Tinjauan Hukum Nasional Mengenai Kebijakan Free Flow of Goods

hambatan baik yang bersifat tarif maupun non-tarif. Sehingga hal ini dapat memberikan keuntungan serta kemudahan dalam bersaing bagi Negara-Negara anggota ASEAN sehingga perekonomian di kawasan tersebut dapat menjadi lebih kuat. Dengan diimplementasikannya ASEAN Economic Community AEC 2015, maka status kerja sama regional ASEAN yang sebelumnya berupa Free Trade Area yang bernama ASEAN Free Trade Area meningkat menjadi Economic Union. Implementasi ASEAN Economic Community AEC tidak hanya berfokus kepada sektor perdagangan barang saja, namun telah dibarengi dengan pergerakan jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal yang bebas. Selain itu, penghapusan tarif, serta penguatan kerja sama di bidang keamanan dan sosial budaya, menjadikan kerja sama ASEAN tidak hanya berkutat di bidang ekonomi saja, tetapi pada 2 aspek lainnya yang tidak kalah pentingnya dengan bidang ekonomi.

D. Tinjauan Hukum Nasional Mengenai Kebijakan Free Flow of Goods

dalam ASEAN Economic Community AEC 2015 Indonesia kini tengah berpacu dengan waktu dalam menyambut pelaksanaan pasar bebas Asia Tenggara atau biasa disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA yang akan dimulai pada tahunn 2015. ASEAN telah menyepakati sektor-sektor prioritas menuju momen tersebut. Ketika berlangsung ASEAN Summit ke-9 tahun 2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors PIS. Namun pada tahun 2006 PIS yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang Universitas Sumatera Utara dibagi dalam dua bagian yaitu tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Ke-7 sektor barang industri terdiri atas produk berbasis pertanian, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil, otomotif, dan produk berbasis kayu. Sedangkan kelima sektor jasa tersebut adalah transportasi udara, e-asean, pelayanan kesehatan, turisme dan jasa logistik. 335 Keinginan ASEAN membentuk MEA didorong oleh perkembangan eksternal dan internal kawasan. Dari sisi eksternal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi baru, dengan disokong oleh India, Tiongkok, dan Negara- Negara ASEAN. Sedangkan secara internal, kekuatan ekonomi ASEAN sampai tahun 2013 telah menghasilkan GDP sebesar US 3,36 triliun dengan laju pertumbuhan sebesar 5,6 persen dan memiliki dukungan jumlah penduduk 617,68 juta orang. 336 Pada tataran Pemerintah sudah cukup banyak regulasi yang dikeluarkan untuk menyokong upaya tersebut, diantaranya dengan dikeluarkannya Inpres No. 52008 tentang Fokus Program Ekonomi, Inpres No. 112011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, Keppres No. 232012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN, Program pembangunan seperti MP3EI, Program Sistem Logistik Nasional Sislognas,Pembentukan Komite Nasional MEA 2015, Pembentukan UKP4 untuk memonitor langkah Pemerintah, Inpres No. 62014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi MEA. Inpres No. 62014 ini 335 Humphrey Wangke, Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, 2014, Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI No. 10IIP3DIMei2014, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI, Jakarta 336 Ibid, Hal. 1-2 Universitas Sumatera Utara bahkan lebih spesifik menyebutkan beberapa area yang menjadi prioritas pembangunan dalam upaya meningkatkan daya saing nasional, yaitu melalui pengembangan Industri Nasional, Pengembangan Pertanian, Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Pengembangan Energi, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Sistem Logistik Nasional, Pengembangan Perbankan, Pengembangan UMKM, Pengembangan Tenaga Kerja, Pengembangan Kesehatan, Pengembangan Perdagangan, Pengembangan Kepariwisataan dan Pengembangan Kewirausahaan. Namun sayangnya, hasil dari implementasinya, belum dapat dikatakan maksimal. 337 Wacana Masyarakat Ekonomi ASEAN ASEAN Economic Community AEC 2015 banyak disorot dalam Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sehingga membawa Indonesia cukup aktif dalam kancah internasional. Walaupun AEC ini dilaksanakan pada tahun 2015 setahun setelah pemilihan umum yang berarti ada individu baru yang akan menjalankannya, namun persiapan menuju AEC 2015 ini sangat penting dalam menentukan posisi Indonesia ke depannya. Sebagai individu pembuat kebijakan, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa sendiri cukup berhasil dalam mengamankan kedudukan Indonesia sebagai Negara yang patut diperhitungkan dalam tingkat ASEAN, sementara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selain ikut aktif dalam urusan regional tersebut juga cukup mengurusi persiapan domestik Indonesia. Terbukti dengan beberapa kebijakan yang dibuatnya seperti Inpres RI Nomor 9 Tahun 2013 tentang kebijakan upah 337 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Menjadi Juara di Era MEA 2015, 2015, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta, Hal. 31-32 Universitas Sumatera Utara minimum dalam rangka keberlangsungan usaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja serta Kepres RI Nomor 18 Tahun 2013 tentang kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam. Sebagai respon terhadap wacana perdagangan bebas ASEAN sebagai dasar AEC 2015, Presiden SBY menciptakan peraturan seperti Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2010 tentang pengesahan persetujuan ATIGA. Adapun komitmen-komitmen utama dalam ATIGA adalah sebagai berikut 338 : a. Penghapusan Tarif: Sejak 1 Januari 2010, untuk ASEAN-6 Brunei, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0. Untuk Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam tarif 0 pada tahun 2015; b. Alternative ROO: menerapkan beberapa pilihan ROO untuk mempermudah pelaku bisnis; c. Self Certification: Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand telah bergabung pada Self Certification Pilot Project SCPP yang diimplementasikan pada tanggal 1 November 2010. Indonesia, Laos, Filipina bergabung pada SCPP II implementasi 1 Januari 2014. Tujuan : menyederhanakan prosedur penerbitan SKA sehingga mengurangi biaya transaksi dan mempercepat prosedur ekspor dan impor karena menggunakan invoice declaration perusahaan; 338 https:www.academia.edu7210491Politik_Luar_Negeri_pada_Era_Asean_Economi c_Community_AEC_ , diakses pada tanggal 18 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara d. Pembentukan ASEAN Single Window ASW. Indonesia merupakan anggota yang paling siap dalam pengembangan ASW operasional tahun 2015 dengan telah beroperasinya NSW-Indonesia INSW; e. ASEAN Trade Repository ATR. Demi kepastian usaha dan disiplin kebijakan, ASEAN akan mengoperasikan ATR pada tahun 2015 didukung oleh pembentukan National Trade Repository di setiap anggota. Indonesia telah membuat website Indonesia Trade Repository yang terintegrasi dengan website Indonesia National Single Windoew INSW; f. Penyederhanaan SKA Form-D. Mulai 1 Januari 2014, eksportir tidak perlu menulis FoB pada kolom 9, kecuali untuk produk yang menggunakan origin kriteria Regional Value Content RVC 40. Terkait standard and conformance, Indonesia telah meratifikasi ASEAN Agreement on the Harmonized Electrical and Electronic Equipment Regulatory Regime melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2010, tanggal 21 Desember 2010 dan telah mengimplementasikan ASEAN Customs Directive sejak tanggal 1 Januari 2011. 339 Dengan dibentuknya berbagai macam peraturan yang mengatur mengenai tata pelaksanaan komitmen berbagai aspek yang tertuang dalam ASEAN Economic Community AEC Blueprint, maka implementasi ASEAN Economic Community AEC 2015 telah disepakati oleh Pemerintah Indonesia sebagai suatu bentuk integrasi ekonomi antar-Bangsa ASEAN. 339 Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang Edisi ke-20, 2012, Sekretariat ASEAN, Jakarta, Hal. 34 Universitas Sumatera Utara Selain itu, guna menyambut era perdagangan bebas ASEAN di ke-12 sektor yang telah disepakati, Indonesia telah melahirkan regulasi penting yaitu UU No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yang telah diperkenalkan ke masyarakat sebagai salah satu strategi Indonesia membendung membanjirnya produk impor masuk ke Indonesia. UU ini antara lain mengatur ketentuan umum tentang perijinan bagi pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan perdagangan agar menggunakan bahasa Indonesia didalam pelabelan, dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Melalui UU ini pula Pemerintah diwajibkan mengendalikan ketersediaan bahan kebutuhan pokok bagi seluruh wilayah Indonesia. Kemudian menentukan larangan atau pembatasan barang dan jasa untuk kepentingan nasional misalnya untuk melindungi keamanan nasional. 340 Secara khusus, keberadaan regulasi nasional dapat dilihat dari masing- masing sektor prioritas dalam kebijakan free flow of goods dalam implementasi ASEAN Economic Community AEC 2015 yang terdiri atas 7 sektor barang, yaitu: agro-based products produk berbasis agro; automotive otomotif; electronics elektronik; fisheries perikanan; rubber-based products produk berbahan dasar karet; textiles apparels tekstil dan pakaian. Pemerintah telah menyiapkan policy paper tentang Peningkatan Daya Saing Menghadapi MEA 2015. Kebijakan ini disusun oleh Kementerian Koordinator dan Perekonomian selaku AEC Council Indonesia bersama kementerian dan sektor terkait. Policy paper ini difokuskan pada penyiapan daya saing dengan pilar pasar tunggal dan basis produksi regional, yakni sektor 340 Humphrey Wangke, op.cit, Hal. 6 Universitas Sumatera Utara perdagangan, jasa dan investasi. Policy paper ini juga dilengkapi dengan rekomendasi berupa Rencana Aksi Peningkatan Daya Saing RAPDS untuk setiap kementeriansektor. Pelaksanannya dimonitor oleh Kantor UKP4. 341 Untuk pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, sehingga perlu menetapkan peta panduan Road Map pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu. Industri berbasis agro terbagi atas 12, yaitu 342 : 1. Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 111M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit; 2. Klaster Industri Karet dan Barang Karet Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 112M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Karet dan Barang Karet; 3. Klaster Industri Kakao Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 113M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Kakao; 341 http:www.hukumonline.comberitabacalt5266278a11557kuatkan-industri-- pemerintah-buat-ipolicy-paper-i , diakses tanggal 26 Januari 2016 342 Buku II Prioritas Industri Berbasis Agro, rocana.kemenperin.go.id, diakses pada tanggal 26 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara 4. Klaster Industri Pengolahan Kelapa Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 114M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa; 5. Klaster Industri Pengolahan Kopi Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 115M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi 6. Klaster Industri Gula Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 116M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Gula; 7. Klaster Industri Hasil Tembakau Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 117M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Hasil Tembakau; 8. Klaster Industri Pengolahan Buah Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 118M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah; 9. Klaster Industri Furniture Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 119M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Furniture; Universitas Sumatera Utara 10. Klaster Industri Pengolahan Ikan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 120M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan; 11. Klaster Industri Kertas Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 121M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Kertas; 12. Klaster Industri Pengolahan Susu Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 122M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu. Dengan terbitnya seperangkat Road Map tersebut, pengembangan industri dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi 343 : 1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; 2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah Provinsi dan KabupatenKota; 3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri. 343 Loc.cit Universitas Sumatera Utara Di bidang automotive otomotif, Pengamat ekonomi internasional dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Elisabeth Kartikasari menilai, dalam Asean Economic Community 2015, Indonesia hanya mengincar pasar otomotif semata, namun belum memunculkan produk dalam negeri sendiri untuk bersaing didalamnya. 344 “Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi basis produksi otomotif. Namun perlu diingat bahwa kendaraan yang diproduksi, dirakit, dan diekspor dari Indonesia seluruhnya adalah merek asing. Ini merupakan ironi, sebab mengapa Pemerintah lebih mendukung merek asing untuk meningkatkan jumlah ekspor daripada mendorong merek mobil lokal untuk ikut bersaing dalam AEC?” ujarnya. 345 Prestasi Indonesia di bidang otomotif ASEAN patut diacungi jempol. Namun persaingan pangsa pasar otomotif dengan Thailand bisa dibilang hanya “berebut mahkota semu.” Pasalnya, baik Indonesia maupun Thailand sama-sama menjadi basis produksi produsen otomotif asing, namun juga sama-sama tidak memiliki produk lokal untuk dijadikan sebagai andalan sektor otomotif. 346 Namun sejatinya, sampai saat ini Pemerintah belum mengeluarkan regulasi yang jelas tentang mobil nasional. Regulasi yang bisa dibilang mendekati mobil nasional saat ini adalah peraturan menteri perindustrian nomor 33M- INDPER72013 yang mengatur tentang pengembangan industri kendaraan roda empat yang hemat energi dan terjangkau, atau saat ini populer disebut Low Cost 344 http:scientiarum.uksw.edu20140701industri-otomotif-indonesia-antara-aec-dan- eksistensi-merek-lokal , diakses pada tanggal 27 Januari 2016 345 Ibid 346 Ibid Universitas Sumatera Utara and Green Car LCGC. Dalam regulasi ini, Pemerintah memberi keringanan pajak pertambahan nilai barang mewah PPnBM, kepada produsen otomotif yang memproduksi mobil dengan kriteria tertentu, seperti konsumsi BBM minimal 20 kilometer per liter, menggunakan bahan baar beroktan RON 92, daan harga jualnya paling tinggi 95 juta rupiah. 347 Pemerintah harus menbuat regulasi yang jelas tentang definisi mobil nasional. Selain itu, Pemerintah juga harus membuat pemisahan yang jelas antara LCGC dengan merek mobil lokal. Hal ini agar produsen - produsen mobil lokal bisa memiliki dasar hukum yang jelas soal mobil nasional. Selain regulasi, Pemerintah perlu memberikan bantuan kepada produsen mobil lokal, semisal dengan memberi Insentif berupa potongan pajak, bantuan finansial, serta bantuan riset agar merek lokal bisa berkembang. 348 Di bidang Electronics Elektronik, Pemerintah melalui Menteri Perindustrian telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 127M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Elektronika yang terdiri atas 15 sektor yakni: 1 Industri Radio, Televisi, Alat-alat Rekaman Suara dan Gambar dan Sejenisnya ; 2 Industri Peralatan Rumah Tangga dengan Menggunakan Arus Listrik; 3 Industri Alat-alat Listrik Lainnya untuk Keperluan Rumah Tangga; 4 Industri Mesin Kantor dan Akuntansi Elektrik; 5 Industri Mesin Fotocopy; 6 Industri Peralatan Pengontrol Arus Listrik; 7 Industri Batu Baterai Kering; 8 Industri Bola Lampu Pijar dan Lampu Penerangan; 9 Industri Lampu Tabung Gas; 10 347 Ibid 348 Ibid Universitas Sumatera Utara Industri Peralatan Listrik yang tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain; 11 Industri Tabung dan Katup Elektronik serta Komponen Elektronik Lainnya; 12 Industri Peralatan Sinar X, Perlengkapan dan Sejenisnya; 13 Industri Komponen Lampu Listrik; 14 Industri Pengukuran, Pengatur, dan Pengujian Elektrik; dan 15 Industri Pengukuran, Pengatur, dan Pengujian Elektronik. 349 Namun, Perusahaan elektronik Indonesia belum siap menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean MEA yang akan berlangsung mulai Januari 2016. Saat ini saja, pasar elektronik Indonesia dikuasai produk impor, termasuk yang berkualitas rendah. Memanfaatkan kemudahan impor, sebagian industriawan sudah beralih menjadi pedagang. Ini semua terjadi karena Pemerintah tidak memiliki visi dan industri elektronik tidak mendapatkan dukungan yang memadai. Ketidaksiapan industri elektronik Indonesia terlihat jelas pada serbuan produk elektronik impor yang terus meningkat, kontribusi ekspor elektronik Indonesia yang terus menurun, dan lambatnya pertumbuhan serbuan elektronik dari dalam negeri. Banyak produk hukum yang mengganjal pertumbuhan industri. Kebijakan fiskal cenderung mematikan industri elektronik. 350 Pada bidang fisheries perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan arah kebijakan dan strategi pembangunan kelautan dan perikanan melalui Industrialisasi Perikanan. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk serta meningkatkan daya saing berbasis pengetahuan. Sasaran utama industrialisasi perikanan untuk 349 Buku IV Prioritas Industri Elektronika dan Telematika, rocana.kemenperin.go.id, diakses pada tanggal 26 Januari 2016 350 http:www.kemenperin.go.idartikel10188Industri-Elektronik-Indonesia-Belum- Siap-Hadapi-MEA , diakses pada tanggal 26 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara peningkatan pendapatan kelompok pembudidaya, pengolah dan pemasar hasil perikanan. 351 Mengenai industri perikanan, Menteri Perindustrian telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 120M- INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan yang merupakan regulasi tambahan menindaklanjuti Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Peta panduan ini dibuat agar tercapai misi pengembangan industri perikanan yang berskala menengah dan besar, serta meningkatkan ekspor ikan olahan. Pada bidang Rubber-Based Products Produk Berbahan Dasar Karet, telah diatur dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 112M-INDPER102009 tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Karet dan Barang Karet. Dalam peraturan ini, industri karet dan barang karet terdiri atas 352 : 1 Industri Ban Luar dan Ban Dalam; 2 Industri Vulkanisir Ban; 3 Industri Barang-Barang dari Karet untuk Keperluan Rumah Tangga; 4 Industri Barang dari Karet untuk Keperluan Industri; dan 5 Industri Barang-Barang dari Karet yang Tidak untuk Keperluan Rumah Tangga dan Industri. Di bidang textiles apparels tekstil dan pakaian, telah diatur Peta Panduan Road Map pengembangan industri yang diatur dalam Peraturan 351 http:www.antaranews.comberita387578industrialisasi-perikanan-kebijakan- strategis , diakses pada tanggal 26 Januari 2016 352 Buku II Prioritas Industri Berbasis Agro, rocana.kemenperin.go.id, diakses pada tanggal 26 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 109M-INDPER102009 Tentang Peta Panduan Road Map Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil. Industri Tekstil dan Produk Tekstil terdiri atas 353 : 1 Industri Serat Fiber; 2 Industri Benang PemintalanSpinning; 3 Industri Kain PertenunanWeaving, PerajutanKnitting, PencelupanDyeing, PencapanPrinting, PenyempurnaanFinishing, dan PencapanPrinting, PenyempurnaanFinishing dan Non-Woven; 4 Industri Pakaian Jadi Garment; dan 5 Industri Tekstil dan Produk Tekstil Lainnya. Dalam menghadapi ASEAN Economic Community AEC 2015, industri tekstil dan pakaian memiliki sasaran jangka panjang yaitu 354 : 1. Meningkatnya produktifitas, kualitas dan effisiensi yang berdaya saing ke arah competitive advantage; 2. Meningkatnya daya saing melalui spesialisasi pada produk TPT bernilai tambah tinggi dan high fashion yang berbahan baku lokal; 3. Berkembangnya merek - merek Indonesia untuk tujuan ekspor; 4. Meningkatnya penggunaan produk TPT lokal di dalam negeri. Berdasarkan uraian tersebut diatas, seluruh kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah masih belum memadai untuk menghadapi ASEAN Economic Community AEC 2015. Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa peraturan perundang-undangan yang belum harmonis yang menimbulkan ketidakpastian hukum dan usaha, sehingga para investor cenderung enggan 353 Buku I Prioritas Industri Berbasis Manufaktur, rocana.kemenperin.go.id, diakses pada tanggal 26 Januari 2016 354 Ibid Universitas Sumatera Utara melakukan investasi di Indonesia. Ketidakharmonisan antara Pemerintah daerah dengan Pemerintah pusat pun masih terjadi, khususnya dalam hal perizinan. 355 Beberapa pendapat menyatakan bahwa Indonesia belum siap akan MEA 2015. Salah satunya, Direktur Eksekutif Core Indonesia Hendri Saparini menilai persiapan yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean MEA 2015 masih belum optimal. Pemerintah baru melakukan sosialisasi tentang “Apa Itu MEA” belum pada sosialisasi apa yang harus dilakukan untuk memenangi MEA. Sosialisasi “Apa itu MEA yang telah dilakukan Pemerintah pun ternyata masih belum 100 karena sosialisasi baru dilaksanakan di 205 kabupaten dari jumlah 410 kabupaten yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 356 Hendri menjelaskan besarnya komitmen Pemerintah terhadap kesepakatan MEA ternyata bertolak belakang dengan kesiapan dunia usaha. Menurutnya dari hasil in-depth interview Core dengan para pengusaha ternyata para pelaku usaha bahkan banyak yang belum mengerti adanya kesepakatan MEA. Dia mengatakan salah satu strategi yang dipersiapkan Pemerintah menjelang MEA adalah Indonesia harus menyusun strategi industri, perdagangan dan investasi secara terintegrasi karena dengan adanya implementasi MEA beban defisit neraca perdagangan akan semakin besar maka dari itu membuat strategi industri harus menjadi prioritas Pemerintah. 357 355 http:antariksa2010.blogspot.co.id201311antisipasi-kesiapan-indonesia.html , diakses tanggal 29 Januari 2016 356 http:id.stie-stmy.ac.idberita-165-persiapan-indonesia-dalam-menghadapi-mea- masyarakat-ekonomi-asean.html , diakses pada tanggal 3 Februari 2016 357 Ibid Universitas Sumatera Utara Strategi dan persiapan yang selama ini telah dilakukan oleh para stake holder yang ada di Indonesia dalam rangka menghadapi sistem liberalisasi yang diterapkan oleh ASEAN, terutama dalam kerangka integrasi ekonomi memang dirasakan masih kurang optimal. Namun hal tersebut memang dilandaskan isu-isu dalam negeri yang membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Diperlukan kedisiplinan dari pihak Pemerintah, terutama yang berkaitan dengan wacana persiapan menghadapi realisasi AEC ditahun 2015, yaitu dengan peningkatan pengawasan terhadap perkembangan implementasi sistem yang terdapat dalam Blue Print AEC. 358 Selain hal tersebut diatas, terbitnya Inpres Nomor : 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN, dinilai masih kurang. Hal ini menyebabkan belum adanya kepastian hukum yang dapat menjamin pelaksanaan kegiatan ASEAN Economic Community 2015. Sehingga masih dibutuhkan suatu mekanisme pengawasan untuk mengawal implementasi ASEAN Economic Community dan menjaga kepastian hukum. 359 358 Ibid 359 http:antariksa2010.blogspot.co.id201311antisipasi-kesiapan-indonesia.html , diakses tanggal 29 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara 123 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

9 87 153

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

2 82 130

Peran ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Terhadap Kebijakan Liberalisasi Tenaga Kerja Indonesia (STUDI KASUS TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA)

4 74 89

Pengaruh ASEAN Charter (Piagam ASEAN) terhadap Yurisdiksi Negara Anggotanya

3 80 108

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

1 51 87

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Services Terhadap Tenaga Kerja Terampil Negara- Negara Anggota Asean Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

1 31 128

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21