Definisi Stroke Hemoragik SH Diagnosa Stroke Hemoragik

kelompok usia 75-84 tahun 10,4 per 1.000, dan pada usia 85 tahun keatas ialah 13,9 per 1.000 Lumbantobing, 2013.

2.2 Definisi Stroke Hemoragik SH

Stroke hemoragik yang merupakan sekitar 15 sampai 20 dari semua stroke dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid adalah aneurisma sakular Berry dan malformasi arteriovena MAV. Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau subarakhnoid Price dan Lorraine, 2005. Perdarahan dapat dengan cepat menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur-struktur sel saraf di dalam tengkorak. Perdarahan dapat terjadi di bagian mana saja dari sistem saraf. Secara umum, perdarahan di dalam tengkorak diklasifikasikan berdasarkan lokasi dalam kaitannya dengan jaringan otak dan meningen dan oleh tipe lesi vaskular yang ada. Perdarahan ke dalam lapisan terluar meningen, misalnya perdarahan subdura atau epidura, paling sering kaitannya dengan trauma. Menurut Smith pada tahun 2001, tipe-tipe perdarahan yang mendasari stroke hemoragik adalah intraserebrum , intraventrikel, dan subarakhnoid. Selain lesi vaskular anatomik, penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi, gangguan peredaran darah, pemberian antikoagulan yang terlalu agresif terutama pada pasien berusia lanjut, dan pemakaian amfetamin dan kokain intranasal Price dan Lorraine, 2005. Perdarahan pada stroke hemoragik Universitas Sumatera Utara dapat terjadi di bagian dalam serebral seperti thalamus, basal ganglia, pons, dan serebellum Swash and John, 2009.

2.3 Anatomi Dan Fisiologi Otak

Ribuan tahun yang lalu, Aristoteles mendeklarasikan bahwa jantung merupakan tempat kedudukan jiwa seseorang. Namun, banyak orang yang setuju bahwa otak adalah organ yang memberi sifat unik pada manusia sebagai suatu spesies. Selama berabad-abad, studi tentang fungsi otak terbatas pada deskripsi anatomis. Namun, ketika kita mempelajari otak, terlihat bahwa tidak ada hubungan yang tepat 1:1 antara struktur dan fungsi otak Unglaub, 2013. Otak manusia mempunyai berat sekitar 1400 gram dan terdiri dari sekitar 10 milyar neuron. Ketika setiap neuron dari jutaan neuron tersebut dapat menerima sebanyak 200.000 sinaps, kemungkinan jumlah hubungan neuron merupakan nilai yang mengejutkan. Kerumitan selanjutnya adalah sinaps-sinaps tersebut tidak tetap dan selalu berubah. Prinsip dasar yang perlu diingat ketika mempelajari otak adalah suatu fungsi, bahkan yang terlihat sederhana seperti menekuk jari, mengikutsertakan beberapa regio otak juga korda spinalis. Sebaliknya satu regio otak dapat ikut serta dalam beberapa fungsi pada saat yang sama, dengan kata lain memahami otak tidak sederhana dan tidak mudah Unglaub, 2013. Otak merupakan organ yang paling mengagumkan dari seluruh organ. Kita mengetahui bahwa seluruh angan-angan keinginan dan nafsu, perencanaan, dan ingatan merupakan hasil akhir dari aktivitas otak. Otak manusia berisi hampir 98 jaringan saraf tubuh atau sekitar 10 miliar neuron yang menjadi kompleks Universitas Sumatera Utara secara kesatuan fungsional. Jaringan otak sangat rentan akan kebutuhan oksigen dan glukosa. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah terhenti selama 10 detik maka kesadaran akan hilang dan penghentian dalam beberapa menit dapat menimbulkan kerusakan permanen. Hipoglikemia yang berkepanjangan juga merusak jaringan otak. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya yang kritis sebagai pusat integrasi, koordinasi organ-organ sensorik, sistem efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, menyimpan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku Muttaqin, 2011. 2.3.1 Pelindung Otak Muttaqin, 2011 Jaringan otak dan medula spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang serta tiga lapisan jaringan penyambung atau meningen, yaitu pia mater, arakhnoid, dan dura meter. Masing-masing merupakan suatu lapisan yang terpisah dan kontinu, antara lapisan pia mater dan arakhnoid terdapat penghubung yang disebut trabekula. Dura mater juga disebut parhimening, sedangkan pia mater dan arakhnoid bersama-sama disebut leptomening.

2.3.2 Rongga Subarakhnoid Duus, 1996

Rongga leptomeningeal ini terisi oleh cairan serebrospinalis yang bersirkulasi CSS. Semua pembuluh darah dan saraf dari otak dan medula spinalis melewati cairan ini. Oleh karena itu, jika rongga leptomeningeal terinfeksi, maka pembuluh darah dan saraf akan terlibat melalui proses peradangan. Arteritis dan flebitis diketahui merupakan penyebab potensial dari nekrosis jaringan iskemik. Rongga subarakhnoid adalah suatu kelanjutan dari area Universitas Sumatera Utara parietalis otak yang memanjang ke bawah, sampai ujung akhir dari kauda equina dalam regio koksigeus dimana dura spinalis berakhir. Rongga subarakhnoid tidak berhubungan dengan rongga subdural.

2.3.3 Ventrikel Price dan Lorraine, 2005

Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling berhubungan dan dibatasi oleh ependimal semacam sel epitel yang membatasi semua rongga otak dan medula spinalis dan mengandung CSS. Pada setiap hemisfer serebri, terdapat satu ventrikel . Pada ventrikel keempat terdapat tiga lubang sepasang foramen Luschka di lateral dan satu foramen Magendie di medial, yang berlanjut ke ruang subarakhnoid otak dan medula spinalis.

2.3.4 Cairan SerebrospinalCSS Muttaqin, 2011

Setiap ventrikel terdapat struktur sekresi khusus yang dinamakan pleksus koroideus. Pleksus koroideus inilah yang menyekresi CSS yang jernih dan tidak berwarna yang merupakan bantal cairan pelindung di sekitar sistem saraf pusat. CSS terdiri atas air, elektrolit, gas oksigen dan karbondioksida yang terlarut, glukosa, beberapa leukosit terutama limfosit, dan sedikit protein. Cairan ini berbeda dari cairan ekstraselular lainnya karena cairan ini mengandung kadar natrium dan klorida yang lebih tinggi sedangkan kadar glukosa dan kalium lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa pembentukannya lebih bersifat sekresi bukan filtrasi. Setelah mencapai ruang subarakhnoid, maka CSS akan bersirkulasi di sekitar otak dan medula spinalis, lalu keluar menuju sistem vaskular sistem saraf pusat tidak mengandung sistem getah bening. Sebagian besar CSS direabsorpsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi Universitas Sumatera Utara arakhnoidalis atau granulasio arakhnoidalis, yang menonjol dari ruang subarakhnoid ke sinus sagitalis superior otak. CSS diproduksi dan direabsorpsi terus-menerus dalam sistem saraf pusat. Volume total CSS di seluruh rongga serebrospinal sekitar 125 ml, sedangkan kecepatan sekresi pleksus koroideus sekitar 500-750 ml per hari. Adanya tekanan oleh cairan serebrospinal memengaruhi kecepatan proses pembentukan cairan dan resistensi reabsorpsi oleh vili arakhnoidalis. Fungsi CSS antara lain: Sebagai alas atau bantalan dari struktur neuron. Sebagai penyangga dari otak. Secara anatomis otak berada dalam rongga kranium dan mengapung di dalam cairan serebrospinal. Otak manusia mempunyai berat sekitar 1400 gr dan hanya seberat 50 gr apabila mendapat sanggahan dari CSS. Transportasi nutrisi, pesan kimia, dan produk sisa.

2.3.5 Suplai Darah Muttaqin, 2011

Sistem saraf pusat seperti juga jaringan tubuh lainnya sangat tergantung pada aliran darah yang memadai untuk nutrisi dan pembuangan sisa-sisa metabolismenya. Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh- pembuluh darah yang bercabang-cabang, saling berhubungan erat sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Universitas Sumatera Utara Suplai darah ini arteri karotis interna membentuk sirkulus a Gambar 2.1 Sirkulus W Aliran vena ot vena meninggalkan ot sirkulasi umum melal sistem vena paralel sa luas untuk mencukupi h ini dijamin oleh dua pasang arteri yaitu arteri rna, yang memiliki cabang-cabang yang us arterious serebri Willisi dapat dilihat pada ga A.cerebri an Lobus frontalis A.cerebri m A.carotis in A.chorioide A.communi N.oculomot A.cerebelli A.cerebri pos A.basilaris Lobus occip A.audutiva i A.cerebelli A.vertebral A.spinalis a A.communi Ramus ad pont N.abducens N.facialis A.cerebelli A.spinalis pos Cerebellum us Willisi Sumber: Spalteholz , Atlas Anatomi K otak tidak selalu paralel dengan suplai darah a n otak melalui sinus dura mater yang besar d lalui melalui vena jugularis interna. Arteri medul l satu sama lain dan mempunyai hubungan pe ukupi suplai darah ke jaringan dapat dilihat pada teri vertebralis dan g beranastomosis gambar 2.1. anterior i media interna oidea unicans posterior otorius lli superior i posterior cipitalis va interna lli inferior anterior bralis is anterior unicans anterior d pontem ens lli inferior posterior is posterior um i Kedokteran h arteri, pembuluh r dan kembali ke edula spinalis dan percabangan yang da gambar 2.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Arteri Anatom a. Arteri Karotis Arteri karotis i kira-kira setinggi kart dari arkus aorta, seda brakiosefalika merupa Arteri karotis eksterna arteri karotis eksterna struktur dalam di daer meter. Arteri karotis i disebut sinus karotikus bercabang kira-kira s media. ri Cerebri Anterior dan Posterior Sumber: S tomi Kedokteran s interna dan eksterna bercabang dari arteri ka kartilago tiroid. Arteri karotis komunis kiri lang sedangkan arteri karotis komunis kanan ber erupakan sisa dari arkus aorta kanan yang panj rna memperdarahi wajah, tiroid, lidah, dan fari erna yaitu arteri meningea media, memperda daerah wajah dan mengirimkan satu cabang yan is interna yang sedikit berdilatasi tepat setelah pe otikus. Arteri karotis interna masuk ke dalam setinggi kiasma optikum, menjadi arteri sere Spalteholz, Atlas i karotis komunis ngsung bercabang berasal dari arteri panjangnya 1 inci. aring. Cabang dari perdarahi struktur- ang besar ke dura h percabangannya am tengkorak dan erebri anterior dan Universitas Sumatera Utara b. Arteri Serebri Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum, serta bagian-bagian terutama medial lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan pada cabang utamanya maka akan terjadi hemiplegia kontralateral yang lebih berat di bagian kaki dibandingkan bagian tangan ekstremitas bawah lebih terkena dibandingkan dengan ekstremitas atas. c. Drainase Vena Otak Aliran vena batang otak dan serebellum berjalan paralel dengan distribusi pembuluh arterinya. Sebagian besar drainase vena serebrum adalah melalui vena- vena dalam, yang mengalirkan darah ke pleksus vena superfisialis dan ke sinus- sinus dura mater. Akhirnya, sinus-sinus ini mengalirkan darah ke vena jugularis interna pada dasar tengkorak dan bersatu dengan sirkulasi umum. Sinus-sinus dura mater terdiri atas sinus sagitalis superior dan inferior, sinus sigmoideus transversus lateral, sinus rektus, dan sinus kavernosus. Universitas Sumatera Utara

2.4 Klasifikasi Stroke Hemoragik Harsono, 1999

Menurut WHO ICD-NA The Application of the International Classification of Diseases to Neurology tahun 1987 stroke hemoragik dibagi menjadi : i. Perdarahan Intraserebral Perdarahan intraserebral meliputi 10 dari seluruh kasus gangguan pembuluh darah otak, terjadi di hemisfer serebri 80 dan batang otak serta serebelum 20. Perdarahan intraserebral umumnya terjadi antara umur 50-75 tahun, dan sedikit perbedaan frekuensi antara pria dan wanita. Beberapa diantaranya pernah mengalami infark otak atau perdarahan. Sebagian besar penderita perdarahan serebral memiliki riwayat hipertensi dan tekanan darah biasanya lebih tinggi lagi ketika terjadi perdarahan. Perdarahan intraserebral bisa terjadi dibagian otak seperti lobar, talamus,putamen, mesensefalon,pons, medula oblongata, dan serebelum. ii. Perdarahan Subarakhnoid Perdarahan pada rongga subarakhnoid paling sering terjadi akibat dari ruptur aneurisma besar dalam sirkulus arteriosus serebri, sedangkan penyebab yang lebih jarang adalah trauma, kelemahan pembuluh darah akibat infeksi, dan koagulopati. Perdarahan ini ditandai oleh onset mendadak nyeri kepala yang berat, bisa disertai hilangnya kesadaran, muntah, muntah atau kejang. Karena perdarahan dapat masif dan ekstravasasi darah ke dalam ruang subarakhnoid lapisan meningen dapat berlangsung cepat, maka angka kematian sangat tinggi sekitar 50 pada bulan pertama setelah perdarahan. Penyebab tingginya angka Universitas Sumatera Utara kematian ini adalah empat penyulit utama dapat menyebabkan iskemia otak serta morbiditas dan mortalitas “tipe lambat” yang dapat terjadi lama setelah perdarahan terkendali. Penyulit-penyulit tersebut adalah 1 vasospasme reaktif disertai infark, 2 ruptur ulang, 3 hiponatremia, 4 hidrosefalus. Bagi pasien yang bertahan hidup setelah perdarahan awal, ruptur ulang atau perdarahan ulang adalah penyulit paling berbahaya pada masa pascaperdarahan dini. Vasospasme adalah penyulit yang terjadi 3 sampai 12 hari setelah perdarahan awal. Seberapa luas spasme arteri menyebabkan iskemia dan infark bergantung pada keparahan dan distribusi pembuluh-pembuluh yang terlibat. Alat yang sering digunakan untuk mengklasifikasikan keparahan subarakhnoid adalah Hunt and Hess Classification Grading Scale. Skala lima tingkat ini digunakan secara luas dalam klinis dan untuk riset. Modifikasi dari skala Hunt and Hess mencakup tujuh tingkatan keparahan , yang diberi nomor 0 samapi 5. Aneurisma yang tidak mengalami ruptur diberi derajattingkat 0, dan derajat 2 yang asli dibagi lagi menjadi derajat 1a dan 2. Skala tujuh tungkat yang lebih baru ini dicakupkan dalam situs web the Brain Attack Coalition tahun 2001 yang mencantumkan lima skala stroke yang berbeda, yang semuanya digunakan untuk mengevaluasi pasien stroke. Kecuali skala Hunt and Hess, yang digunakan untuk menilai derajat disfungsi dini, skala yang lain digunakan selama pemulihan stroke untuk menilai derajat kecacatan, tingkat fungsional, dan kemajuan perbaikan. Universitas Sumatera Utara Dalam keadaan normal, jaringan kapiler terdiri dari pembuluh-pembuluh darah yang garis tengahnya hanya 81.000 mm. Karena ukurannya yang halus, arteriol- arteriol halus ini memiliki resistensi vaskular tinggi yang memperlambat aliran darah sehingga oksigen dan zat makanan dapat berdifusi ke dalam jaringan otak. Pada malformasi arteriovena pembuluh melebar sehingga darah mengalir di antara arteri bertekanan tinggi dan sistem vena bertekanan rendah. Akhirnya, dinding venula melemah dan darah dapat keluar dengan cepat ke jaringan otak. Pada sebagian besar pasien, perdarahan terutama terjadi di intraparenkim dengan perembesan ke dalam ruang subarakhnoid. Perdarahan mungkin massif, yang menyebabkan kematian, atau kecil dengan garis tengah 1 cm. 2.5 Faktor Resiko Bustan, 2015 Semua faktor yang menentukan timbulnya manifestasi stroke dikenal sebagai faktor resiko stroke, dikenal juga sebagai stroke profile, sehingga orang- orang yang mempunyai stroke profile dinamakan stroke prone persons yaitu orang yang mempunyai kecendrungan untuk mengidap atau mengalami stroke. Faktor resiko stroke secara umum terbagi menjadi dua yaitu faktor resiko tunggal dan faktor resiko ganda. Faktor resiko tunggal dibagi lagi menjadi dua yaitu yang terdokumentasi dan kurang terdokumentasi. Faktor resiko terdokumentasi yang dapat dimodifikasi seperti hipertensi, penyakit jantung, TIA, elevated hematocrit, dan penyakit Sickle cell sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia dan jenis kelamin, ras, prior stroke, asymptomatic carotid bruits, genetik, dan DM tipe I. Adapun faktor resiko kurang terdokumentasi yang dapat dimodifikasi seperti tekanan darah dan kadar lemak darah, riwayat merokok, komsumsi alkohol, Universitas Sumatera Utara gemukobese, dan jarang olahraga, sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi seperti lokasi geografi, iklim dan musim, faktor sosioekonomi. Faktor resiko ganda juga terbagi menjadi dua yaitu profil Framingham diantaranya tekanan darah sistolik, kadar gula darah, kadar kolesterol, riwayat merokok, dan hipertropi ventrikel kiri dan kriteria Paffenbarger dan Williams diantaranya riwayat merokok, rendah indeks paderol, tekanan darah sistolik, dan bobot tubuh. 2.6 Epidemiologi Stroke Hemoragik SH 2.6.1 Distribusi Frekuensi Stroke Hemoragik Berdasarkan Orang Berdasarkan data WHO tahun 2008 jumlah kematian di dunia sekitar 57 juta dan 6,15 juta meninggal akibat stroke dengan Proportional Mortality Rate stroke sebesar 10,78. Insidensi stroke sangat bergantung pada usia, jenis kelamin, ras, dan status sosioekonomi. Pada penelitian yang dilakukan oleh AHA di Amerika Serikat insiden stroke hemoragik 1,4 kali lebih tinggi pada orang kulit hitam dan 2,5 kali lebih tinggi pada perokok. Penelitian yang dilakukan oleh Chong dan Ralph Columbia University Neurological Institute tahun 2005 Case Fatality Rate stroke hemoragik pada orang berkulit hitam mencapai 67 sedangkan stroke iskemik 25. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di India ditemukan 18 orang penderita perdarahan intraserebral dari 127 orang penderita stroke di usia muda dengan proporsi 14,2. Ini disebabkan oleh ruptur aneurisma sebesar 44,4, malformasi arterivena sebesar 22,3, hipertensi 22,2, dan eklampsia 11,1. Universitas Sumatera Utara Perdarahan intraserebral umumnya terjadi antara umur 50-75 tahun dan sedikit perbedaan frekuensi antara pria dan wanita. Sebagian besar penderita perdarahan serebral memiliki riwayat hipertensi dan tekanan darah biasanya lebih tinggi lagi ketika terjadi perdarahan.

2.6.2 Distribusi Frekuensi Stroke Hemoragik Berdasarkan Tempat

Berdasarkan studi population-based registry di Itali insidensi dari perdarahan intraserebral adalah 36,9 per 100.000 yang artinya dari 100.000 orang terdapat 37 orang yang mengalami perdarahan intraserebral. Menurut NINDCS Stroke Data Bank proporsi rata-rata perdarahan intraserebral adalah 10,7. Proporsi perdarahan intraserebral di Denmark 10,4, Belanda 9, Midwestern United States 10, Alabama Selatan 8. Proporsi stroke hemoragik bisa saja lebih tinggi dibeberapa negara, seperti pada penduduk di China dilaporkan mencapai 39,4 dan di Jepang mencapai 38,7. Insiden penyakit stroke hemoragik ialah 15-30 dan stroke iskemik ialah 70-85, untuk negara-negara berkembang atau Asia stroke hemoragik sekitar 30 dan iskemik 70.

2.6.3 Distribusi Frekuensi Stroke Hemoragik Berdasarkan Waktu

Berdasarkan data penderita stroke di unit stroke RSUP Dr Sardjito tahun 2004 terdapat 61 penderita stroke hemoragik dari 290 penderita stroke dengan proporsi 21,03, tahun 2005 terdapat 80 penderita stroke hemoragik dari 371 penderita stroke dengan proporsi 21,56, tahun 2006 terdapat 117 penderita stroke hemoragik dari 424 penderita stroke dengan proporsi 27,59, tahun 2007 terdapat 102 penderita stroke hemoragik dari 407 penderita stroke dengan proporsi 25,07, tahun 2008 terdapat 149 penderita stroke hemoragik dari 507 Universitas Sumatera Utara penderita stroke dengan proporsi 29,39, dan pada tahun 2009 terdapat 152 penderita stroke hemoragik dari 507 penderita stroke dengan proporsi 30. Rata- rata proporsi stroke hemoragik untuk enam tahun tersebut adalah sebesar 25,77. Mortalitas penderita stroke di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menduduki peringkat ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Case Fatality Rate 51,58 akibat stroke hemoragik, 47,37 akibat stroke iskemik, dan 1,05 akibat perdarahan subarakhnoid.

2.7 Diagnosa Stroke Hemoragik

Membedakan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik penting sekali untuk terapi. Pada keadaan tertentu dimana tidak ada CT-Scan atau penderitanya kurang mampu, maka diagnosa yang tepat adalah kunci keberhasilan terapi, atas dasar ini dibuat sistem skor. Adapun sistem skor yang dapat digunakan salah satunya adalah Siriraj stroke skor yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Widiastuti, dkk 2015 : Siriraj stroke skor = 2,5 x tingkat kesadaran + 2 x muntah + 2 x pusing + 0,1 x tekanan darah diastolik - 3 x atheroma markers - 12 Keterangan : Derajat Kesadaran Sadar penuh = 0 Somnolen = 1 Koma = 2 VomitusMuntah Tidak ada = 0 Ada = 1 Nyeri KepalaPusing Tidak ada = 0 Ada = 1 Atheroma Tidak ada penyakit jantung, DM = 0 Universitas Sumatera Utara Ada = 1 Dengan hasil sebagai berikut: Siriraj skor 1 merupakan Stroke Hemoragik -1 Siriraj skor 1, perlu pemeriksaan penunjang dalam hal ini CT-Scan Siriraj skor -1 merupakan Stroke Non Hemoragik Stroke hemoragik dibagi menjadi dua jenis yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid, berikut diagnosa banding antara perdarahan intraserebral dan subarakhnoid. Tabel 2.2 Diagnosa Banding Perdarahan Intra Serebral dan Perdarahan Sub Arakhnoid Perdarahan Intra Serebral Perdarahan Sub Arakhnoid Defisit fokal Hebat Ringan TIA sebelumnya Sangat jarang - Permulaan Menitjam 1-2 menit Sakit Kepala Hebat Sangat hebat Muntah Sering Sering Hipertensi Hampir selalu ada Biasanya tidak ada Kesadaran Biasanya hilang Dapat hilang sebentar Kaku kuduk Jarang Biasanya ada Lemah sesisi tubuh Sering sejak permulaan Tidak ada pada permulaan Deviasi mata Mungkin ada Tidak ada pada permulaan Gangguan Pembicaraan Sering tergantung pada sisi kelainan Sangat jarang Cairan serebrospinal 80 berdarah 10 xanthochrom 10 jernih eri 500mm 3 Selalu berdarah Eri 150.000mm 3 Perdarahan subhyaloid Tak lazim Mungkin ada N.III palsy pada permulaan Tak ada Mungkin ada Echo-ensefalografi Shift+ Hematoma echo+ Tak ada kelainan Angiografi pada permulaan Shift + Shift – Universitas Sumatera Utara CT-Scan Daerah putih padat dense white area 50- 80 Hounsfield units Kadang-kadang normal 2.8 Letak Perdarahan Stroke Hemoragik Harsono, 1999 2.8.1 Hemisfer Serebri