Model Psikososial Pencegahan Tertier Tertiary Prevention

sebagai prilaku yang menyimpang atau “tidak normal”. Artinya, menyimpang dari norma sosial-budaya yang berlaku, yang variabelnya ditentukan oleh kultur atau subkultur yang sangat komleks. Pandangan sosial-budaya melihat prilaku menyimpang tersebut sebagai produk yang kurang menguntungkan dari system sosial tertentu. Konformitas, kopetensi, prestasi dan produktivitas berpengaruh ganda terhadap seseorang karena dapat merugikan atau menguntungkan. Sasaran penanggulangan pada model ini akan perbaikan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat. Industrialisasi, urbanisasi, kurangnya kesempatan kerja dan sebagainya. Menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, lembaga-lembaga, terutama pendidikan, perlu dimodifikasi menjadi lebih manusiawi, pelayanan kesehatan dan sosial ditujukan bagi kepentingan klien atau pasien, pengembangan potensi masyarakat pada setiap kelompok umur, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.

e. Model Pendekatan Komprehenshif

Setiap model memperlihatkan pandanagn yang berbeda dan menganjurkan saran yang berbeda pula untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Jika lebih menitikberatkan pada “bagaimana menghindarkan narkoba dari penggunaannya oleh masyarakat” 17 . Undang- undang dan penegakan hukum memegang peran terbesar. Jika masalahnya 17 Ibid h. 90-91 lebih ditunjukkan kepada upaya “menghindarkan manusia dari penggunaan narkoba” maka profesi dibidang perbaikan prilaku memegang peranan utama. Jika masalahnya adalah bagaimana menciptakan lingkungan agar narkoba tidak disalah gunakan, masyarakat dan lembaga-lembaga terkait perlu dilibatkan. Penulis sadari bahwa masalah penyalahgunaan narkoba sangat kompleks. ssTidak mungkin masalah itu didekati hanya dari satu sisi saja. Oleh karena itu, agar upaya penanggulangannya efektif dan efisien, perlu dilakukan secara bersama-sama. Agar semua pihak mengambil bagian masing-masing sesuai dengan kompetensi dan bidang tugasnya. Di berbagai Negara maju, tampak ada kecenderungan pendekatan pada model psikososial dan sosial-budaya. Dengan pengalaman puluhan tahun dan biaya sangat besar, mereka melakukan upaya model tradisional, yaitu model moral legal, tetapi hasinya tidak memuaskan. “Negara-negara yang telah menghabiskan biaya besar setiap tahunnya untuk pemberantasan pengedaran gelap narkoba, ternyata hanya berhasil menekan tingkat peredarannya sebesar 4 saja” 18 . Oleh karena itu, sekarang banyak Negara beralih pada model-model lain dengan mengadakan riset mengenai programnya serta efmektifitas dan efesiensinya. 18 Dadang Hawari, Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Naza Narkotika, Alkohol dan Zat adiktif, Jakarta; UI Press, 2004 h. 17.