2.11.3 Pencegahan Tersier Ginsberg, 2007
Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah mengalami stroke. Tujuan dari rehabilitasi adalah mengembalikan kemampuan
maksimal dan kemandirian pasien dalam batas-batas yang disebabkan oleh kecacatan dan kebutuhannya, adapun yang dapat dilakukan yaitu :
a. Fisioterapi
Ahli fisioterapi dan perawat secara umum lebih paham dari pada staf medis mengenai hal mengangkat dan menggerakkan pasien yang imobil,
masukan-masukan dari mereka adalah vital saat pasien memulai mobilisasi, termasuk tata laksana spastisitas dan penggunaan alat bantu berjalan tongkat,
kruk, penyangga, dan bidai untuk kelemahan pergelangan tangan dan kaki. b.
Terapi okupasional Penilaian efek kecacatan pada aktivitas pasien sehari-hari adalah wilayah
terapi okupasional occupational theraphy,OT. Digunakan daftar tilik formal- Activities of Daily Living dengan perhatian khusus pada aktivitas makan,
perawatan diri dan mandi, fungsi sfingter dan kemandirian pergi ke toilet, berpakaian dan mobilitas termasuk berpindah dari kursi ke tempat tidur, berjalan
atau menggunakan kusri roda, dan kemampuan untuk berjalan di tangga. Penilaian awal dilakukan di rumah sakit namun dibutuhkan pula kunjungan rumah
selanjutnya. OT harus memberikan informasi mengenai modifikasi struktural dan alat bantu, misalnya tangga dan lift. Tuntunan mengenai jenis kursi roda dan
penyesuaian alat juga disediakan oleh OT.
Universitas Sumatera Utara
c. Neuropsikologi
Ahli psikologi klinis terlibat dalam penilaian dan diagnosis pasien dengan disfungsi kognitif. Beberapa ahli juga terlibat dalam pelatihan kembali dan
konsultasi pasien dengan kerusakan otak d.
Kerja sosial Pendampingan dengan pelayanan sosial penting sebelum pasien yang cacat
dapat meninggalkan bangsal nuerologis akut, yang menjadi perhatian akhir adalah pekerjaan pasien, karena pasien mengalami keterbatasan untuk kembali ke
pekerjaan awalnya maka diperlukan periode istirahat yang diperpanjang jika dimungkinkan.
2.12 Kerangka Konsep