Hemiparesis Sinistra Hemiparesis Duplex

2.9.2 Hemiparesis Sinistra

Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak Hemispere dextra yang menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihatnya.

2.9.3 Hemiparesis Duplex

Karena adanya sklerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi pada dua sisi yang mengakibatkan kelumpuhan satu sisi dan diikuti sisi lain. Timbul gangguan psedobulber biasanya hanya pada vaskuler dengan tanda- tanda hemiplegi dupleks, sukar menelan, sukar berbicara dan juga mengakibatkan kedua kaki sulit untuk digerakkan, dan mengalami hipersduksi. 2.10 Penatalaksanaan Medis Harsono, 1999 Sekali terjadi perdarahan maka terapi medis tak dapat menghentikannya. Tujuan terapi adalah menjaga agar penderita tetap hidup dengan harapan perdarahan dapat berhenti secara spontan. Penatalaksanaan medis stroke hemoragik didominasi oleh dua hal pokok, yaitu: a. Pilihan antara terapi konservatif dan operatif Pertimbangan untuk melakukan operasi biasanya bila berhadapan dengan hematom di daerah superfisial hemisfer serebri atau perdarahan serebral. Sementara itu perdarahan di bagian lebih dalam lagi nukleus kaudatus, talamus, pons, mesensefalon tidak dianjurkan untuk dioperasi. Di lain pihak, kasus-kasus tertentu perdarahan intraventikular, perdarahan serebelar dengan hidrosefalus Universitas Sumatera Utara memerlukan pemasangan pirau ventrikulo-peritoneal. Bila volume hematom kurang dari 60 ml maka lebih baik dirawat secara konservatif; bila volume hematom lebih besar dari 60 ml dan letaknya di bagian lateral maka dipertimbangkan untuk dilakukan operasi. b. Terapi konservatif b.1 Pencegahan peningkatan TIK lebih lanjut Upaya pencegahan peningkatan tekanan intrakranial TIK lebih lanjut adalah pengendalian hipertensi dan pengobatan kejang. Hipertensi yang menetap akan meningkatkan TIK. Bagaimanapun juga pengendalian hipertensi harus hati- hati karena apabila terjadi hipotensi maka otak akan terancam iskemia dan kerusakan neuron. Kesulitan ini dilengkapi oleh tiadanya pengetahuan tentang keseimbangan optimal antara perfusi serebral yang cukup dan pengendalian TIK. Pemberian obat untuk hipertensi berat pada tahap akut adalah suatu keharusan, dengan tujuan untuk memelihara tekanan perfusi serebral antara 60-70 mmHg. Masalah dalam kaitan ini adalah pemilihan obat antihipertensi. Nitroprusid, hidralisin, dan verapamil merupakan vasodilator perifer dan serebral, dengan demikian mempunyai potensi untuk meningkatkan TIK. Obat yang dianjurkan adalah beta blocker atau obat yang mempunyai aksi beta dan alpha blocking misalnya labetolol, diberikan secara intravena, dikombinasikan dengan diuretika. Kejang biasanya terjadi pada perdarahan di lobar daripada di bagian dalam. Pemberian antikonvulsan secara rutin tidak dianjurkan. Pada hiperglikemia tidak dianjurkan untuk diberi difenilhidantoin karena glukosa darah akan Universitas Sumatera Utara meninggi dan kejang tak terkontrol. Secara umum, antikonvulsan yang dianjurkan adalah difenilhidantoin bolus intravena dan diazepam. b.2 Pengendalian peningkatan TIK Secara umum terapi untuk hipertensi intrakranial meliputi hiperventilasi, diuretika, dan kortikosteroid. Hiperventilasi paling efektif untuk menurunkan hipertensi intrakranial secara cepat, biasanya dalam beberapa menit untuk mencapai tingkat hipokapnia antara 25-30 mmHg. Urea intravena 0,30 grKg BB atau lebih umum dipakai manitol 0,25- 1,0 grKg BB dapat menurunkan TIK secara cepat, sering diberikan bersama- sama dengan hiperventilasi pada kasus herniasi otak yang mengancam. Pada kasus demikian, kortikosteroid tidak ada manfaatnya dan justru dapat memberi kerugian kepada penderita misalnya mudah terkena infeksi, hiperglikemia, dan perdarahan lambung stress ulcer. Apabila upaya menurunkan TIK tidak memberikan hasil maka perlu dipertimbangkan untuk evakuasi hematom karena hipertensi intrakranial yang menetap akan membahayakan kehidupan penderita. 2.11 Pencegahan Stroke 2.11.1 Pencegahan Primer Price dan Lorraine, 2005