42
dikenal oleh masyarakat sekitar. Informan lebih dikenal dengan istilah “raja parhata”. Informan dipercayakan masyarakat menjadi “raja parhata” semenjak
beliau aktif dalam berbagai pesta yang selalu Informan ikuti di lingkungan tempat tinggalnya mengerti tentang tata cara adat Batak Toba serta selalu belajar dalam
memahami adat istiadat Batak Toba dari Raja Parhata yang lain nya, hingga pada akhirnya di kenal oleh para masyarakat. Informan SHP Siregar sudah menjadi
penetua adat semenjak 12 tahun yang lalu, dan kemampuannya sudah tidak bisa dipungkiri. Diturunkan dari ayah kandung Informan yang semasa hidupnya yang juga
dipercaya oleh masyarakat sebagai Raja Parhata.
D. Informan Biasa
1. Taripar Tampubolon
Informan Taripar adalah seorang Pegawai Negeri Sipil PNS di kantor Kecamatan Sidikalang dan sudah berumur 39 tahun, beliau menikah dengan ibu
Christin Sinaga 37 tahun yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sekaligus memegang bisnis toko pakaian yang lumayan besar. Mereka beralamat di
jalan Sisingamangaraja Sidikalang. Informan sudah membina rumah tangga selama
10 tahun dan sudah di karuniai 2 orang anak laki-laki dan perempuan. 4.6
Interpretasi Data Penelitian 4.6.1
Makna dan Tujuan Perkawinan pada Masyarakat Suku Batak Toba
Perkawinan dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba merupakan sebuah pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi
juga mengikat suatu keluarga besar yakni keluarga pihak laki-laki paranak dalam
43
bahasa Batak Toba dan pihak perempuan parboru. Perkawinan mengikat kedua belah pihak tersebut dalam suatu ikatan kekerabatan yang baru, yang juga berarti
membentuk satu dalihan na tolu tungku nan tiga yang baru juga. Dalihan Na Tolu muncul karena perkawinan yang menghubungkan dua buah keluarga besar, dimana
akan terbentuk sistem kekerabatan baru. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Uba Sinambela Lk, 42 Tahun berikut ini:
“kalau laki-laki dan perempuan sudah kawin berarti mereka sudah membentuk keluarga baru dan pastilah saling mengikat
antara keluaga laki-laki dan keluarga si perempuan. Jadi laki- laki haruslah menghormati hula-hula seperti yang dikatakan
dalam Dalihan Na Tolu ikkon Somba do Marhula-hula.” Dalam perkawinan masyarakat batak Toba memiliki tujuan untuk
meneruskan keturunan marga dari pihak laki-laki, memperkuat tali persaudaraan kekerabatan serta hak waris jatuh kepada laki-laki.
4.6.2 Tahapan Adat Perkawinan Suku Batak Toba
Dalam adat Batak Toba perkawinan adalah suatu yang sakral, karena berkaitan juga dengan nilai-nilai keagamaan. Perkawinan suku Batak Toba memiliki
nuansa tersendiri dan juga sangat di hormati oleh masyarakatnya. Upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba merupakan serangkaian akitivitas yang
terdiri dari beberapa tahap, mulai dari pemilihan jodoh oleh tiap individunya, Martuppol, Marhata Sinamot, hingga upacara adat perkawinan adat Batak Toba
dalam peresmiannya. Seperti yang di ungkapkan oleh Uba Sinambela Lk, 42 Tahun berikut ini:
“melangsungkan perkawinan harus dilakukan secara adat dan agama, supaya perkawinan itu sah dimata agama dan adat