Latar Belakang Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Goods Terhadap Negara-Negara Asia Tenggara (Asean) Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang untuk sebagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, dan kareanya, benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan-hubungan mereka satu sama lain, dan yang meliputi juga : a. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga- lembaga atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan mereka satu sama lain, dan hubungan mereka dengan negara-negara dan individu-individu; dan b. Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu- individu dan badan-badan non-negara sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan badan non-negara tersebut penting bagi masyarakat internasional. 1 Subjek hukum internasional menurut Martin Dixon adalah a body or entity which is capable of possessing and exercising rights and duties under international law suatu badan yang mampu menguasai dan menjalankan hak dan kewajibannya dibawah hukum internasional. Dimana sesuatu dapat dikatakan sebagai subjek hukum internasional apabila mampu untuk menuntut hak-haknya didepan pengadilan internasional dan nasional, menjadi subjek dari beberapa atau 1 J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, 2009, Sinar Grafika, Jakarta, hal: 3 Universitas Sumatera Utara semua kewajiban yang diberikan oleh hukum internasional, mampu membuat perjanjian internasional yang sah dan mengikat dalam hukum internasional, serta menikmati imunitas dari yurisdiksi pengadilan domestik. 2 Salah satu subjek hukum internasional yang dikenal saat ini adalah organisasi internasional. Organisasi internasional diakui sebagai subjek HI yang berhak menyandang hak dan kewajiban dalam HI barulah sejak keluarnya advisory opinion Mahkamah Internasional dalam kasus Reparation Case 1949. Kasus ini bermula dari tertembaknya Pangeran Bernadotte dari Swiss oleh tentara Israel, pada saat menjalankan tugas sebagai mediator PBB di Timur Tengah. Menurut PBB, Israel telah gagal untuk mencegah terjadinya pembunuhan, juga untuk menghukum si pembunuh sehingga PBB akan menuntut ganti rugi berdasarkan hukum internasional. 3 Dengan pendapat Mahkamah Internasional yang dinyatakan dalam Advisory Opinion diatas kedudukan PBB dan organisasi serupa yaitu Badan- badan khusus Specialized Agencies PBB sebagai subjek hukum menurut hukum internasional tidak perlu diragukan lagi. Adapun Badan-Badan Khusus Specialized Agencies PBB pada saat ini antara lainnya International Monetary Fund IMF, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization UNESCO, International Maritime Consultative Organization IMCO, dan World Health Organization WHO. 4 2 Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, 2010, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal:102 3 Ibid, hal. 142 4 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, 2012, Alumni, Bandung, hal: 103 Universitas Sumatera Utara Organisasi internasional yang paling mendunia yang sangat diakui keberadaannya secara internasional adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. PBB adalah organisasi yang dibentuk sebagai imbas dari gagalnya Liga Bangsa- Bangsa LBB dalam mengakhiri peperangan dan menciptakan kedamaian dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB atau yang disebut dengan United Nations UN didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 atas ratifikasi Piagam oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan yakni Prancis, Republik Rakyat Tiongkok, Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat dan mayoritas dari 46 anggota lainnya. Lembaga ini bertujuan untuk menjaga perdamaian, dan keamanan dunia, memajukan, dan mendorong penghormatan hak asasi manusia, membina pembangunan ekonomi, dan sosial, melindungi lingkungan, dan menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata. 5 Sebagai sebuah negara yang notabene merupakan salah satu subjek hukum dalam hukum internasional, Indonesia memiliki kapabilitas dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lain. Disamping itu, sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, penting bagi Indonesia untuk melakukan perjanjian atau kesepakatan dengan negara-negara lain, bahkan untuk ikut serta dalam keanggotaan suatu organisasi internasional. Indonesia resmi menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tanggal 28 September 1950 sebagai negara anggota PBB yang ke-60 yang ditetapkan dengan Resolusi Majelis Umum PBB nomor ARES491 V 5 https:id.wikipedia.orgwikiPerserikatan_Bangsa-Bangsa , diakses pada tanggal 14 November 2015 Universitas Sumatera Utara Indonesia mendapatkan undangan untuk menghadiri sidang kembali atas tindak lanjut Majelis Umum PBB terhadap keputusan pemerintah Indonesia. 7 Disamping PBB, Indonesia juga ikut serta dalam organisasi dengan ruang lingkup yang lebih kecil dan mencakup negara-negara Asia Tenggara sebagai anggotanya yang disebut dengan ASEAN Association of South East Asia Nations. ASEAN merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. 8 Sejak KTT Bali tahun 1976, para menteri ekonomi ASEAN telah meningkatkan kegiatan mereka. Dalam Deklarasi Kesepakatan ASEAN dinyatakan bahwa dalam rangka kerja sama di bidang ekonomi, beberapa program kegiatan telah disetujui, antara lain: 1 komoditas utama, terutama pangan dan energi; 2 kerjasama di bidang perdagangan; 3 pendekatan bersama atas persoalan komoditas internasional dan persoalan ekobomi diluar kawasan ASEAN; dan 4 mekanisme kerja sama ekonomi ASEAN. 9 Menteri-menteri ekonomi ASEAN telah menyetujui pembentukan lima komite ekonomi yang kemudian diakui secara resmi dalam struktur ASEAN, yaitu: 1 Komite Perdagangan dan Pariwisata Committee on Trade and Tourism [COTT] yang berkedudukan di Singapura; 2 Komite Industri, Mineral, dan 7 https:id.wikipedia.orgwikiIndonesia_dan_Perserikatan_Bangsa- BangsaPengunduran_diri_dari_Perserikatan_Bangsa_Bangsa_.281965-1966.29 , diakses pada tanggal 14 November 2015 8 https:id.wikipedia.orgwikiPerhimpunan_Bangsa-Bangsa_Asia_Tenggara , diakses pada tanggal 14 November 2015 9 Wiwin Yulianingsih dan Moch. Firdaus Sholihin, Hukum Organisasi Internasional, 2014, Penerbit Andi, Yogyakarta, hal: 173 Universitas Sumatera Utara tentang “Penerimaan Republik Indonesia dalam keanggotaan di Perserikatan Bangsa- Bangsa”. Jika ditilik dari tanggal pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag yang diselenggarakan pada tanggal 23 Agustus 1949 – 2 November 1949, maka tanggal diterimanya Republik Indonesia sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa hanya berselisih kurang dari satu tahun dari tanggal diakuinya kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag. 6 Keikutsertaan sebuah negara dalam suatu organisasi internasional pada dasarnya dilandasi oleh cita-cita dan tujuan bersama serta adanya keyakinan dapat difasilitasinya kepentingan negara tersebut dengan memasuki suatu organisasi internasional. Pada masa Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tanggal 7 Januari 1965, sebagai reaksi atas terpilihnya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang memancing amarah Presiden Republik Indonesia saat itu Ir. Soekarno, Indonesia memutuskan untuk mundur dari PBB, dan mendirikan CONEFO Conference of the New Emerging Forces yang mana digagas oleh Presiden Soekarno untuk membentuk suatu kekuatan blok baru untuk menyaingi 2 kekuatan blok sebelumnya. Namun, dalam sebuah telegram bertanggal 19 September 1966, Indonesia memberikan pesan kepada Sekretaris Jenderal PBB atas keputusannya untuk melanjutkan kerjasama penuh dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan untuk melanjutkan partisipasinya dalam sesi ke-21 sidang Majelis Umum PBB. Sehingga pada tanggal 28 September 1966, perwakilan 6 https:id.wikipedia.orgwikiIndonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa , diakses tanggal 14 November 2015 Universitas Sumatera Utara Energi Committee on Industry, Minerals, and Energy [COIME] yang berkedudukan di Filipina; 3 Komite Makanan, Pertanian, dan Kehutanan Committee on Food, Agriculture, and Forestry [COFAF] yang berkedudukan di Indonesia; 4 Komite Pengangkutan, dan Komunikasi Committee on Transportation and Communication [COTAC] yang berkedudukan di Malaysia; dan 5 Komite Keuangan dan Perbankan Committee on Finance and Banking [COFAB] yang berkedudukan di Thailand. 10 Sejak bulan Januari 1978 telah berlaku pengaturan perdagangan preferensial Preferential Trading Arrangements [PTA]. Pengaturan yang telah disahkan oleh kelima negara ASEAN tersebut memberlakukan pengurangan tarif yang pada umumnya berkisar antara 10 hingga 20. Namun pengurangan sebesar itu dirasakan sangat kurang. Sehingga pada tahun 1981 semua negara ASEAN melaksanakan pengurangan 20 hingga 25 untuk komoditas yang tercantum dalam PTA. 11 Namun, sistem PTA tidak memberi manfaat banyak untuk mengembangkan perdagangan di antara negara anggota ASEAN. Hal ini disebabkan oleh adanya penggunaan positive list untuk barang-barang yang tercantum ke dalam skema liberalisasi. Hal ini berbeda dengan negative list dimana dinyatakan barang-barang apa saja yang tidak termasuk. Sebagai akibatnya, banyak produk yang tidak dimasukkan. 12 Selain itu, PTA juga menyebabkan eksploitasi yang dilakukan oleh pihak yang kuat ekonominya terhadap masyarakat ekonomi lemah, sehingga timbullah monopoli yang 10 Ibid, hal. 173-174 11 Ibid, hal. 174 12 Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, 2005, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 134 Universitas Sumatera Utara merugikan masyarakat. Hal ini juga berdampak kepada semakin lebarnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah, sehingga perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil. 13 Kerjasama negara-negara ASEAN tidak hanya berhenti pada PTA saja. ASEAN terus membuat kesepakatan dalam bidang ekonomi demi memajukan perekonomian regional, dimana salah satunya adalah ASEAN-China Free Trade Area sebagai kerja sama pertama negara di luar ASEAN dalam bidang ekonomi yang disahkan pada tahun 2004. Pada Konferensi Tingkat Tinggi KTT ASEAN XI di Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan Desember 2005, Kepala-kepala Pemerintahan ASEAN mencapai suatu kesepakatan untuk menyusun rancangan draft sebuah piagam agar ASEAN menjadi suatu organisasi internasional yang memiliki dasar hukum. Beberapa proposal rancangan piagam ASEAN dipaparkan ke publik pada Konferensi Tingkat Tinggi KTT ASEAN XII di Cebu, Filipina pada bulan Januari 2007. Barulah rancangan tersebut menghasilkan Piagam ASEAN ASEAN Charter pada Konferensi Tingkat Tinggi KTT ASEAN XIII di Singapura pada bulan November 2007 yang selanjutnya diberlakukan sejak 15 Desember 2008. 14 Setelah sukses dengan pembentukan kawasan perdagangan bebas ASEAN ASEAN Free Trade Area [AFTA] yang berimplikasi pada makin kuatnya eksistensi ASEAN sebagai suatu organisasi yang sangat berperan dalam perkembangan perekonomian Asia Tenggara, serta berdasarkan pada prinsip 13 Pebriandini Widjaja, “Perdagangan Bebas” dalam https:pebriandini.wordpress.com20120417perdagangan-bebas , diakses tanggal 14 November 2015 14 https:id.wikipedia.orgwikiPiagam_ASEAN , diakses tanggal 14 November 2015 Universitas Sumatera Utara ASEAN Charter yang telah dibentu, maka ASEAN kini melangkah lebih progresif dengan pembentukan ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA. Komunitas ini sendiri mengikuti model European Community. Blueprint pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ditandatangani pada tahun 2007 bersamaan dengan ditandatanginya blueprint ASEAN Security Community dan blueprint ASEAN Social Cultural Community. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang diharapkan lebih mengintegrasikan ekonomi ASEAN ditargetkan akan tercapai pada tahun 2015. Pencapaian Masyarakat Ekonomi ASEAN akan dilakukan melalui kebebasan pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal antar negara-negara anggota ASEAN. 15 ASEAN Economic Community AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA merupakan wadah terbesar dan membuka sebesar-besarnya peluang bagi seluruh negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia untuk mengembangkan perekonomian dan perdagangan menuju arah yang lebih baik. Namun, dengan adanya keterbukaan pasar yang terjadi melintasi negara, tidak tertutup kemungkinan terjadinya persaingan yang menimbulkan konflik di masa yang akan datang, khususnya dalam hal perdagangan barang yang mana tentunya setiap negara akan berlomba-lomba untuk melindungi produsen dalam negerinya sehingga tetap mampu bersaing dengan barang-barang yang didatangkan dari luar negeri. Hal inilah yang membuat ASEAN perlu untuk membuat pedoman pelaksanaan kebijakan free flow of goods yang diimplementasikan dalam ASEAN Economic Community AEC 2015 serta pengaruhnya terhadap negara-negara 15 Triyana Yohanes, Hukum Ekonomi Internasional, 2015, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, hal. 141 Universitas Sumatera Utara Asia Tenggara, khususnya Indonesia bila ditinjau secara internasional maupun secara nasional. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting untuk dibahas mengenai implikasi diimplementasikannya kebijakan free flow of goods dalam ASEAN Economic Community AEC 2015 terhadap negara-negara Asia Tenggara berdasarkan perspektif hukum ekonomi internasional dan nasional.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

9 87 153

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

2 82 130

Peran ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Terhadap Kebijakan Liberalisasi Tenaga Kerja Indonesia (STUDI KASUS TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA)

4 74 89

Pengaruh ASEAN Charter (Piagam ASEAN) terhadap Yurisdiksi Negara Anggotanya

3 80 108

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

1 51 87

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Services Terhadap Tenaga Kerja Terampil Negara- Negara Anggota Asean Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

1 31 128

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21