58
memberikan Sinamot sebesar 10jt aja. Kalau orangtua laki-laki sanggup memebrikan Sinamot 50jt jadi pihak laki-laki pasti
memenuhinya. Tapi tetaplah itu melihat situasi dan kondisinya.”
Hal yang lain di ungkapkan oleh Marolop Lk, 52 Tahun berikut ini: “Seperti adek saya menikah tahun lalu disini, karena sudah
PNS adek ku ini Sinamotnya kami minta 35jt, dan pihak laki-laki langsung setuju karena apa karena adek ku sudah PNS dan
keluarga laki-laki sanggup dan menghargai kami sebagai hula- hula”
Di sini juga di temukan besar kecilnya Sinamot yang di berikan pihak lai-
laki kepada pihak perempuan juga di pengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor keturunan, tingginya pendidikan serta pekerjaan perempuan. Seperti
yang di ungkapkan Uba Lk, 42 Tahun berikut ini: “kalau dia keturunan orang kaya mana mungkinlah
keluarganya gak meminta Sinamot yang tinggi, minimal 25jt, 30jt. Apalagi kalau sudah kerja perempuan itu antara 20jt ke
50jt lah itu. Segitu rata-rata disini kalau sudah memang mapan. Apalagi kalau laki-laki menghargai pihak perempuan tinggi itu
Sinamotnya. Tapi kalau tidak ada tamatannya SMA lah paling 8jt ke 10jt lah itu.”
4.6.12 Konsep Sinamot Bagi Masyarakat Suku Batak Toba yang Beragama
Kristen 4.6.12.1
Berdasarkan pandangan Suku Batak Toba Gereja HKBP
Gereja HKBP memiliki anggota yang mayoritas Batak Toba sampai saat ini. Maka dari itu anggota gereja HKBP dalam hidupnya menerima pelaksanaan
Marhata sinamot dan nilai sinamot itu sebagai wujud tanda kasih dan kebersamaan untuk menuju suatu tahap pernikahan. Gereja HKBP menerima prinsip sinamot dan
59
hal ini masih relevan dalam segi iman Kristen, karena disanalah dibuktikan pihak laki-laki harus menghargai keluarga pihak perempuan dengan perkataan dan
perbuatan. Seperti yang di ungkpakan oleh SHP Lk, 56 Tahun berikut ini : “sasittong na dang adong Debata mansubang hon adat di
portibi on alana hita dang na mandua hon Debata. Jala sadalan dope tu haporseaon ta, jala Gomos do tontong hita
matangiang tu Debata. On do sada tanda ni Kasih di hita jolma ikkon saling pasangapho jala saling manghaholongi”
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan tidak ada mengharamkan adat di
dalam dunia ini, karena kita bukan menduakan Tuhan. Ini juga masih sejalan dengan kepercayaan kita, dan kita juga
tetap taat berdoa kepada Tuhan. Ini adalah salah satu tanda cinta kasih bagi manusia harus saling menghargai
dan menyayangi.” Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Taripar Lk, 39 Tahun berikut
ini: “kita bukan menduakan Tuhan, karena kita tau adat itu
adalah satu bagian dari kehidupan kita dan ada juga tertulis pengalaman nyata Abraham dari alkitab yang
berkaitan dengan konteks Sinamot bahwa pada masa Abraham menyuruh Eliezer-pembantunya untuk meminang
seorang perempuan ke Mesopotamia ternyata disana Eliezer sudah membawa membawa unta, membawa
berbagai-bagai barang, dan sarana yang dibawanya itulah dapat menemukan Ribka untuk menjadi istri Ishak,
semuanya itu dapat dilaksanakan karena sudah penuh doa dan mendengar petunjuk Tuhan. Kesimpulannya adalah
disaat dia mau menuruti perintah bahwa Tuhan sudah menyediakan istri Ishak, pembantunya dapat melakukan itu
tentu tidak lepas mengandalkan kekuatan Tuhan, setelah perempuan itu memberi minum unta-untanya lalu Elieser
60
mengambil dan mengeluarkan anting-anting emas yang setengah syikal beratnya, dan sepasang gelang tangan yang
sepuluh syikal beratnya dan dipasangkan kepada Ribka Kejadian 24:22”
Dikalangan suku Batak Toba
gereja HKBP baik itu orang miskin ataupun orang kaya suatu perkawinan tidak akan terjadi jika Sinamot tidak dapat di
penuhi oleh pihak laki-laki yang dianggap sebagai keharusan dalam sistem perkawinan adat istiadat oleh masyarakat Suku Batak Toba. Seperti yang di
ungkapkan oleh Taripar Lk, 39 Tahun berikut ini: “
“perkawinan gak akan bisa berlangsung kalau tidak ada Sinamot, kalau tidak ada Sinamot berarti semua adat tidak
dijalankan. karena semua ruas HKBP itu menghargai adat, dan menjalankan adat. Mana ada istilah orang kaya orang
miskin dalam masalah adat, semampu yang dia bisa harus dilakukan. Mau miskin pun tetap itu di tuntut untuk
menjalankan adat. Tapi semua orang Batak Toba itu tidak ada yang di paksa karena mereka juga tau penting dan
harusnya adat itu.” Bagi pandangan Kristen Gereja HKBP Sinamot adalah bentuk
sukacita dan sudah ada sejak dari dulu sesuai dengan kebiasaan mereka yang berlangsung dalam adat istiadatnya. Iman harus disertai dengan perbuatan karena
tanpa perbuatan Iman tidak ada apa-apanya namun tetap mensyukuri setiap kemampuan yang dimiliki oleh setiap masing-masing keluarga.
4.6.12.2 Berdasarkan pandangan Suku Batak Toba Gereja Kharismatik
Bagi masyarakat Batak Toba Kristen yang gereja di kahrismatik memiliki prinsip pandangan yang berbeda dengan masyarakat Batak Toba yang
gereja di HKBP. Dimana masyarakat suku Batak Toba yang gereja di Kharismatik ini
61
menolak adanya adat istiadat dalam kehidupannya karena menganggap hal tersebut bertentangan dengan agama. Seperti yang di ungkapkan Efendi Lk, 51 Tahun
berikut ini: “untuk apa saya ikut adat di dunia ini sementara karena di
dalam Alkitab tidak ada tertulis bahwa Yesus mengikuti adat istiadat di dunia Markus 7:6-9 “Percuma mereka
beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu
abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. Yesus berkata pula kepada mereka: sungguh pandai kamu
mengesampingkan perintah Allah, supaya kam dapat memelihara adat istiadatmu sendiri”.”
Menurut pandangan Kristen gereja Kharismatik Sinamot yang bagian dari adat istiadat ini
diukur uang maharnya mereka melangsungkan pernikahan itu bukan lagi karena hidup saling mengasihi
tapi bersifat memaksa dan mengedepankan materi saja. Seperti yang di ungkapkan oleh Edison Lk, 51 Tahun berikut ini:
“perkawinan itu kan dasarnya Cinta Kasih antara laki-laki dan perempuan yang kemudian akan di persatukan oleh
Tuhan dan di selimuti oleh kasih Tuhan bukan dengan kasih Duniawi yang bisa aja suatu waktu hilang, bagi kami
Sinamot itu tidak ada karena itu bersifat duniawi dan memaksa. Kami ya memang ada memberi mahar, tetapi itu
kami ungkapkan dengan sebutan Ucapan Syukur. Dimana Ucapan Syukur ini berupa uang namun tidak pernah
dipatok lah. Seberapa yang mampu sebagai ucapan terimakasih sudah membesarkan anak perempuan nya yang
akan menjadi teman hidup nya”
Bagi masyarakat Batak Toba kristen yang gereja di Kharismatik menganggap bahwa suatu penghargaan tidaklah di ukur dari materi atau seperti
62
masyarakat Batak Toba anut dimana mereka harus memberikan Sinamot sebagai tanda Terimakasih serta penghargaan bagi pihak keluarga perempuan. Seperti yang
di ungkapkan oleh Pardomuan Lk, 38 Tahun berikut ini:
“kalau ku bilang ya, penghargaan itu jangan lah kita ukur dari adat, tapi gimana kita mencintai pihak keluarga istri,
berperilaku sama keluarga istri. Dalihan Na Tolu gak jadi patokan kita untuk menghargai pihak keluarga istri, anak
perempuan dan sesama. Kalo gak ada pun Dalihan Na Tolu tetap kita sebagai umat yang beragama harus saling
mengharagai. kalau ada seorang Batak yang akan nikah namun tapi gak pake adat Batak Toba itu karenak dia
adalah seorang Kharismatik, itu karena dia mengikuti kehendak Tuhan nya.”
Kristen yang gereja di Kharismatik tidak mementingkan adat istiadat. Bagi Kristen Gereja Kharismatik Sinamot bukan segala-galanya tetapi cinta kasih
dari Tuhan itulah yang utama dan terutama.
4.6.13 Aktifitas Budaya Lokal pada Suku Batak Toba