Riwayat Pendidikan KH. Muhammad Djunaidi

Wahid. Selain mengukuti organisasi islam, KH. Muhammad Djunaidi juga mengukuti organisasi pencaksilat yang bernama pagar nusa.

4. Karya Tulis

Adapun karya tulis KH. Muhammad Djuanaidi berupa buku bacaan, yaitu : a. Renungan Santri Pinggiran, Jakarta Jausan Cetakan Pertama 2009 b. Mengubah Takdir Dengan Doa, Jakarta; Penerbit Jausan cetakan pertama 2010 c. Pesan Dari Langit, Jakarta Jausan Cetakan Pertama 2011

5. Kiprah KH. Muhammad Djunaidi di Masyarakat

Kegiatan KH. Muhammad Djunaidi pada setiap harinya hanyalah membina sekaligus memberikan bimbingan terhadap korban penyalahgunaan narkoba melalui metode dzikir. Namun di samping memberikan bimbingan terhadap santri KH. Muhammad Djunaidi juga menerima para tamu yang datang dari luar daerah maupun luar negri untuk berobat atau hanya sekedar untuk bersilaturahmi. Selain itu untuk kegiatan kemasyarakatan KH. Muhammad Djunaidi di antaranya memberikan ceramah-ceramah di lingkungan sekitar pondok pesantren Hidayatu l Mubtadi’ien atas permintaan atau undangan dari masyarakat atau dari luar kota. KH. Muhammad Djunaidi juga sebagai wira usaha, banyak bidang usaha yang beliau tekuni dari mulai produk dalam negeri sampai produk luar negeri. KH. Muhammad Djunaidi juga memimpin Majlis Dzikir Asmaul Husna dan Jauzan Kubra yang dilaksanakn seminggu sekali yang jatuh pada setiap malam Jum’at dan sebulan sekali jatuh pada setiap tanggal 22 malam, ada pengajian rutin yg diselenggar akan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien. Pengajian ini dibuka secara umum yang jama’ahnya dihadiri dari berbagai macam penjuru, bahkan ada yang dari luar negeri.

B. Pondok Pesantren Hidayatul M ubtadi’in

1. Sejarah Berdiri

Pesantren ini terletak di daerah yang dulu terkenal angker dan seram, yaitu di Jalan Raya Pasir Putih Rt. 0503 No.18 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. Nama Pesantren ini diambil dari nama Pondok Pesantren tempat KH. Muhammad Djunaidi menuntut ilmu. Bahkan, Pondok Pesantren ini merupakan cabang resmi dari P esantren Hidayatul Mubtadi’ien di Lirboyo Kediri Jawa Timur. Perbedaanya adalah pada penambahan program rehabilitasi mental yang juga menjadi sasaran awal proses pendidikan pesantren tersebut. Pada awalnya, pondok pesantren ini belum memiliki bangunan permanen yang layak digunakan sebagai sebuah pondok. Pengajiannya pun diselenggarakan di kamar biasa. Karena semakin hari santri semakin bertambah, maka diupayakanlah bangunan permanen yang presentatif. Atas dukungan beberapa donatur dan dermawan, sekarang ada sebuah bangunan awal dua kamar santri, satu buah gubuk,