dan kolaborasi regional bahkan dalam masalah hukum. Misalnya polusi asap lintas batas, penyelundupan orang, lingkungan hidup, terorisme, dan keamanan,
Kendalanya, harmonisasi hukum nasional Negara anggota ASEAN dengan hukum regional kami menemukan adanya ketegangan baik eksplisit maupun implisit
untuk dapat diimplementasikan dalam kawasan. Kita perlu mengadopsi solusi politik dan cara sinergi pada hukum nasional dan konten regional”
297
Pieter Jan Kujiper, peneliti dari Universitas Amsterdam, menyarankan ASEAN perlu membuat perjanjian dan kesepakatan sebagai satu kesatuan atas
nama organisasi internasional. Pasalnya, selama ini perjanjian-perjanjian di ASEAN dibuat oleh tiap anggota ASEAN secara individu. ASEAN harus sebagai
sebuah pihak dalam perjanjian atau bersama-sama Negara anggota dalam membuat perjanjian. “Bila perjanjian dibuat secara eksternal oleh masing-masing
Negara ASEAN akan dikhawatirkan akan memiliki konsekuensi hukum. Perlu agar sebuah kesepakatan di ASEAN dibuat secara bersama-sama sebagai satu
kesatuan,”
298
B. Pengaturan Free Flow of Goods dalam ASEAN Economic Community
AEC 2015
Arus bebas barang merupakan salah satu elemen utama AEC Blueprint dalam mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN dengan kekuatan pasar tunggal
dan berbasis produksi. Masyarakat Ekonomi ASEAN AEC merupakan langkah
297
D iskusi panel “Integrasi ASEAN Melalui Hukum: pemerintahan, manajemen, dan
hubungan eksternal ASEAN” di Jakarta, Senin 297, dari http:sp.beritasatu.comhomeintegrasi- hukum-perkuat-asean39276, diakses tanggal 16 Januari 2016
298
Ibid
Universitas Sumatera Utara
lebih maju dan komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN Asean
Free Trade AreaAFTA. AEC Blueprint mengamanatkan liberalisasi perdagangan barang yang lebih meaningful dari CEPT-AFTA. Komponen arus
perdagangan bebas tersebut meliputi penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan maupun penghapusan hambatan non tarif sesuai skema AFTA.
299
Maka
dari itu, Negara-Negara anggota ASEAN telah menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement ATIGA pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 tanggal 27
Februari 2009 di Chaam, Thailand.
300
ATIGA ASEAN Trade in Goods Agreement yang merupakan kodifikasi dari keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam liberalisasi dan fasilitasi
perdagangan barang trade in goods yang disesuaikan dengan AEC Blueprint.
301
ATIGA terdiri dari 11 bab, 98 pasal, dan 10 lampiran, yang antara ainnya mencakup prinsip-prinsip umum perdagangan internasional non-discrimination,
Most Favoured Nations, national treatment, liberalisasi tarif, pengaturan non- tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar, regulasi
teknis dan prosedur pemeriksaan penyesuaian, Sanitary and Phytosanitary Measures, dan kebijakan pemulihan perdagangan safeguards, anti-dumping,
countervarting measures.
302
ATIGA bertujuan mewujudkan kawasan arus barang yang bebas sebagai salah satu prinsip dasar pasar tunggal Masyarakat Ekonomi
ASEAN, yang bertujuan untuk meminimalisir hambatan dan memperkuat kerjasama antar anggota, menurunkan biaya, meningkatkan perdagangan dan
299
Hamid Amren, http:www.kompasiana.comhamidamrenmenyongsong-masyarakat-
ekonomi-asean_551b4e87a33311ec21b65eef , diakses pada tanggal 16 Januari 2016
300
Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 18
301
Hamid Amren, loc.cit
302
Departemen Perdagangan RI, loc.cit
Universitas Sumatera Utara
kawasan investasi yang kompetitif, efesiensi ekonomi serta menciptakan pasar yang lebih besar.
303
Ada 5 elemen penting dalam ATIGA sebagaimana yang dijelaskan diatas. Dalam buku ATIGA terbitan ASEAN halaman 1, dijelaskan sebagai
berikut
304
: 1. ATIGA consolidates and streamlines all the provisions in the CEPT-
AFTA, and formalizes several ministerial decisions. As a result, the ATIGA has become a single legal instrument for government officials
who implement and enforce the Agreement, as well as for the private sectors who are the beneficiaries. ATIGA mengkonsolidasikan dan
menyederhanakan seluruh ketentuan yang terdapat dalam CEPT- AFTA, serta memformalkan beberapa keputusan tingkat menteri.
Sebagai hasilnya, ATIGA menjadi perangkat hukum tunggal tidak hanya
bagi pejabat
Pemerintahan yang
menerapkan dan
mengamankan perjanjian tersebut, namun juga bagi pelaku usaha yang menjadi pemetik manfaatnya;
2. The ATIGA annex provides the full tariff reduction schedule of each Member States and spells out the tariff rates to be applied on each
product for each year up to 2015. This makes tariff reduction schedules transparent and predictable for the business community. A
single legal enactment to effectively implement the stipulated
303
Hamid Amred, loc.cit
304
Rolas Jakson
Tampubolon, http:www.kompasiana.comwww.rolastampubolon.wordpress.commanfaatkan-atiga-sebelum-
afta-2015_54f84f35a33311f07d8b4577 , diakses pada tanggal 16 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
reduction schedule up to 2015 is also expected. Annex pada ATIGA menunjukkan jadwal penurunan tarif secara menyeluruh dari setiap
Negara anggota dan menguraikan tingkat tarif yang dikenakan kepada setiap produk per tahunnya hingga tahun 2015. Hal ini membuat
rencana penurunan tarif menjadi lebih transparan dan memberikan kepastian bagi komunitas bisnis. Sebuah pengundangan komitmen
juga telah dilakukan untuk menerapkan secara efektif jadwal penurunan tarif sampai pada tahun 2015;
3. The ATIGA comprises elements to ensure the realisation of free flow of goods within ASEAN, including the following: tariff liberalization,
removal of non-tariff barriers, rules of origin, trade facilitation, customs, standards and conformance, and sanitary and phytosanitary
measures. The ATIGA contains comprehensive coverage of commitments related to trade in goods and mechanisms for its
implementation as well as institutional arrangements. This would allow for synergy of actions being undertaken by the various ASEAN
sectoral bodies ATIGA mencakup beberapa elemen untuk dapat memastikan terwujudnya arus perdagangan barag bebas di kawasan
ASEAN, temasuk diantaranya: liberalisasi tarif, penghapusan hambatan non-tarif, keterangan asal barang, fasilitas perdagangan,
kepabeanan, standar dan kesesuaian, dan kebijakan sanitary dan phytosanitary. ATIGA meliputi cakupan komprehensif dari komitmen
di bidang perdagangan barang, serta mekanisme penerapan serta
Universitas Sumatera Utara
pengaturan kelembagaannya.
Hal ini
akan memungkinkan
terbentuknya sinergi dari langkah-langkah yang diambil oleh berbagai badan-badan sektoral ASEAN;
4. With the objectives of eliminating non-tariff barriers, the provisions of non-tariff measures NTM in the ATIGA have been enhanced further
through codification of measures, as well as establishment of a mechanism to monitor the commited elimination of non-tariff barriers.
dengan tujuan untuk menghilangkan hambatan non0tarif, ketentuan mengenai kebijakan non-tarif dalam ATIGA telah dikembangkan
lebih jauh melalui kodifikasi tindakan-tindakan, dan melalui penyusunan mekanisme untuk mengawasi komitmen pengurangan
hambatan-hambatan non-tarif; 5. The ATIGA places emphasis on trade facilitation measures by
including the ASEAN Framework on Trade Facilitation. Subsequently, ASEAN has developed the Trade Facilitation Work Programme for
the period of 2009-2015. ATIGA memberikan penekanan pada langkah-langkah
fasilitasi perdagangan
dengan memasukkan
Kerangka Kerja Fasilitas Perdagangan ASEAN. Lebih jauh lagi, ASEAN telah mengembangkan Program Kerja Fasilitas Perdagangan
untuk periode 2009-2015 Dengan ATIGA diharapkan akan memberikan manfaat dalam hal
kepastian hukum dibidang perdagangan barang, meningkatkan volume ekspor diinternal Negara anggota, meningkatkan produktivitas dan daya saing, iklim
Universitas Sumatera Utara
usaha yang kondusif, terciptanya lapangan kerja baru, penyederhanaan prosedur kepabeanan, pemanfaatan teknologi serta terciptanya perdagangan barang yang
transparan, adil dan terstandarisasi.
305
ATIGA mulai berlaku setelah diratifikasi oleh seluruh Negara anggota. Pada saat ATIGA berlaku, beberapa perjanjian ASEAN yang berhubungan
dengan perdagangan barang seperti perjanjian CEPT dan beberapa protokol lainnya akan tergantikan. Indonesia meratifikasi ATIGA melalui Peraturan
Presiden No. 2 Tahun 2010 tentang Pengesahan ASEAN Trade in Good Arrangement ATIGA yang kemudian diteruskan dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 128PMK.0112010 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Dalam Rangka ATIGA tertanggal 12 Juli 2010 sebagai
implementasi dari ATIGA. Dalam lampiran peraturan tersebut, terdapat beberapa produk dari Negara ASEAN yang diberikan Bea Masuk 0 . Tentu dengan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan tersebut. Salah satunya adalah wajib membuat “Form D”.
306
Dengan ATIGA diharapkan akan memberikan manfaat dalam hal kepastian hukum dibidang perdagangan barang, meningkatkan volume ekspor
diinternal Negara anggota, meningkatkan produktivitas dan daya saing, iklim usaha yang kondusif, terciptanya lapangan kerja baru, penyederhanaan prosedur
kepabeanan, pemanfaatan teknologi serta terciptanya perdagangan barang yang transparan, adil dan terstandarisasi.
307
305
Hamid Amren, loc.cit
306
Rolas Jakson Tampubolon, loc.cit
307
Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
Disamping memberikan banyak manfaat diberlakukan ASEAN Economic Community 2015 khususnya dengan diterapkan arus perdagangan barang bebas,
Indonesia juga akan dihadapkan pada sejumlah tantangan. Apalagi bagi Tarakan dan utara Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan
berdekatan dengan Philipina dan Brunei Darussalam, yang mana kawasan ini sering disebut dengan Kawasan Pertumbuhan Asean Timur BIMP-EAGA. Kota-
kota penting dan strategis dikawasan ini telah berkembang demikian pesat. Ini harus menjadi pemicu dan tantangan dalam menangkap peluang dengan
implementasi ASEAN Economic Community 2015. Hal utama yang perlu mendapat perhatian adalah kesamaan keunggulan komparatif kawasan, khususnya
di sektor pertanian, perikanan, produk berbasis kayu, industri kecil, menengah dan hasil perkebunan. Kita harus melakukan strategi peningkatan nilai tambah produk
ekspor dengan kharateristik tersendiri. Tantangan lain yang juga serius adalah daya saing sumber daya manusia. Kemampuan dalam pemanfaatan teknologi,
jejaring kerja dan kemampuan penetrasi pasar serta kemampuan negosiasi perdagangan luar negeri harus ditingkatkan baik oleh pelaku usaha maupun oleh
stakeholders pembuat kebijakan. Sistem pendidikan dan lulusan pendidikan harus mampu menjawab tantangan era ASEAN Economic Community 2015.
308
308
Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
C. Tinjauan Hukum Ekonomi Internasional Mengenai Kebijakan Free