Pengertian Keberagamaan Agama dan Keberagamaan 1. Pengertian Agama

sendiri. Manusia tidak perlu lari pada kekuatan supra-empiris. Dengan akal budinya dan dibantu oleh teknologi maka manusia dapat berhasil. Tetapi hal ini pada tingkatnya akan berbeda di masyarakat. Terutama masyarakat yang lebih terbelakang primitif, mereka lebih cepat lari pada kekuatan ghaib untuk menerima bantuan. Kedua, Kawasan “Hijau” meliputi daerah usaha di mana manusia merasa aman dalam artian akhlak moral. Dalam kawasan ini tindk langkah manusia diatur oleh norma-norma rasional yang mendapat legitimasi dari agama. Misalnya hal ihwal yang berkaitan dengan hidup kekeluargaan, perkawinan, warisan, pertukaran barang-barang, diatur oleh peraturan-peraturan manusia yang dibenarkan oleh agama yang dianutnya. Dengan adanya legitimasi dari agama maka hilanglah rasa bimbang dan keraguan yang semula membayanginya. Ketiga, Kawasan “gelap” meliputi daerah usaha di mana manusia secara radikal dan total mengalami kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan mutlak manusia itu sendiri. Apa pun daya manusia sendiri di daerah ini menghadapi suatu “titik putus” breaking point yang tidak mungkin disambung lagi dengan kekuatannya sendiri. Satu-satunya jalan keluar dari kesulitan ini ialah mengadakan komunikasi dengan kekuatan yang ada di luar yang mengatasi segala kekuatan alam. Kawasan ini disebut daerah “gelap” karena rasio manusia tidak sanggup menangkap hakekat subtansi kekuatan luar karena “Dia” itu di luar jangkauan pengalaman.

4. Pengertian Keberagamaan

Istilah keberagamaan disebut juga religiusitas. Kata religiusitas berasal dari kata religious dan mendapat akhiran –ity. Dalam kamus John M. Echol dan Hassan Shadily, kata religious berarti hal-hal yang berhubungan dengan agama. 32 Religiusitas bisa juga disebut sebagai orang dengan religius atau religi yang pada dasarnya memiliki makna tidak lepas dari agama. Menurut Djamaluddin Ancok, keberagamaan adalah pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dengan penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang penganut agama yang mendorong untuk bertingkah laku yang sesuai dengan agamanya. 33 Muhammad Djamaluddin mendefinisikan keberagamaan sebagai bentuk manifestasi seberapa jauh individu penganut agama meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari- hari disemua aspek kehidupan. 34 Keberagamaan adalah keadaan di mana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dan hanya kepada- Nya manusia merasa bergantung, berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya maka akan semakin tinggi tingkat keberagamaannya. Jadi menurut Fuat Nashori dan Rachmy D.M. keberagamaan adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa mantap 32 John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggis-Indonesia Jakarta: Gramedia, 1990, h. 90. 33 Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, h. 76. 34 Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi Yogyakarta: UGM Press, 1995, h. 44. pelaksanaan ibadah, kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut. 35 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keberagamaan adalah sikap seseorang terhadap agama yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas keagamaan tidak saja terjadi pada saat seseorang melakukan ritual saja, melainkan juga ketika seseorang melakukan aktivitas yang lain dalam kehidupan. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan keberagamaan dalam diri seseorang, yaitu: 36 1. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial faktor sosial. 2. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan terutama pengalaman tentang keindahan, keserasian, kebaikan, dan pengalaman emosional keagamaan. 3. Faktor yang seluruhnya timbul dari kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian. 4. Berbagai proses pemikiran verbal Faktor intelektual

5. Dimensi-dimensi Keberagamaan