Penatalaksanaan Medis Karakteristik Penderita Stroke Hemoragik (SH) Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015

serebellum 8, pons 7, lain-lain 9. Penelitian Kase dan Mohr, putamen 35- 50, lobar 30, thalamus 10-15, serebellum 16, pons 5-12 Widjaja,1988. Pada penelitian Berman dkk 2012 yang dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan proporsi letak perdarahan tertinggi yaitu hemisfer serebri sebesar 43,7 dan yang terendah pada batang otak dan serebellum yang masing-masing 4,2. Menurut Harsono perdarahan intra serebral meliputi 10 dari seluruh kasus gangguan pembuluh darah otak, terjadi di hemisfer serebri 80 dan batang otak serta serebelum 20.

5.8 Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.19 dibawah ini. Gambar 5.19 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015. Berdasarkan gambar 5.19 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan penatalaksanaan medis paling tinggi yaitu tindakan konservatif sebesar 97,6 dan terendah tindakan operatif 2,4 yaitu ada 3 orang. Tindakan Konservatif Tindakan Operatif Penatalaksanaan Medis 97,6 2,4 Universitas Sumatera Utara Adapun karakteristik ketiga penderita tersebut yang pertama penderita dengan jenis kelamin laki-laki berumur 27 tahun dimungkinkan untuk dioperasi karena letak perdarahan yang dialami bukan di dalam parenkim otak melainkan di lobus. Penderita yang kedua dengan jenis kelamin laki-laki berumur 51 tahun merupakan pasien rujukan dari RS Abdul Manat Jambi, dirujuk untuk mendapatkan tindakan operatif karena di RS sebelumnya tidak tersedia fasilitas untuk operasi bedah syaraf, dan yang ketiga penderita dengan jenis kelamin perempuan berumur 55 tahun juga merupakan pasien rujukan, pasien ini sebelumnya dirawat di RS hanafi Kabupaten Muaro Bungo dirujuk ke RSUD ini juga untuk mendapatkan tindakan operatif. Menurut Saanin dari SMF bedah saraf RS.M.Djamil, Penatalaksanaan operatif pada pasien dengan perdarahan intra serebral masih kontroversi, ini merupakan salah satu alasan tindakan operatif pada penderita stroke proporsinya sangat sedikit. Tindakan operatifpembedahan untuk evakuasi atau aspirasi bekuan darah pada stadium akut kurang begitu menguntungkan. Kontraindikasi tindakan operatif terhadap kasus-kasus perdarahan intra serebral adalah hematom yang terletak jauh di dalam otak dekat kapsula interna mengingat biasanya walaupun hematomanya bisa dievakuasi, tindakan ini bisa saja dapat menambah kerusakan otak. Operasi juga tidak dipertimbangkan pada pasien dengan volume hematom sedikit dan defisit fokal minimal tanpa gangguan kesadaran. Hal tersebut di atas menunjukkan indikasi jelas mengapa seseorang memerlukan tindakan operatif atau tidak. Hal ini yang menjadikan ketidakmenentuan mengenai indikasi apakah operasi diperlukan atau tidak. Universitas Sumatera Utara Keputusan seorang dokter bedah syaraf untuk memberikan tindakan operatif juga sangat ditentukan oleh status klinis penderita yang dilihat dari skor tingkat kesadaran GCS, volume perdarahan yang dialami penderita, lokasi perdarahan; yang dioperasi jika perdarahan yang terjadi di bagian korteks dari otak jika telah merembes kebagian dalam dari otak ini memiliki prognosis yang buruk jika dilakukan tindakan operatif, usia penderita; operasi lebih bermanfaat jika diberikan pada penderita yang masih muda, dan yang terpenting dilakukannya tindakan operatif tergantung kepada dukungan keluarga penderita yang mengizinkan untuk dioperasi atau tidak.

5.9 Lama Rawatan Rata-Rata