BAB III IMPLEMENTASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY AEC 2015
SEBAGAI PENINGKATAN HUBUNGAN ANTAR NEGARA ASIA TENGGARA
B. Latar dan Tujuan ASEAN Economic Community AEC 2015
Sejak awal pembentukannya, ASEAN secara intensif membuat perjanjian dan kesepakatan di bidang ekonomi. Pada 24 Februari 1977, ASEAN
menyepakati ASEAN Preferential Trade Association PTA. Berdasarkan PTA ini, Negara-Negara anggota ASEAN sepakat untuk memberi keuntungan-
keuntungan perdagangan bagi Negara-Negara anggota ASEAN. Inti dari program PTA ialah menurunkan bea masuk dalam perdagangan antar-anggota ASEAN di
Manila.
125
Namun sistem ini tidak memberikan manfaat banyak untuk mengembangkan perdagangan di antara Negara-Negara ASEAN. Terhambatnya
ini diakibatkan oleh adanya penggunaan positive list untuk barang-barang yang tercantum ke dalam skema liberalisasi. Hal ini berbeda dengan negative list di
mana dinyatakan barang-barang apa saja yang tidak termasuk. Sebagai akibatnya, banyak produk yang tidak dimasukkan.
126
KTT ASEAN ke-4 pada tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura telah menetapkan bahwa kerja sama ASEAN akan ditingkatkan menjadi ASEAN Free
Trade Area AFTA dimulai pada 1 Januari 1993. AFTA adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif maupun hambatan
125
Dibyo Prabowo dan Sonia Wardoyo, AFTA: Suatu Pengantar, 2004, BPFE, Yogyakarta, Hal.7
126
Huala Adolf, op.cit, Hal. 134
Universitas Sumatera Utara
non-tarif bagi Negara-Negara anggota ASEAN.
127
Tujuan strategis AFTA tersebut diimplementasikan melalui perjanjian ketiga, yaitu the 1992 Agreement
on Common Effective Preferential Tariff Scheme the CEPT-AFTA Scheme.
128
Berdasarkan the CEPT-AFTA Scheme, Negara-Negara anggota diberi waktu 5 hingga 8 tahun untuk mengurangi tarif terhadap produk-produk yang
ditentukan hingga kurang dari 20. Juga ditetapkan bahwa negara anggota diberi tambahan waktu 7 tahun untuk mengurangi tarif hingga 5 atau kurang. Tetapi
perjanjian tidak mengamanatkan pemotongan tarif secara khusus. Meskipun Negara-Negara anggota didorong untuk mengurangi tingkat tarif tahunannya,
namun mereka bebas untuk membuat rencana individualnya masing-masing untuk mengurangi bea masuk.
129
AFTA mendorong bukan saja perdagangan antar Negara ASEAN tetapi juga perdagangan dan investasi dari Negara lain. Atas dasar itulah AFTA dapat
dianggap sebagai “open regionalism” yaitu integrasi ekonomi dalam kawasan dan pada saat yang sama juga menerima baik hubungan perdagangan dan aliran
investasi dari luar kawasan.
130
Hal tersebut menjadi salah satu alasan dipercepatnya pelaksanaan AFTA yang harusnya dilaksanakan dalam jangka
waktu 15 tahun 2008 menjadi hanya 10 tahun 2003. Pada tahun 1995 ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam
kesepakatan kerja samanya yang ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Framework Agreement on Services AFAS. AFAS dipayungi dengan
127
Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan, 1995, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 111
128
Huala Adolf, op.cit, Hal. 135
129
Ibid, Hal. 135-136
130
Dibyo Prabowo dan Sonia Wardoyo, op.cit, Hal. 20
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan para pemimpin ASEAN yang dituangkan dalam Bangkok Summit Declaration of 1995, mengenai trade in services yang menegaskan hal-hal sebagai
berikut
131
: 1. Sepakat untuk melakukan integrasi ekonomi
2. ASEAN akan terus bergerak meningkatkan kerjasama perdagangan jasa yang lebih terbuka melalui pelaksanaan the ASEAN Framework
Agreement on Services. 3. Anggota ASEAN akan melakukan negosiasi specific commitment on
market access, national treatment dan additional commitments yang mencakup seluruh modes of supply sektor jasa.
4. Liberalisasi sektor jasa dilakukan secara bertahap sampai tercapai tingkat liberalisasi yang lebih tinggi.
5. Negara anggota ASEAN diberikan fleksibilitas dalam melakukan offer.
Perundingan perdagangan jasa dalam AFAS dilakukan dengan mode of supply yakni: Mode 1 Cross Border Supply, Mode 2 Consumption Abroad,
Mode 3 Commercial Presence, dan Mode 4 Movement of Individual Service Providers. Pada intinya perundingan liberalisasi jasa adalah menghilangkan
hambatan-hambatan perdagangan jasa internasional yang berkaitan dengan pembukaan akses pasar market access dan penerapan perlakuan nasional
national treatment untuk setiap mode of supply. Dalam AFAS, anggota ASEAN
131
http:stiebanten.blogspot.co.id201106afas-asean-framework-agreement-on.html ,
diakses pada tanggal 28 November 2015
Universitas Sumatera Utara
didorong untuk memberikan tingkat komitmen lebih besar untuk sesama anggota ASEAN ketimbang komitmen mereka dalam GATS-WTO.
132
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ochiai, 2006 menunjukkan bahwa komitmen liberalisasi baik akses pasar maupun perlakuan nasional atas empat
sektor prioritas jasa, kecuali e-ASEAN, di ASEAN masih sangat rendah, kurang dari 10 persen dari total subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa
peranan pemerintah masih cukup besar dalam perdagangan jasa empat sektor jasa prioritas di ASEAN. Namun hal ini tidak secara otomatis dapat diartikan sebagai
rendahnya tingkat integrasi perdagangan jasa di ASEAN. Walaupun sebuah sektor atau subsektor jasa belum dinyatakan terbuka untuk penyedia jasa asing, tapi
secara de facto proses liberalisasi telah terjadi karena adanya kebutuhan dari masyarakat ASEAN atas peningkatan jumlah dan kualitas pelayanan jasa prioritas
seiring dengan kemajuan perekonomian Negara-Negara ASEAN.
133
The Framework on the ASEAN Investment Area AIA yang ditandatangani pada 7 Oktober 1998 merupakan inisiatif investasi yang bertujuan
mewujudkan ASEAN sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif, terbuka, dan bebas dalam rangka menarik dan meningkatkan arus penanaman
modal asing baik dari luar maupun dalam kawasan secara berkesinambungan. Perjanjian ini mengikat Negara anggota untuk secara progresif mengurangi atau
menghapus peraturan, kebijakan dan kondisi yang dapat menghambat arus
132
Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, 2008, Elex Media Komputindo, Jakarta, Hal. 128-129
133
Ibid, Hal. 131-133
Universitas Sumatera Utara
investasi masuk dan memastikan pelaksanaan proyek penanaman modal asing di ASEAN dicapai dalam kurun waktu yang telah disepakati.
134
Sebelum AIA, ASEAN telah memiliki Promotion and Protection of Investment Agreement atau Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan
Investasi PAPPI yang ditandatangani 1987 dalam rangka mempercepat proses industrialisasi yang terjadi di kawasan yang antara lain dilakukan melalui promosi
dan perlindungan investor. Kedua perjanjian ini AIA dan PAPPI beserta seluruh amandemennya akan ditinjau kembali dan dijadikan satu perjanjian investasi yang
komprehensif, meliputi kerja sama, fasilitasi, promosi, liberalisasi dan perlindungan investasi menjadi ASEAN Comprehensive Investment Agreement
ACIA.
135
Melanjutkan agreement-agreement yang telah disebutkan diatas, implementasi ASEAN Economic Community 2015 bertujuan untuk mengubah
ASEAN menjadi suatu wilayah yang memiliki pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal yang bebas.
136
Hal ini serta merta dapat mengintegrasikan kelima sektor tersebut secara sinkron demi tercapainya
dinamisme ekonomi yang lebih tinggi, kesejahteraan yang berkelanjutan, pertumbuhan dan pembangunan ASEAN yang inklusif dan terintegrasi.
137
134
Ibid, Hal. 179
135
Ibid, Hal. 180-181
136
Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 4 ... to transform
ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and freer flow of capital.
137
Declaration on the ASEAN Economic Community Blueprint : ... Determined to achieve higher levels of economic dynamism, sustained prosperity, inclusive growth, and
integrated development of ASEAN
Universitas Sumatera Utara
C. Tahapan Pembentukan ASEAN Economic Community AEC 2015