Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah maju demikian pesatnya, membantu manusia untuk mendapatkan dan memenuhi keperluan hidupnya, terutama keperluan yang bersifat material. Dalam hal moril, ilmu pengetahuan dan teknologi belum atau dapat dikatakan tidak mampu membantu manusia, karena hal-hal yang bersifat moril dan batiniah berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kenyataannya tidak ada manusia yang terlepas dari harapan dan keinginan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain atau dari Yang Maha Kuasa. 1 Dalam kehidupan yang hingar-bingar ini, selalu saja ada momen ketika seorang manusia merasa tidak tahu dan tidak mampu lagi mengatasi masalah yang membelenggu dirinya. Bahkan, seorang yang sangat rasional sekalipun, yang seakan-akan tidak memberikan ruang pada kekuatan adi kodrati dan supernatural, suatu saat juga akan mengalami kondisi saat dirinya merasa tidak mampu lagi mengatasi segala himpitan kehidupan yang menderanya. Saat kondisi tersebut tiba, maka manusia membutuhkan kekuatan yang bisa disebut sebagai Tuhan, Sang hidup atau apa pun. Salah satu ekspresinya, seseorang membutuhkan doa sebagai sarana untuk memecahkan masalah yang sangat berat dan telah mengalami jalan buntu. 1 Zakiah Darajat, Doa Menunjang Semangat Hidup Jakarta: CV. Ruhama, 1996, Cet. 6, h. 15. Doa merupakan sarana penting bagi manusia sebagai makhluk yang bernalurikan fitrah selalu butuh akan kekuatan Yang Maha Tinggi dan Maha Kuat. Doa juga merupakan pengakuan akan kelemahan manusia sebagai makhluk dihadapan khaliknya. Dengan doa segalanya menjadi tercurahkan sehingga terjalinlah hubungan langsung antara Allah dengan makhluknya. 2 Doa adalah seruan dari bawah ke atas dan tidak dihadapkan kecuali kepada zat yang kekuasaannya melebihi kekuasaan yang berdoa. Doa mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan, namun sayangnya tidak sedikit kaum muslimin yang enggan menggunakannya padahal doa merupakan anugerah Allah yang sangat besar bagi manusia, bahkan merupakan senjata bagi insan yang beriman. 3 Doa merupakan kebutuhan alamiah mendasar seorang muslim. Kebutuhannya terhadap doa sama persis dengan kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Doa memuaskan rasa lapar dan dahaga manusia atas kasih sayang dan keselamatan yang akan menghidupkan hati dan menyinari ruhnya. 4 Terdapat sejumlah keadaan yang dialami manusia saat berhadapan dengan kerasnya kehidupan, tekanan berbagai masalah serta onggokan krisis internal dan eksternal. Itulah bentuk kelemahan hamba dihadapan penciptanya. Ia merasa lemah ketika berhubungan dengan kekuatan Allah SWT, sekaligus merasa mulia dengannya tatkala menjalin hubungan dengan zat yang Maha Kuat. Begitulah doa yang 2 Jejen Musyfah dan Anis Masykur, Doa Ajaran Ilahi: Kumpulan Doa dalam aL-Quran Beserta Tafsirnya Bandung: Hikmah, 2001, Cet. 1, h. ix. 3 Mutawalli Sya’rawi, Doa Yang Dikabulkan Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 1994, Cet. 1, h. 9. 4 Husain Fadhlullah, Persembahan Untuk Tuhan: Etika dalam Berpuasa Bogor: Cahaya, 2003, Cet. 1, h. 153-154. menjadi faktor pembaharu kekuatan hidup manusia, yang membebaskannya dari himpitan masalah dan tekanan keangkuhan dirinya. Pada dasarnya kehidupan beragama umat islam tidak hanya ditandai dengan pelaksanaan ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, tetapi juga ibadah sunnah seperti zikir dan doa. Sebagaimana halnya ibadah wajib, doa mengandung dua aspek, yaitu vertikal dan horizontal. Sebagai hubungan vertikal, doa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharap keselamatan di akhirat kelak yaitu masuk surga dan terhindar dari api neraka. Kemudian sebagai hubungan horizontal, doa bermanfaat untuk memperkuat jiwa dan pikiran manusia agar dapat menjalankan tugas duniawinya dengan baik. 5 Menurut Alexis Carel 6 , doa bukan hanya menyembah dan ibadah, ia juga pancaran tidak kasat mata ruh pengabdian manusia yakni sebentuk energi terkuat yang dapat dibangkitkan manusia. Pengaruh doa atas tubuh dan jiwa manusia dapat ditunjukkan sebagaimana halnya pengaruh kelenjar sekresi. Hasilnya dapat diukur dalam batas-batas daya layang fisik yang meningkat, kekuatan intelektual yang besar, stamina moral dan pemahaman mendalam tentang realitas yang mendasari hubungan kemanusiaan. 7 Dalam perspektif sosiologi agama, doa merupakan bagian dari ritus ibadah, dimana ritus ini adalah salah satu aspek keberagamaan manusia. Ritus ibadah adalah bagian dari tingkah laku keagamaan yang aktif dan dapat 5 Sudirman Tebba, Nikmatnya Zikir dan Doa: Jalan Menuju Keselamatan Dunia dan Akhirat Ciputat: Kalam Pustaka, 2004, Cet. 1, h. 1. 6 Seorang tokoh filsuf dan ilmuan Prancis 1873-1944 M 7 M. Arief Hakim, Doa-Doa Terpilih: Munajat Hamba Allah dalam Suka dan Duka Bandung: Marja’, 2004, Cet. 2, h. 15. diamati. 8 Ritus ini tentu saja mencakup semua jenis tingkah laku seperti memakai pakaian khusus, mengorbankan nyawa dan harta, mengucapkan ucapan-ucapan formal tertentu, bersemedi mengheningkan cipta, menyanyi, menyanyikan lagu gereja, berdoa sembahyang, memuja, mengadakan pesta, berpuasa, menari, berteriak, mencuci dan membaca. Hal ini sejalan dengan pendapat Hendropuspito mengenai agama. Agama religi lebih dipandang sebagai wadah lahiriah atau sebagai instansi yang mengatur pernyataan itu di forum terbuka masyarakat dan yang manifestasinya dapat dilihat disaksikan dalam bentuk kaidah-kaidah, ritus dan kultus, doa dan lain sebagainya. 9 Untuk mengimani Allah sebagai pencipta Yang Maha Pemurah, Maha Pengampun, Maha Pencipta dan Maha Pemelihara, seorang muslim sekaligus dituntut untuk mengungkapkan kepercayaan ini dengan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya objek pemujaan. Pemujaan ini dalam dimensi lahirnya mewujudkan dirinya dalam bentuk shalat wajib, puasa dan lain sebagainya, tetapi dalam dimensi batinnya ia menemukan perwujudannya dalam doa-doa yang menyentuh kalbu dan munajat-munajat yang mengharu-biru. 10 Permohonan- permohonan dan doa-doa merupakan bentuk paling mendalam dari pengakuan seorang muslim akan penyerahan dirinya pada kehendak Yang Maha Kuasa. Untuk memahami doa di kalangan muslim Syi’ah, kita dapat menelaah doa-doa yang termaktub dalam riwayat para imam ahlul bait. Dalam tradisi Syi’ah, doa bukan hanya pengganti bagi kelemahan manusia, melainkan 8 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi Agama Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, Cet. 7, h. 15. 9 Hendropuspito, Sosiologi Agama Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983, Cet. 22, h. 36. 10 Sayyed Hossein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam Bandung: Mizan, 2002, Cet. 1, h. 236. penyokong kekuatan manusia dan penopang usaha-usaha positif dan konstruktif individu untuk membentuk kehidupan pribadi dan sosialnya. Artinya, doa bukanlah pengganti kerja atau sama dengan tanggung jawab, melainkan berjalan selaras dengan kerja keras, ikhtiar, perjuangan dan ketekunan. 11 Beberapa doa yang disusun oleh Ali bin Abi Thalib bukan hanya merupakan maha karya dari khazanah literatur doa, melainkan juga mata air dari konsep-konsep filsafat, mistik, metafisik, etika dan teologi islam. Dari beberapa doa yang ditulis oleh beliau, ada yang diberikan kepada muridnya Kumail bin Ziyad an-Nakha’i. Kumail adalah murid sekaligus sahabat pilihan dari imam Ali as. Beliau merupakan pengikut setia dan salah seorang kepercayaan imam Ali. Mengenai kepribadiannya cukuplah bila diingat bahwa salah satu hadist Ali as yang terkenal dalam Nahjul Balaghah, diajarkan Imam Ali khusus kepada Kumail. Semua wasiat-wasiat imam Ali yang disampaikan kepada Kumail terkumpul dalam buku “Wasiat Imam Kepada Kumail” atau sekarang lebih dikenal dengan nama “Doa Kumail. 12 Doa ini penuh dengan nilai yang tak terkira, dan mengandung makrifat yang menakjubkan, Kumail diajari supaya membaca doa ini setiap malam Jum’at dan malam nisfu Sya’ban dan dengan membaca doa ini api cintanya kepada Allah Yang Maha Kuasa pun berkobar. Adapun pelaksanaan doa Kumail di Jakarta salah satunya dilakukan di ICC Islamic Cultural Center yang ada di wilayah Buncit, Jakarta Selatan. Doa ini dibaca setiap malam Jum’at setelah shalat Isya. Doa Kumail yang dilakukan di 11 M.S. Nasrullah, “Falsafah Doa”, Afif Muhammad, ed. Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi Bandung: Mizan, 1995, Cet. 2, h. 103. 12 Doa Kumail Referensi kurang jelas ICC diikuti oleh banyak peserta dari wilayah Jabodetabek. Doa ini dilakukan dengan penuh kekhidmatan, sehingga orang-orang yang ada di dalamnya tenggelam dalam kekhusyu’an lantunan doa Kumail. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk membahas tentang doa Kumail di ICC, dan menuangkannya dalam sebuah skripsi dengan judul “Keberagamaan Muslim Syiah: Studi kasus Ritual Doa Kumail di Islamic Cultural Center ICC, Buncit, Jakarta Selatan B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk memperjelas permasalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka pembatasan masalah hanya menitikberatkan pada keberagamaan muslim Syi’ah yakni pada pelaksanaan ritual doa Kumail, yang meliputi pemahaman tentang ritual doa Kumail, Prosesi ritual doa Kumail, intensitas dalam melaksanakan ritual doa Kumail dan fungsi sosiologis doa Kumail dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pembatasan tersebut, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pemahaman jamaah doa Kumail di Islamic Cultural Center ICC tentang ritual doa Kumail? 2. Bagaimanakah prosesi ritual doa Kumail di Islamic Cultural Center ICC? 3. Bagaimanakah intensitas jamaah dalam melaksanakan ritual doa Kumail? 4. Bagaimanakah fungsi sosiologis doa Kumail dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian