Model Moral Legal Pencegahan Tertier Tertiary Prevention

Sama halnya dengan model pertama, model ini masih menganggap narkoba sebagai penyebab masalah. Namun, narkoba disini diartikan sebagai penyebab ketergantungan, bukan suatu hal yang berbahaya, seperti yang diartikan pada model yang pertama. Oleh karena itu, yang dimaksud narkoba adalah semua obat, bahan atau zat yang dapat menyebabkan pengaruh ketergantungan atau adiktif zat adiktif, disebut NAPZA, termasuk alkohol, nikotin, dan kafein. Penanggulangannya tidak jauh berbeda dengan model pertama. Hanya disini narkoba tidak dilihat sebagai unsure yang berbahaya dan melanggar hukum, tetapi sebagai penyebab suatu penyakit. Individu pun digolongkan sebagai rawan atau tidak rawan. Indonesia pun menganut model ini, misalnya, penyalahguna ditolong hanya secara medik; pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran narkoba, dan informasi mengenai narkoba sebagai penyebab ketergantungan. Upaya pencegahan di tunjukan pada sekelompok masyarakat dari bahaya “ditularkan” oleh pecandu, indentifikasi dan pertolongan pada kelompok yang beresiko tinggi, serta penerangan. Informasi bahaya narkoba dilakukan seperti halnya kampanye anti narkoba.

c. Model Psikososial

Model psikososial menempatkan individu sebagai unsure yang aktif dalam rumus narkoba individu lingkungan. Penanggulangannya ditujukan pada faktor prilaku individu. Disebut model psikososial, karena perilaku seseorang bergantung pada dinamika dengan lingkungannya, baik dari segi perkembangan dan pendidikannya maupun dalam berinteraksi dengan lingkungannya dinamika kelompok. Model psikososial tidak melihat penyalahgunaan narkoba sebagai masalah narkoba, akan tetapi masalah manusia, sehingga dapat dikatagorikan sebagai salah satu pilaku adiktif yang lebih luas, seperti adiksi terhadap seks, uang, kekuasaan, belanja, pekerjaan dan lain-lain. Yang merupakan gaya hidup hedonitis senang mencari kenikmatan pada masyarakat modern. Perilaku ini disebut perilaku adiktif sebagai prilaku kompulsif. Jadi, sumber masalah adalah diri sendiri, bukan pada narkoba atau penggunaannya. Pencegahan pada model ini ditunjukkan pada perbaikan kondisi pendidikan atau lingkungan psikososialnya, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Pemberian informasi tentang narkoba dengan cara menakut- nakuti sangat tidak dianjurkan.

d. Model Sosial - Budaya

Model ini menekankan pentingnya lingkungan dan konteks sosial- budaya. Contoh, merokok adalah prilaku norma yang dapat diterima oleh sebagian besar orang dewasa. Pemakaian ganja, pada beberapa daerah atau Negara dianggap wajar. Namun, penyalahgunaan narkoba lain dikatakan