83,7 dan sebanyak 22 orang 23,9 pasien yang hipertensi namun tidak menderita stroke. Hal ini sesuai dengan berbagai teori yang menyebutkan bahwa
riwayat hipertensi merupakan faktor resiko utama kejadian stroke, dan merupakan penyebab utama dari komplikasi beberapa penyakit kardiovaskuler dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa riwayat hipertensi
merupakan faktor risiko kejadian stroke pada dewasa awal 18-40 Tahun dengan nilai OR = 16,33 95 CI 7,857 – 33,953. Hal ini berarti pasien yang memiliki
riwayat hipertensi memiliki risiko 16,33 kali lebih besar mengalami stroke dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
5.3 Keluhan Utama
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan keluhan utama di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar 5.8 dibawah ini.
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015. Gangguan Gerak dan atau Bicara
Kesadaran Menurun Nyeri KepalaNauseaMuntah
Koma 32,3
31,8 28,2
7,7 Keluhan Utama
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik yang tertinggi berdasarkan keluhan utama adalah ganguan gerak dan
atau bicara sebesar 32,3, dan yang terendah adalah koma 7,7. Gangguan gerakmotorik mencakup kelemahan dan paralisis, yang dapat
terjadi akibat lesi pada lintasan motorik volunter ataupun pada otot sendiri. Lower motor neuron final common pathway terdiri atas sebuah badan sel yang terletak
di dalam columna grisea anterior dari medula spinalis atau batang otak, dan sebuah akson yang berjalan melalui saraf-saraf perifer. Sel ini merupakan sel
motorik yang penting dan berhubungan dengan aktivitas skeletal Chusid,1993. Menurut Hamiprodjo ganguan pada bicaraaphasia dikarenakan ada
gangguan pada 3 daerah utama yang memengang peranan pada fungsi berbahasa yaitu area Wernicke 13 posterior dari bagian superior lobus temporalis, area
Gyrus Angularis inferior lobus parietalis, dan area Broca bagian posterior dari 13 inferior lobus frontalis, ketiga daerah tersebut merupkan bagian dari lobus
otak dan karena proporsi perdarahan penderita stroke hemoragik di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 menunjukkan bahwa perdarahan pada
hemisferlobus merupakan yang tertinggi dibandingkan bagian otak lain tentu ini juga akan menunjukkan proporsi gangguan gerak dan atau bicara pada keluhan
utama tinggi.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Keadaan Medis
5.4.1 Tekanan Darah Sistolik
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan tekanan darah sistolik di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar 5.9 dibawah ini.
Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik di RSUD
Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan tekanan darah sistolik yang paling tinggi adalah hipertensi
sebesar 92,9 dan yang terendah adalah normal 0,8. Pada penelitian Pudjonarko dalam Nastiti 2012 Tekanan darah yang
lebih tingggi atau yang lebih sering dikenal dengan hipertensi merupakan faktor resiko utama baik pada stroke hemoragik maupun stroke iskemik. Hasil dari 61
penelitian jangka panjang menunjukkan setiap peningkatan tekanan darah 20100 mmHg dimulai dari tekanan darah 11575 mmHg akan meningkatkan mortalitas
stroke hingga dua kali, sedangkan penurunan 2 mmHg tekanan darah sistolik dapat menurunkan mortalitas stroke sebesar 10.
=140 mmHg Hipertensi 120-139 mmHg Prehipertensi
120 mmHg Normal
92,9 6,3
0,8
Tekanan Darah Sistolik
Universitas Sumatera Utara
5.4.2 Tekanan Darah Diastolik
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan tekanan darah diastolik di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar 5.10 dibawah ini.
Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik di RSUD
Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan tekanan darah diastolik yang paling tinggi adalah
hipertensi sebesar 93,7 dan terendah normal 6,3. Pada hasil Farmingham study ditemukan bahwa hipertensi lebih sering ditemukan 1,5 kali lebih banyak
pada stroke dibandingkan tanpa hipertensi Bustan, 2007. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pusparani 2009 dimana dari 80
subyek penderita stroke hemoragik 59 orang 73,75 pada pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hipertensi sementara 21 orang 26,25 menunjukkan tidak
hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa pada penderita stroke lebih banyak yang mengidap hipertensi dibandingkan yang tidak.
≥ 90 mmHgHipertensi
80-89 mmHg Normal
Tekanan Darah Diastolik
6,3
93,7
Universitas Sumatera Utara
Insiden stroke meningkat sebanyak 6x lipat pada orang yang menderita hipertensi dibandingkan orang normotensi pada umur yang sama, Kanel dkk mengemukakan
bahwa pada penderita hipertensi kemungkinan menderita infark otak 4x lebih banyak dan kemungkinan menderita perdarahan otak lebih tinggi lagi, dan dalam
Framingham study diperoleh hasil bahwa insiden stroke sangat berkaitan dengan tingginya tekanan darah sistolik sedangkan tekanan diastolik tidak pernah lebih
dari 95 mmHg, dikemukakan pula pada laki-laki faktor resiko berupa hipertensi sangat berhubungan dengan tekanan sistolik dan tidak dengan tekanan diastolik,
sedangkan pada wanita berhubungan baik tekanan sistolik maupun tekanan diastolik. Di Jepang insiden stroke sangat berhubungan dengan meningkatnya
tekanan sistolik dibandingkan tekanan diastolik. Penurunan tekanan darah secara spontan terjadi pada semua jenis stroke dan mencapai level yang berbeda secara
bermakna angtara tekanan darah waktu onset dan 10 hari setelah onset, dalam 10 hari setelah omset penurunan tekanan sistolik lebih cepat 20 mmHg
dibandingkan penurunan tekanan diastolik 10 mmHg sehingga tekanan perfusi juga menurun Rumantir, 1998.
Universitas Sumatera Utara
5.4.3 Kadar Gula Darah Sewaktu
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan kadar gula darah sewaktu di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar 5.11 dibawah ini.
Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Kadar Gula Darah Sewaktu di
RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.11 dapat dilihat proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan kadar gula darah sewaktu yang paling tinggi adalah belum
pasti DM sebesar 73,2 dan terendah bukan DM 2,4. Artinya sebagian besar penderita stroke hemoragik memiliki kadar gula darah sewaktu normal. Penelitian
ini sesuai dengan penelitian Nastiti 2012 pada pasien stroke rawat inap di RS Krakatau Medika tahun 2011 dimana penderita stroke tertinggi memiliki kadar
gula darah sewaktu normal sebesar 44. Hasil analisis penelitian Siregar 2002 di RS Haji Adam Malik Medan tidak ada
hubungan diabetes dengan kejadian stroke, ini dikarenakan penderita stroke dengan riwayat diabetes hanya 9 orang 16,4. Diabetes mellitus juga
100-199 mgdl Belum pasti DM =200 mgdl DM
100 mgdlBukan DM
Kadar Gula Darah Sewaktu
73,2 24,4
2,4
Universitas Sumatera Utara
merupakan faktor resiko stroke tetapi tidak sekuat hipertensi. Resiko stroke pada penderita diabetes tergantung jenis, keparahan, dan lama menderita.
5.4.4 Kadar Kolesterol Total
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan kadar kolesterol total di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar 5.12 dibawah ini.
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Kadar Kolesterol Total di RSUD
Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan kadar kolesterol total yang paling tinggi adalah perbatasan
sebesar 40,2 dan terendah adalah tinggi 28,3. Penelitian ini sejalan dengan penelitian siti 2015 yang dilakukan di RSUD Daya Kota Makassar Periode
Januari-Desember 2014 dimana hasil penelitian didapatkan penderita stroke yang menderita dislipidemia berjumlah sedikit hanya 4 orang 4,49 dari 89
penderita. 200-239 mgdl Perbatasan
200 mgdl Normal =240 mgdl Tinggi
Kadar Kolesterol Total
40,2 31,5
28,3
Universitas Sumatera Utara
5.4.5 Kadar Trigliserida
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan kadar trigliserida di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar 5.13 dibawah ini.
Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Kadar Trigliserida di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.13 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan kadar trigliserida yang paling tinggi adalah normal
sebesar 64,6 dan terendah adalah tinggi 6,3. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyadina dan Rahajeng di Kelurahan Kebun
Kelapa Bogor Kecamatan Bogor Tengah tahun 2012, dimana dari 49 penderita stroke 37 diantaranya memiliki kadar trigliserida normal sebesar 75,51.
Meskipun demikian kadar trigliserida yang tinggi juga merupakan faktor resiko terjadinya stroke, seperti penelitian yang dilakukan Ginsberg dikutip dalam
Arifnaldi 2014, kadar trigliserida yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit vaskular, orang dengan kadar trigliserida tinggi seringkali
150 mgdl Normal 150-249 mgdl Perbatasan
=250 mgdl Tinggi
64,6 29,1
6,3
Kadar Trigliserida
Universitas Sumatera Utara
memiliki kadar kolesterol LDL tinggi dan kolesterol HDL rendah serta peningkatan kadar trigliserida juga membuat kolesterol LDL bersifat toksik pada
dinding arteri dan mengurangi efek menguntungkan HDL.
5.4.6 Kadar LDL
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan kadar LDL di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.14
dibawah ini.
Gambar 5.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Kadar LDL di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.14 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik dengan kadar LDL yang paling tinggi adalah normal dan perbatasan
yaitu masing-masing 35,4 dan terendah adalah tinggi 29,2. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Soebroto pada penderita stroke di RS
Dr.Moewardi Surakarta dimana yang tertinggi yaitu kadar LDL rendah sebesar 60 dan yang terendah adalah kadar LDL tinggi 40.
130 mgdl Normal 130-159 mgdl Perbatasan
160 mgdl Tinggi 35,4
35,4 29,2
Kadar LDL
Universitas Sumatera Utara
5.4.7 Kadar HDL
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan kadar HDL di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.15
dibawah ini.
Gambar 5.15 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Kadar HDL di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2015.
Berdasarkan gambar 5.15 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan kadar HDL yang paling tinggi adalah normal sebesar
46,5 dan yang terendah adalah rendah 24,4. Penelitian yang dilakukan Flemming pada penduduk Tarahumara suku bangsa indian yang tinggal di
Meksiko barat didapatkan bahwa rasio kolesterol total terhadap HDL yang tinggi belum tentu memiliki resiko stroke yang tinggi. Penduduk Tarahumara dengan
rasio tersebut masih memiliki kesehatan yang baik dan resiko stroke yang rendah Wicaksosno,2014.
45 mgdl Normal 35-45 mgdl Perbatasan
35 mgdl Rendah 24,4
Kadar HDL
46,5 29,1
Universitas Sumatera Utara
5.5 Letak Kelumpuhan
Proporsi penderita stroke hemoragik rawat inap berdasarkan letak kelumpuhan di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi tahun 2015 dapat dilihat
pada gambar 5.16 dibawah ini.
Gambar 5.16 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Stroke Hemoragik Rawat Inap Berdasarkan Letak Kelumpuhan di RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi Tahunh 2015.
Berdasarkan gambar 5.16 dapat dilihat bahwa proporsi penderita stroke hemoragik berdasarkan letak kelumpuhan yang tertinggi adalah hemiparesis
dextra sebesar 49,6 dan yang terendah adalah hemiparesis duplex 16,5. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Berman dkk yang dilakukan pada penderita
stroke hemoragik di RSUP Adam Malik tahun 2012 dimana yang tertinggi adalah hemiparesis dextra sebesar 53,2. Hal ini bisa saja dikarenakan penggunaan otak
kiri yang lebih dominan sehingga membuat bagian otak ini lebih mudah mengalami proses degenerasi.
Hemiparesis Dextra Hemiparesis Sinistra
Hemiparesis Duplex
49,6 33,9
16,5
Letak Kelumpuhan
Universitas Sumatera Utara
5.6 Hasil CT-Scan