Keterbatasan Penelitian Interaksi Sosial Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Sidikalang

29

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern dan eksternal. Dalam untuk faktor intern peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi juga dan untuk faktor ekstenal yaitu seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar tiga bulan untuk pencarian data di lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan para informan. Penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama supaya data-data lapangan dapat terkumpul lebih mendalam lagi. 2. Dalam melakukan wawancara, peneliti kesulitan untuk mencari informan karena baru berada di rumah pada sore atau malam hari. Para Informan bekerja mulai pukul 08.00 WIB dan kembali pukul 18.00 WIB sehingga peneliti hanya dapat menjumpai informan pada malam hari. Hal tersebut juga setelah peneliti membuat janji dengan informan. Keterbatasan waktu peneliti membuat peneliti hanya mengambil informan yakni tiga orang suku Batak Toba yang sudah menikah dengan sinamot yang sama-sama disepakati kristen HKBP, tiga orang suku Batak Toba yang sudah menikah tapi tidak menggunakan adat Batak Toba kristen Kharismatik, 30 satu orang penetua adat raja adat Batak Toba, serta satu orang masyarakat lokal yang memahami budaya Batak Toba. 3. Peneliti merasa kesulitan dalam memperoleh data-data tertulis disebabkan masih sedikitnya referensi-referensi yang berkaitan dengan Sinamot sebagai simbol penghargaan bagi keluarga isteri. 31 BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Kecamatan Sidikalang

Sebelum pemerintah penjajah Belanda memasuki daerah Kabupaten dairi, pemerintahan dipimpin oleh Takal Aur Pertaki yang bertugas sebagai Kepala Pemerintahan dan merangkap Raja Adat. Seiring berjalannya waktu semasa penjajahan Belanda, Pemerintahan di Kecamatan Sidikalang ini dulunya disebut Kenegrian Kepas, yang dipimpin oleh Raja Ikutan yang dibantu oleh Raja Pandua. Selanjutnya semasa penjajahan Jepang susunan pemerintahan masih tetap seperti penjajahan Belanda, namun istilah jabatan diganti menjadi GUNYO, dan pemerintahan ini pada umumnya diarahkan untuk kepentingan perang dan pengarahan gotong royong, disamping penyuluhan memperbanyak bahan pangan Data Kependudukan Kecamatan Sidikalang dalam angka 2014, 2014:20. Sejak 1 Oktober 1947 kewendanaan Sidikalang dipisah menjadi 3 asisten Wedana dan salah satu diantaranya Asisten Wedana Sidikalang, yang saat ini disebut Kecamatan Sidikalang. Masyarakat asli Kecamatan Sidikalang ini adalah masyarakat yang bersukukan adat Pak-Pak akan tetapi saat ini telah banyak pendatang seperti suku adat Batak Toba, Karo, Jawa, dan juga etnis Cina yang masuk ke daerah Kecamatan Sidikalang ini. Masyarakat aslinya lebih banyak tinggal di Kecamatan Pak-Pak Bharat. Sedangkan sidikalang saat ini lebih banyak ditinggali oleh suku beradatkan Batak Toba dan hampi 85 suku Batak Toba 32 menempati Kecamatan Sidikalang Data Kependudukan Kecamatan Sidikalang dalam angka 2014, 2014:20.

4.1.2 Letak Geografis dan Batas Wilayah

Secara geografis Kecamatan Sidkalang terdiri dari 11 desakelurahan, 41 lingkungan dan 34 dusun dengan luas kecamatan 70,67km² atau 4, 20 dari total luas Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi, yang memanjang dari arah Utara ke Tenggara dimana sebagian besar arealnya terdiri dari pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar atau rata. Berdasarkan kemiringan lahan terlihat bahwa yang luas kemiringannya adalah kemiringan 0-25. Ketinggian Kecamatan Sidikalang berkisar 700-1.100 m di atas permukaan laut dan ketinggian ibukota Kecamatan Sidikalang yang sekalogus ibukota Kabupaten Dairi adalah 1.066 m di atas permukaan laut. Rata-rata hari hujan sebanyak 12 hari dan tidak merata setiap bulannya dengan curah hujan rata- rata 16 mm. Letak dan Geografis dari Kecamatan Sidikalang antara lain: 1. Terletak anatara: Lintang Utara : 2E – 3E Bujur Timur : 98E – 98E30’ 2. Letak di atas permukaan laut : 700 – 1.100 meter 3. Luas Wilayah : 110, 15 km² 4. Berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Siempat Nempu Sebelah Selatan : Kecamatan Kerajaan Sebelah Barat : Kecamatan Brampu Sebelah Timur : Kecamatan SitinjoSumbul 33

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Jumlah Penduduk

Penduduk Kecamatan Sidikalang sebanyak 49.429 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 24.818 jiwa dan perempuan sebanyak 24.616 jiwa. Kepadatan penduduk adalah sebanyak 699 jiwa per km persegi dengan penyebaran yang tidak merata pada setiap dasakelurahan. Dari 11 desakelurahan yang ada di Kecamatan Sidikalang penduduk yang terdapat berada di Kelurahan Kota sidikalang dengan kepadatan 227 jiwa per km persegi. Sementara desakelurahan yang penduduknya palng tinggi adalah kelurahan Batang Beruh dengan jumlah penduduk mencapai 10.615 jiwa, dan yang paling rendah jumlah penduduknya adalah desa Bintang dengan jumlah hanya 1.982 jiwa.

4.2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, penulis mengelompokkan penduduk Kecamatan Sidikalang hanya dalam dua jenis saja tanpa membedakan anak-anak atau orang dewasa. Penulis hanya melihat antara jumlah penduduk yang jenis kelamin laki-laki dan perempuan jika dilihat dari persentase perkembangan tiap tahun. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1 2 Laki-laki Perempuan 24.818 24.611 50.70 49.30 34 Total 49.429 100 Sumber: Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2013 Diperoleh keterangan bahwa penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Dimana yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 24.818 atau 50.70 dan yang berjenis kelamin perempuan yaitu 24.611 atau 49.30 dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamtan Sidikalang. Keadaan ini tidak menjadi permasalahaan bagi penduduk karena di sini tidak membedakan ketidakseteraan gender.

4.2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Distribusi penduduk berdasarkan mata pencarian, menggambarkan aktifitas penduduk setempat dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai pegawai, wiraswasta, supir, ABRI dan pensiunan. Distribusi penduduk menurut mata pencarian di daerah penelitian ini di tunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian No Mata Pencarian Jumlah 1 Pegawai Negeri 145 1,5 2 Pegawai Swasta 4.768 50,15 3 Pegawai BUMN 45 0,47 4 Wiraswasta 4.156 43,71 5 Pensiun 174 1,83 6 Supir 172 1,80 7 ABRI 47 0,49 Total 9.507 100 Sumber: Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2013 35 Penduduk menurut mata pencarian dapat diberikan gambaran mengenai peran dalam usaha ekonomi penduduk. Data ini dapat digunakan untuk mengetahui kegiataan apa yang harus dikembangkan mereka, dan disesuaikan dengan kondisi setempat. Pada sebagain 50,15 kegiatan mata pencarian masyarakat Kecamatan Sidikalang adalah pegawai swasta. Selain itu, masyarakat Kecamatan Sidikalang merupakan pencarian sebagai wiraswasta, yaitu sebesar 43,71 Pada mereka yang merupakan mata pencarian pegawai negeri sebesar 1,5, mata pencarian sebagai supir 1,83, sebagai pensiunan 1,80, sebagai pegawai BUMN sebesar 0,47 dan ABRI hanya sebesar 0,49. Masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta 4.156 orang, mereka membuka usaha dirumah mereka, sekaligus dijadikan tempat tinggal mereka.

4.2.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari Data dinas P dan K Kecamatan Sidikalang, di Kecamatan Sidikalang terdapat 28 unit Sekolah Dasar SD dengan jumlah murid sebanyak 7.355 jiwa, dan tenaga pengajar guru sebanyak 427 orang. Rata-rata jumlah murid per sekolah adalah 262 jiwa dan banyak murid per tenaga pengajar adalah 17 jiwa. Tingkat pendidikan SMTP; terdapat8 unit sekolah SMTP, dengan jumlah murid sebanyak 2791 orang. Rata-rata banyaknya murid per sekolah adalah 348 jiwa. Banyaknya tenaga pengajar guru sebanyak 262 jiwa. Rata-rata banyaknya murid per satu orang guru adalah 10 jiwa. Begitu juga tingkat sekolah SMTA adalah 12 unit dengan jumlah murid 7058 jiwa dan guru sebanyak 370 jiwa. Rata-rata banyak murid per satu orang guru adalah 19 jiwa. 36 Fasilitas pendidikan yang ada ini bukan saja menampung murid dari Kecamatan Sidikalang saja akan tetapi juga menampung murid dari luar kecamatan terutama bagi murid yang menempuh Sekolah Menengah Kejuruan. Untuk lebih jelasnya bahwa pertambahan penduduk Kecamatan Sidikalang terutama kelurahan kota Sidikalang dan Kelurahan Batang Beruh dipengaruhi faktor pendidikan.

4.3 Sarana Fisik

4.3.1 Sarana Peribadatan

Penduduk daerah penelitian sebagian besar beragama Kristen baik itu di pusat kota hingga di sudut kota Sidikalang, maka di Kecamatan Sidikalang ini banyak terdapat tempat peribadatan agama Kristen. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.4 Sarana Peribadatan No Sarana Ibadah Jumlah 1 Gereja Protestan 12 2 Gereja Katolik 1 3 Mesjid 4 Sumber : Kantor Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas data yang diperoleh untuk saran ibadah di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi yang beragama Protestan 12, Katolik 1, dan mesjid sebanyak 4. Prasarana beribadah yang ada di Kecamatan Sidikalang ini di buat bukan hanya dari penduduk setempat saja, tetapi sumbangan dari yayasan atau perorangan dari luar warga dan warga itu sendiri. Kondisi dari bangunan 37 peribadatan yang terdapat di kecamatan Sidikalang ini sudah permanen dan tanah yang digunakan tersebut tidak menyewa lagi.

4.4 Interaksi Sosial Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Sidikalang

Gereja HKBP dan Gereja Kharismatik Adat Batak Toba merupakan suatu wadah bagi masyarakat Batak Toba dalam berinteraksi. Dalam berinteraksi di antara masyarakat Batak Toba terjadi saling mempengaruhi secara timbal balik dan saling menerima pengaruh dari anggota- anggota masyarakat Batak Toba lainnya, misalnya dalam perubahan-perubahan adat istiadat Batak Toba yang sedikit lebih di modernkan. Interaksi Sosial adalah hubungan antara dua atau lebih individu dimana individu yang satu mempengaruhi individu yang lain kemudian terjadi reaksi dari yang bersangkutan. Salah satu bentuk Interaksi Sosial dalam masayarakat Batak Toba adalah dalam wujud pesta adat perkawinan yang tidak dapat di hilangkan dan keharusan bagi Masyarakat Batak Toba Kecamatan Sidikalang http:digilib.unimed.ac.idpublicUNIMED-Master-pdf . Dari pengamatan peneliti interaksi sosial dalam Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Sidikalang yang beragama Kristen protestan Gereja HKBP dan kristen protestan Kharismatik memiliki banyak perbedaan, karena dilihat dari cara mereka memandang adat tersebut dalam agama. Di dalam masyarakat Batak Toba Gereja HKBP cara mereka berintraksi dengan menggeluti atau mengikuti segala kegiatan adat istiadatnya baik dalam perkawinan, kematian dan lainnya. Dalam adat perkawinan misalnya dengan bertumpu pada Dalihan Na Tolu dan mengikuti segala tahapan-tahapan adat yang akan dilangsungkan. Salah satunya dengan memberikan Sinamot dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Disana terlihat jelas Interaksi 38 masyarakat Batak Toba gereja HKBP ini dengan adanya aksi dan reaksi dimana pihak laki-laki membuat aksi memberikan Sinamot untuk keperluan adat perkawinan dan pihak perempuan memberikan reaksi dengan menerimanya. Masyarakat adat Toba Gereja HKBP juga saling berinteraksi di dalam keagamaan dimana masyarakatnya rajin membuat acara Partangiangan setiap sekali seminggu, disana lah mereka berkumpul dan saling saling berinteraksi dan selalu ikut aktif dalam kegiatan gereja yang ada. Dalam masyarakat Batak Toba Gereja HKBP ini adat nya sangat-sangat kental dan tidak pernah meninggalkan Adat dalam setiap aktifitas Interaksi Sosial mereka di Masyarakat. Dalam masayarakat Batak Toba gereja Kharismatik Interaksi mereka hanya terjadi di dalam gereja saja karena mereka sudah menanggalkan adat istiadat dalam kehidupan mereka, karena menurut masyarakat Batak Toba gereja Kharismatik tidak sesuai dengan ajaran agama. Masyarakat Batak Toba gereja Kharismatik ini juga jarang berinteraksi antara satu dengan yang lainnya di dalam adat walaupun darah mereka menaglir darah Batak Toba. Dalam acara perkawinan mereka juga hanya di berkati di gereja saja tanpa ada embel-embel perkawinan secara adat dan pemeberian Sinamot juga tidak ada bagi mereka.

4.5 Profil Informan