Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional

5. Komite Wakil Tetap untuk ASEAN yang terdiri dari Wakil Tetap Negara ASEAN, pada tingkat Duta Besar dan berkedudukan di Jakarta. 6. Sekretaris Jenderal ASEAN yang dibantu oleh 4 empat orang Wakil Sekretaris Jenderal dan Sekretariat ASEAN. 7. Sekretariat Nasional ASEAN yang dipimpin oleh pejabat senior untuk melakukan koordinasi internal di masing-masing Negara ASEAN. 8. Badan HAM ASEAN ASEAN Human Rights Body yang akan mendorong perlindungan dan promosi HAM di ASEAN. 9. Yayasan ASEAN ASEAN Foundation yang akan membantu Sekjen ASEAN dalam meningkatkan pemahaman mengenai ASEAN, termasuk pembentukan identitas ASEAN. 10. Entitas yang berhubungan dengan ASEAN Entities associated with ASEAN.

D. Kedudukan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional

Pada hakikatnya, organisasi internasional berdiri dengan adanya dorongan keinginan untuk meningkatkan dan melembagakan kerjasama internasional secara permanen dalam rangka mencapai tujuan bersama. 112 Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk- bentuk instrumen pokok apapun namanya akan mempunyai suatu kepribadian 112 I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, 2003, Mandar Maju, Bandung, Hal. 103 Universitas Sumatera Utara hukum di dalam hukum internasional. Kepribadian hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kepentingan untuk melaksanakan fungsi hukum. 113 Suatu organisasi internasional yang telah mampu menunjukkan kemandiriannya, berarti organisasi internasional yang demikian itu telah memiliki kepribadian hukum internasional international legal personality atau dengan sebutan yang lebih singkat, telah memiliki kepribadian internasional international personality. 114 Kepribadian hukum tersebut diperlukan ketika menjalin hubungan eksternal baik dengan Negara anggota, Negara tuan rumah, Negara non-anggota, maupun organisasi internasional lainnya. 115 Pendapat mengenai kepribadian internasional dari suatu organisasi internasional dikemukakan oleh Ian Brownlie dengan memberikan kriteria sebagai berikut 116 : a. A permanent association of states with lawful objects, equipped with organs. Organisasi internasional merupakan suatu kumpulan Negara yang bersifat tetap dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum, dilengkapi dengan badan-badan; b. A distinction, in terms of legal powers and purposes between the organization and it’s member state. Organisasi internasional memiliki suatu perbedaan dalam kekuasaan hukum dan maksud- 113 Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, 2003, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 71 114 I Wayan Parthiana, op.Cit, Hal. 105 115 Ade Maman Suherman, loc.cit 116 Ade Maman Suherman, op.cit, Hal. 73-74 Universitas Sumatera Utara maksud serta tujuan dari organisasi internasional itu ada satu pihak dengan Negara-Negara anggotanya pada lain pihak; c. The existence of legal power exercisable on the international plane and not solely within the system of one or more state. Organisasi internasional memiliki suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan organisasi internasional itu tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari salah satu atau lebih Negara, tetapi juga dalam tingkat internasional. Berdasarkan kualifikasi di atas, ASEAN sebagai suatu organisasi internasional sudah dapat dikategorikan memiliki kepribadiankedudukan hukum. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut 117 : 1. Jika dilihat dari kualifikasi organisasi internasional adalah kumpulan dari Negara-Negara permanen yang sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dan memiliki organ, maka ASEAN merupakan organisasi internasional antar-negara atau antar- pemerintah inter-governmental organizationIGO yang didirikan oleh para anggotanya, yang terdiri dari 5 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. ASEAN juga memiliki anggota yang tetap, keanggotaan ASEAN terbuka bagi Negara- Negara Asia Tenggara lainnya dengan syarat bahwa negara calon anggota dapat menyetujui dasar-dasar dan tujuan organisasi ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi ASEAN. Sesuai dengan 117 http:www.landasanteori.com201510kedudukan-asean-sebagai-organisasi.html , diakses tanggal 20 November 2015 Universitas Sumatera Utara ketentuan tersebut, maka keanggotaan ASEAN yang semula hanya terdiri dari lima Negara yang merupakan negara pendiri mengalami penambahan, pada tahun 1987 Brunei Darussalam meresmikan dirinya sebagai Negara keenam anggota ASEAN setelah kemerdekaan Negara tersebut, Negara anggota ketujuh ditempati oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995. Laos dan Myanmar menjadi Negara anggota ASEAN kedepalan dan kesembilan pada tanggal 23 Juli 1997, diikuti oleh Kamboja pada 16 Desember 1998. ASEAN didirikan untuk mencapai tujuan yang dapat dibenarkan berdasarkan hukum yang berlaku, baik hukum internasional maupun hukum nasional Negara-Negara anggotanya. Untuk mencapai tujuannya, ASEAN telah merumuskan hal-hal sebagai pedoman pelaksanaannya pada Deklarasi Bangkok dan Piagam ASEAN. Selain itu, ASEAN juga telah dilengkapi dengan organ- organ struktur kelembagaan yang menjalankan mekanisme organisasi demi tercapainya tujuan tersebut. 2. Berkaitan dengan kualifikasi yang memerlukan adanya pemisahan atau pembedaan kewenangan hukum, demi menghindari adanya tumpang tindih dalam pelaksanaannya serta demi membedakan dan memisahkan hak dan kewajiban maupun tanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak ketiga, maka perlu adanya pemisahan atau pembedaan antara kekuasaan atau kewenangan hukum legal power atau legal authority. Universitas Sumatera Utara 3. Ketiga, sejalan dengan kulifikasi yang kedua maka organisasi dapat berjalan secara mandiri melakukan hubungannya dengan organisasi lain hingga skala internasional, maka adanya struktur kelembagaan ASEAN serta dasar pelaksanaan organisasi tersendiri yang tercantuk dalam perjanjian-perjanjian atau deklarasi-deklarasi antar Negara ASEAN, membuktikan bahwa ASEAN mampu memisahkan seluruh kepentingan organisasi dengan kepentingan Negara secara pribadi. Hal tersebut membuat ASEAN dapat bertindak secara mandiri dalam hubungan-hubungan internasional tanpa intervensi Negara-Negara anggotanya. Kepribadian hukum internasional dari suatu organisasi internasional tidak begitu mudah untuk diukur berdasarkan kriteria yang dikemukakan oleh Ian Brownlie di atas, hal ini dikarenakan tingkat integrasi antara Negara-Negara anggotanya sendiri yang berbeda-beda dalam setiap organisasi internasional, terutama organisasi regional. 118 Hal ini terlihat dimana ASEAN masih merupakan organisasi yang tampak masih longgar atau kurang solid. Namun, setelah 40 tahun berdirinya ASEAN, bentuk kerja sama regional semakin diperkuat dan bertransformasi dengan ditandatanganinya Piagam ASEAN oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN adalah memberikan legal personality kepada ASEAN. Adanya identitas tersendiri bagi ASEAN yang terpisah dari status 118 I Wayan Parthiana, op.cit, Hal. 108 Universitas Sumatera Utara Negara anggotanya membuat ASEAN beraktivitas dan membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan dituntut secara hukum. 119 Piagam ASEAN merupakan dokumen konstitusional yang memuat tentang norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajiban- kewajiban dan sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN menegaskan bahwa Negara-Negara anggota mampu mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan penghormatan akan HAM termasuk hak- hak sipil dan politik. Piagam ASEAN mempunyai standar yang cukup ideal untuk perlindungan HAM berdasarkan perjanjian internasional. Piagam ASEAN sebagai dokumen konstitusional memuat beberapa elemen yang sangat penting antara lain 120 : 1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat internasional; 2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan, fungsi-fungsi dan kewenangan-kewenangan seperti organisasi internasional lainnya. Dengan kata lain, Piagam ini akan mengubah ASEAN menjadi into a rules- based organization; 3. Pembentukan mekanisme legislatif, the rule-making mechanismorgans and procedures di dalam ASEAN; 119 http:www.landasanteori.com201510kedudukan-asean-sebagai-organisasi.html , diakses tanggal 20 November 2015 120 Elfa Farida, Efektivitas Piagam ASEAN ASEAN Charter Bagi ASEAN Sebagai Organisasi Internasional, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI, Universitas Diponegoro, Semarang, Hal. 7-8 Universitas Sumatera Utara 4. Pembentukan sebuah mekanisme eksekutif atau organ yang bertugas untuk melaksanakan serta memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan organisasi; 5. Pembentukan mekanisme judicial dan quasi judicial yang berfungsi untuk menginterpretasikan dan melaksanakan setiap peraturan dan keputusan yang dikeluarkan oleh ASEAN; 6. Secara langsung Piagam ASEAN akan membantu untuk mendorong dan memperkuat penataan terhadap perjanjian-perjanjian ASEAN oleh Negara anggotanya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sense of region di antara pemerintah ASEAN. Pembentukan ASEAN sebagai organisasi internasional telah dilakukan di bawah hukum internasional. Bangkok Declaration 1967, Kuala Lumpur Declaration 1971, Declaration of the ASEAN Secretariat 1976, dan Treaty of Amity and Cooperation TAC 1976, semuanya adalah persetujuan-persetujuan internasional antara kelima Negara anggotanya yang mengikat secara hukum internasional. 121 Sebagai sebuah keputusan atau resolusi atau deklarasi, maka ia mengikat terhadap Negara-Negara anggotanya. Pada ASEAN, sepanjang menyangkut keputusan dari organisasi internasional regional yang tingkat integrasi dan kerja sama antara Negara-Negara anggotanya dalam kerangka organisasi internasional tersebut, tampak cukup baik dan intensif, maka dapat dikatakan keputusan- keputusannya itu mengikat sebagai hukum bagi para anggotanya. Apabila para 121 Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, 1997, Alumni, Bandung, hal. 85 Universitas Sumatera Utara anggotanya ada yang bersengketa mengenai suatu masalah yang sudah diatur di dalam keputusan organisasi internasional itu, penyelesaian sengketa tersebut baik oleh suatu badan peradilan ataupun di kalangan intern atau di dalam organisasi internasional itu sendiri, badan peradilan ataupun para pihak dapat mencari dan menerapkan norma hukum yang terkandung di dalam keputusan organisasi internasional tersebut. 122 Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama Treaty of Amity and Cooperation TAC yang ditandatangani di Bali pada KTT pertama ASEAN tahun 1976 sering disebut sebagai wujud dari nilai-nilai global yang mendasari pembentukan organisasi regional. Hal ini sejalan dengan pendapat Acharya, ada beberapa norma dasar yang tumbuh dalam proses evolusi ASEAN selaku organisasi regional. Terdapat paling tidak empat norma dan prinsip yang melandasi kehidupan ASEAN, yang dapat diuraikan sebagai berikut 123 : 1. Menentang Penggunaan Kekerasan dan Mengutamakan Solusi Damai Berakhirnya konfrontasi dan keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan ASEAN merupakan blessing in disguise bagi pembentukan norma hubungan antar-Negara yang menentang penggunaan kekerasan no-use of force. Walaupun konfrontasi menciptakan ketegangan luar biasa, keputusan Soeharto untuk menghentikan konfrontasi tersebut melegakan Negara-Negara tetangga dan memuluskan jalan menuju pembentukan organisasi regional yang menentang prinsip penggunaan kekerasan dalam membangun hubungan 122 I Wayan Parthiana, op.cit, Hal. 296 123 Bambang Cipto, op.cit, Hal. 22-34 Universitas Sumatera Utara sesama anggota. Di samping itu, pembentukan ASEAN pada hakikatnya membuka jalan bagi Indonesia untuk mendapatkan pengaruh tanpa harus menggunakan kekerasan. 2. Otonomi Regional Prinsip otonomi regional lahir karena adanya akesepakatan antar Negara anggota ASEAN bahwa sebagai organisasi internasional yang masih muda, ASEAN tidak mungkin menolak sepenuhnya pengaruh Negara-Negara besar di kawasan Asia Tenggara sebagaimana yang dikatakan Lee Kuan Yew, Negara-Negara ASEAN paling tidak dapat meminta Negara-Negara besar untuk memperhatikan kepentingan mereka bukan sebagai Negara tetapi sebagai organisasi regional. Dengan demikian, ASEAN dapat lebih leluasa menumbuhkan dan mengembangkan harapan mereka selaku organisasi otonom. Selain itu, prinsip otonomi regional juga dipengaruhi oleh perubahan-perubahan global yang mengarah pada kebutuhan masing- masing Negara di kawasan Asia Tenggara untuk mengembangkan politik luar negeri mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan Negara-Negara besar. 3. Tidak Mencampuri Urusan Internal Negara Anggota Lain Prinsip tidak mencampuri urusan Negara lain atau doctrine of non- interference merupakan salah satu pondasi paling kuat menopang kelangsungan regionalisme ASEAN. Berlandaskan pada doktrin ini, Universitas Sumatera Utara ASEAN dapat memelihara hubungan internal sehingga menutup pintu bagi konflik militer antar Negara ASEAN. Sudut pandang Negara anggota ASEAN, doktrin ini muncul sebagai bentuk kesadaran masing-masing Negara anggota yang pada tingkat domestik masih rentan terhadap ancaman internal berupa kerusuhan hingga kudeta. Ancaman komunis di sebagian besar Negara anggota merupakan alasan dasar mengapa Negara-Negara ASEAN menganggap ancaman domestik lebih berat dibandingkan ancaman luar. Selanjutnya, Doctrine of Non Interference ini menjadi alasan bagi Negara anggota ASEAN untuk: a. Berusaha agar tidak melakukan penelitian kritis terhadap kebijakan pemerintah Negara anggota terhadap rakyatnya masing-masing agar tidak menjadi penghalang bagi kelangsungan organisasional ASEAN; b. Mengingatkan Negara anggota lain yang melanggar prinsip tersebut; c. Menentang pemberian perlindungan bagi kelompok oposisi Negara anggota lain; d. Mendukung dan membantu Negara anggota lain yang sedang menghadapi gerakan anti-kemapanan. 4. Menentang Pakta Militer, Mendukung Kerja Sama Pertahanan Bilateral Sejak awal pembentukannya para Negara anggota ASEAN cenderung menolak kerja sama militer dalam kerangka ASEAN. Universitas Sumatera Utara Perhatian awal ASEAN adalah pada isu-isu ekonomi dan kebudayaan walaupun isu keamanan sudah pasti mempengaruhi pembentukan ASEAN, sedangkan dalam isu-isu keamanan ASEAN cenderung mendukung bilateralisme. Berlakunya Piagam ASEAN maka ASEAN mengalami evolusi dari suatu asosiasi longgar menjadi rule-based organization dan mempunyai legal personality. Piagam ASEAN merupakan dokumen konstitusional yang memuat tentang norma-norma, penegasan tentang kedaulatan, hak-hak dan kewajiban- kewajiban dan sejumlah kekuasaan-kekuasaan dalam proses legislatif, eksekutif dan yudisial. Piagam ASEAN juga menegaskan bahwa Negara-Negara anggota mampu mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan penghormatan terhadap HAM. Seluruh isi Piagam ASEAN masih merupakan gambaran dan penjelasan yang bersifat umum, dengan berbagai kata kunci yang komprehensif sifatnya. Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN karena Piagam ASEAN makin mengekalkan kebiasaan lama, misalnya pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi tempat tertinggi pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika sengketa di antara Negara anggotanya terjadi. Apabila terjadi sengketa wajib diselesaikan secara damai sesuai dengan Piagam ASEAN dan TAC. Dengan demikian efektivitas Piagam ASEAN dapat dilihat dari kepatuhan dan kesediaan Negara-Negara anggota ASEAN untuk menerapkan Piagam ASEAN dan hal-hal yang diatur dalam TAC. 124 124 Elfia Farida, op.cit, Hal. 13 Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

9 87 153

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

2 82 130

Peran ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Terhadap Kebijakan Liberalisasi Tenaga Kerja Indonesia (STUDI KASUS TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA)

4 74 89

Pengaruh ASEAN Charter (Piagam ASEAN) terhadap Yurisdiksi Negara Anggotanya

3 80 108

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

1 51 87

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Services Terhadap Tenaga Kerja Terampil Negara- Negara Anggota Asean Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

1 31 128

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21