4.18 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita stroke hemoragik rawat inap di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi
tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.29 dibawah ini.
Tabel 4.29 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Stroke Hemoragik Rawat
Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-Rata
n X
SD
Pulang Berobat Jalan 19
7,68 3,267
Pulang Atas Permintaan Sendiri 26
10,04 6,440
Meninggal 82
4,15 3,147
p=0,0001 Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat bahwa terdapat 19 orang penderita
stroke hemoragik dengan pulang berobat jalan dengan lama rawatan rata-rata 7,68 8 hari dengan SD sebesar 3,267. Terdapat 26 orang penderita stroke hemoragik
dengan pulang atas permintaan sendiri dengan lama rawatan rata-rata 10,04 10 hari dengan SD sebesar 6,440. Terdapat 82 orang penderita stroke hemoragik
yang meninggal dengan lama rawatan rata-rata 4,15 4 hari dengan SD sebesar 3,147, dan hasil analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh nilai
p=0,0001 p0,05 yang artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan dengan keadaan sewaktu pulang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Sosiodemografi Penderita Stroke Hemoragik
5.1.1 Umur
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan umur di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.1
dibawah ini.
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Umur di RSUD Raden Mattaher
Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan umur yang tertinggi adalah kelompok umur 45-59 tahun
yaitu 38,6 dan terendah kelompok umur 45 tahun yaitu 13,4. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurube di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode
Juli 2012-Desember 2012 dimana kelompok umur tertinggi penderita stroke hemoragik yaitu pada kelompok umur produktif 45-54 tahun sebesar 32 dan
penelitian Siwi yang dilakukan di ICU RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado 45-59 tahun
60-74 tahun 75-90 tahun
45 tahun
Umur 38,6
29,1 18,9
13,4
Universitas Sumatera Utara
Periode Desember 2014-November 2015 dimana proporsi penderita stroke hemoragik yang tertinggi juga terdapat pada kelompok umur produktif yaitu
40-59 tahun sebesar 57. Pada kelompok umur 40 tahun yang mengalami stroke hemoragik
beberapa mengalami vertigokejang, tumor otak, overdosis penggunaan narkoba, dan hidrosefalus yang memperberat kondisi klinis penderita stroke hemoragik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita stroke hemoragik yang paling muda adalah penderita dengan nomor rekam medis 740438 umur 6 tahun berjenis
kelamin perempuan masuk rumah sakit dalam keadaan koma, hasil CT-Scan menunjukkan adanya perdarahan intra serebral pada lobar dan ganglia basalis
serta hidrosefalus, dan penderita meninggal setelah diberikan tindakan konservatif selama 8 hari dirawat.
Kondisi klinis penderita stroke hemoragik memburuk jika mengalami hidrosefalus karena masuknya darah ke ruang subarakhnoid akibat perdarahan
dibawa oleh CSS ketempat absorbsi, villi arakhnoid sepanjang sinus sagital, ini menyebabkan sumbatan oleh sel darah merah hingga menyebabkan gangguan
absorbsi serta pembesaran ventrikel hingga perlu dilakukan ventrikulostomi. Hidrosefalus tampak pada CT-Scan penderita yang umumnya pada penderita
derajat parah dan sering bersamaan dengan perdarahan intraventrikulerPIS. Bila keadaan ini bersamaan dengan depresi yang nyata dari tingkat kesadaran atau
dengan perburukan neurologis berat, diindikasikan drainasi ventrikuler segera. Dikarenakan keterbatasan pemeriksaananamnesis dan pencatatan tidak diketahui
pasti apa yang menyebabkan di umur 6 tahun mengalami stroke hemoragik, akan
Universitas Sumatera Utara
tetapi beberapa teori mengatakan stroke hemoragik bisa terjadi di umur berapapun. Menurut Toole dikutip dari peneltian Ariyanti bagian ilmu penyakit
saraf RS Dr. Hasan Sadikin FK UNPAD ada banyak penyebab tersumbatnya arteri karotis interna seperti kelainan kongenital, atresi tidak ada, periarteritis
dan trombosiemboli yang menyumbat arteri, tonsilitis faucial, otitis media yang menutup segmen arteri karotis interna, kompresi dari luar massa dilateral tulang
atlas, invasi neoplasmacicatrix, suintimal hematom, fibromuscular dysplasia, radang arteri, dan yang paling sering dari obstruksi karotis adalah atherosklerosis.
Ada beberapa nama penyakit yang berhubungan dengan perdarahan otak yang terjadi di usia muda Ariyanti, 1999 :
a.Takayasu pulseles
disease, martorell
syndrom, obliterrative
brachiocepalicarteritis Termasuk golongan penyakit kolagen autoimun yang menyebabkan
arteritis, mengenai setiap cabang aortacabang utamanya, juga bagian proximal arteri intrakranial. Terjadi penebalan segmental yang irreguler dan penyempitan
arteri tersebut dapat terjadi trombosis, aneurisma kecil-kecil kemudian pecah, selalu timbul pada usia 15-40 tahun, awalnya ditemukan pada wanita jepang.
b.Penyakit Moyamoya Dalam bahasa jepang berarti awan rokokkabut karena pada angiongram
terlihat suatu jaringan yang halus dari anastomase pembuluh darah kecil pada basal otak mengelilingi dan distal dari sirkulus willisi, Nishimotu dan Takeuchi
mengumpulkan 111 kasus, lebih dari setengahnya berusia kurang dari 10 tahun dan 4 kasus berumur lebih dari 40 tahun. Gejala penyakit ini terjadinya kelemahan
Universitas Sumatera Utara
ekskremitas bawahatas pada sisi yang sama, cepat hilang namun akan timbul lagi, gejala sensorik, gangguan bicara, sakit kepala, kejang, lemah, muntah, nystagmus
jarang.
5.1.2 Jenis Kelamin
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan jenis kelamin di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar
5.2 dibawah ini.
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah berjenis kelamin laki-
laki yaitu 57,5 dan terendah berjenis kelamin perempuan yaitu 42,5. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harkitasari tahun 2015 pada penderita
stroke hemoragik di RSUP Sanglah Denpasar periode Desember 2014-Februari 2015 dimana dari jumlah total 44 penderita stroke hemoragik, 28 penderita
berjenis kelamin laki-laki 63,60 dan 16 penderita berjenis kelamin perempuan 36,40.
Laki-laki Perempuan
57,5 42,5
Jenis Kelamin
Universitas Sumatera Utara
Menurut Singer dan Zhang dalam Harkitasari 2015 jenis kelamin laki- laki lebih mudah terserang stroke hemoragik seiring bertambahnya usia. Jenis
kelamin laki-laki mempunyai prevalensi merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi dimana hala ini merupakan faktor resiko untuk terjadinya stroke hemoragik.
Penderita berjenis kelamin laki-laki yang merokok mempunyai resiko 27,270 kali terserang stroke hemoragik dibandingkan perempuan. Selain itu penyakit ginjal,
kadar HDL yang rendah juga lebih banyak didapatkan pada laki-laki. Proteksi pembuluh darah dari estrogen endogen yang rendah pada laki-laki berkontribusi
pada tingginya resiko stroke. Hasil penelitian Harkitasari menunjukkan pada usia ≤55 tahun perempuan
lebih sedikit yang terserang stroke hemoragik dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan premenopause mempunyai resiko yang rendah
untuk terjadi stroke hemoragik dibandingkan dengan perempuan pascamenopause. Ini menunjukkan pengaruh hormonal terhdap resiko terjadinya stroke hemoragik.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3 Agama
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan agama di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.3
dibawah ini.
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Agama di RSUD Raden Mattaher
Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik tertinggi adalah agama Islam sebesar 81,9 dan yang terendah adalah
agama Kristen yaitu 18,1. Hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa penderita stroke hemoragik lebih tinggi pada yang beragama Islam akan tetapi karena
mayoritas masyarakat jambi adalah beragama Islam sesuai dengan data statistik penduduk yang dipublikasikan pada web pemerintah Kota Jambi, Islam
menduduki urutan pertama dengan jumlah 494.944 orang 87,17 dari total jumlah penduduk 567.786 orang.
Islam Kristen
81,9 18,1
Agama
Universitas Sumatera Utara
5.1.4 Pekerjaan
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan pekerjaan di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.4
dibawah ini.
Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Raden Mattaher
Provisi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat proporsi penderita stroke hemoragik paling tinggi memiliki pekerjaan sebagai TNIPOLRIBUMNPensiunan yaitu
30,7 dan yang terendah adalah buruh 3,9. Ini dikarenakan komposisi pekerjaan menurut lapangan usaha utama yang digeluti masyarakat Kota Jambi
yang dikutip dari web pemerintah Kota Jambi yang paling tinggi yaitu jasa kemasyarakatan termasuk di dalamnya PNS yaitu 33,32, perdagangan besar,
eceran, rumah makan, hotel yaitu 32,33, Lainnya pertambangan dan penggalian, bangunan, angkutan, asuransi, persewaan, dan jasa perusahaan yaitu
24,92, industri pengolahan yaitu 6,13, dan pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan yaitu 3,30.
TNIPOLRIPNSBUMNPensiunan Tidak bekerjaSekolahIRT
WiraswastaDagangJasa PetaniNelayan
Pegawai Swasta Buruh
30,7
22,8 18,9
13,4
10,3 3,9
Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Status Perkawinan
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan status perkawinan di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar 5.5 dibawah ini.
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik yang tertinggi adalah berstatus kawin sebesar 81,9 dan terendah
belum kawin 3,9. Berdasarkan kelompok umur, kelompok umur tertinggi penderita stroke hemoragik di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015
adalah 40-59 tahun dan 60-74 tahun, dimana pada kelompok umur tersebut pada umumnya berstatus kawin.
Kawin JandaDuda
Belum Kawin
81,9 81,9
14,2 14,2
1 3,9
Status Perkawinan
Universitas Sumatera Utara
5.1.6 Tempat Tinggal
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan tempat tinggal di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar 5.6 dibawah ini.
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik yang tertinggi adalah bertempat tinggal di Kota Jambi sebesar 59,8
dan yang terendah adalah bertempat tingggal di luar Kota Jambi yaitu 40,2. Ini dikarenakan letak geografis RSUD Radden Mattaher yang berada di Kota Jambi
sehingga lebih banyak yang datang untuk berobat ke RSUD tersebut adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Kota Jambi.
Kota Jambi Luar Kota Jambi
59,8 40,2
Tempat Tinggal
Universitas Sumatera Utara
5.2 Penyakit Terdahulu
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan penyakit terdahulu di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar 5.7 dibawah ini.
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Penyakit Terdahulu di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik yang tertinggi adalah hipertensi sebesar 59,4 dan yang terendah
lainnya yaitu 4, yang termasuk kategori lainnya adalah TB, tumor otak, hidrosefalus, asam urat, dan riwayat vertigo. Hipertensi kronik menimbulkan
proses patologik pada pembuluh darah yang disebut lipohyalinosis sehingga pembuluh darah mudah rupur. Sejalan dengan hasil penelitian Burhanuddin dkk
yang berdesain case control pada pasien stroke rawat inap usia 18-40 tahun pada bagian penyakit saraf di tiga rumah sakit di Kota Makassar tahun 2010-2012,
dimana dari 99 pasien 53,8 yang memiliki riwayat hipertensi dan dikategorikan sebagai kelompok resiko tinggi, lebih banyak yang berasal dari
kelompok kasus yang merupakan penderita stroke yaitu sebanyak 77 orang Hipertensi
Diabetes Melitus Pernah Stroke
Penyakit Jantung Lainnya
59,4 15,8
14,8 6
4
Penyakit Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
83,7 dan sebanyak 22 orang 23,9 pasien yang hipertensi namun tidak menderita stroke. Hal ini sesuai dengan berbagai teori yang menyebutkan bahwa
riwayat hipertensi merupakan faktor resiko utama kejadian stroke, dan merupakan penyebab utama dari komplikasi beberapa penyakit kardiovaskuler dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa riwayat hipertensi
merupakan faktor risiko kejadian stroke pada dewasa awal 18-40 Tahun dengan nilai OR = 16,33 95 CI 7,857 – 33,953. Hal ini berarti pasien yang memiliki
riwayat hipertensi memiliki risiko 16,33 kali lebih besar mengalami stroke dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
5.3 Keluhan Utama