untuk menyambut kedatangan Presiden Soekarno dan Ibu
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Fatmawati. Sauti juga ditunjuk untuk memimpin duta seni Sumatera Utara ke RRC, dan dipercaya menjadi bintang film Serampang Dua Belas pada tahun 1955.
Sauti lahir pada tahun 1903 di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut penuturan Syahrial Felani, penari Melayu, pada awal perkembangannya,
Tari Serampang Dua Belas hanya boleh dibawakan oleh laki-laki. Karena, kondisi masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi
memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya. Tetapi dengan perkembangan zaman, di mana perempuan sudah dapat berpartisipasi secara lebih leluasa dalam segala
kegiatan, maka Tari Serampang Dua Belas kemudian dimainkan secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan.
Saat ini, Tari Serampang Dua Belas boleh dikatakan sangat berkembang sampai di berbagai daerah di Indonesia selain Sumatera Utara, seperti Riau,
Jambi, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Maluku. Tari Serampang Dua Belas juga terkenal sampai mancanegara dan sering dibawakan di beberapa negara
tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong. Namun, kata Dede Rasyid, penari Melayu dari Anjungan Sumatera Utara
TMII, banyak penari Serampang Dua Belas generasi sekarang ini yang tidak mengerti makna tarian tersebut, bahkan tidak mengenal tokoh penciptanya.
Sungguh ironis, memang.
4.2 Ragam Gerak Tari Serampang Dua Belas
Nama Tari Serampang Dua Belas sebetulnya diambil dari dua belas ragam gerakan tari yang bercerita tentang tahapan-tahapan proses pencarian jodoh
hingga memasuki tahap perkawinan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.2.1 Analisis Ragam I
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3
Gambar 4.3
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4
A. Analisis Leksia
Ragam I adalah permulaan tari dengan gerakan berputar sembari melompat- lompat kecil yang menggambarkan pertemuan pertama antara seorang laki-laki
dan perempuan. Gerakan ini bertutur tentang pertemuan sepasang anak muda yang diselingi sikap penuh tanda tanya dan malu-malu. Di mulai dengan Gambar 4.1
penari masuk dengan tiga banjar sepasang laki-laki dan perempuan, laki-laki tangan kanannya berada di tengah hulu hati sembari mengenggam jempolnya
keluar kesisi dalam, sedangkan tangan kirinya terletak di pinggang. Sedangkan perempuan tangan kanannya sedikit menggengam tepat berada tengah dada, dan
tangan kanannya terletak di bawah pingang sedikit kebawah dengan jari memegang kain songket berwarna keemasan Gambar 4.2. Pada sepasang
kekasih ini dalam tarian mengkisahkan pertuman berjalan bersamaan, laki-laki tersebut harus tampak gagah, sedangkan perempuan harus terlihat cantik atau
anggun.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sepasang demi sepasang membuat formasi untuk dapat dilihat penonton, dengan yang di tengah paling depan, satu pasang penari berada ditengah,
kemudian yang lainnya berada di belakang di sisi kiri-kanan sejajar. Pada Gambar 4.3. Dalam gerakan pertama ragam ini tangan mereka naik-turun di
mulai dengan tangan kanan pertama dan tangan kiri langsung jatuh kebawah. Dalam tempo hitungan 8 ketukan tarian sembari menghadap pasangannya dapat
dilihat Gambar 4.4 pada hitungan ke 7-8 mereka langsung menghadap pasangan yang sudah ditentukan sewaktu tarian di mulai. Dan gerakan kakinya juga sama
seperti lengak-lenggok tangan sang penari tersebut.
B. Lima Kode Pembacaan