ini  menjadi  bagian  terpenting  dalam  pelaksanaan  dakwah  para  Nabi terdahulu termasuk Nabi Besar Muhammad SAW.
Bagi  sebagian  ulama  mengharuskan  ada  tambahan  kata  sesudah  kata Mauidzah,  karena  nasehat  masih  bersifat  umum  yang  bisa  dikatkan  dengan
nasehat  kejahatan  dan  lainya  yang  berefek  negatif.  Maka  dapat  kita  lihat diberbagai  sumber,  kata  Mauidzah  selalu  memiliki  terusan  kata  Hasanah
untuk menunjukan kekhususan kata Mauidzah sebagai nasehat yang baik. Dalam  sebuah  sistem  yang  didasrkan  pada  Prinsif  metode  Mauidzah
Hasanah  ada  hal  yang  penting  yang  mesti  diperhatikan.  Yaitu  cara penyampaian nasehat dan isi nasehat itu sendiri. Dalam ilmu komunikasi ada
beberapa  cara  agar  dalam  menyampaikan  nasehat  dapat  menghasilkan respon  yang  kita  inginkan,  diataranya  dengan  cara  menganalisi  kepribadian
orang yang akan dinasehati dan menganalisis bentuk masalah yang menjadi akibat datangnya sebuah nasehat.
Sedangkan Mauidzah Hasanah atau Nasehat dipandang dari bentuknya merujuk  pada  bentuk  dakwah  yang  dikembangkan  oleh  Bimbingan
Penyuluhan  Islam  BPI  di  Universitas  Negeri  Islam.  Kajian  itu  merujuk pada  Irsyad  yang  berarti proses  penyampaian  ajaran  Islam  melalui kegiatan
bimbingan,  penyuluhan  dan  psikoterapi.  Dan  dalam  konteksnya  Irsyad
menggunkan  prinsif  dakwah  Mauidzah  atau  nasehat  dalam  menyampaikan segala hasil analsisnya.
11
Dengan tutur kata yang baik KH. Muhammad Djunaidi menggunakan metode  Mauidhzah  Hasanah  sebagai  suatu  bimbingan,  ajakan,  pendekatan
dan  pengarahan  yang  dapat  disampaikan  dengan  lemah  lembut  dalam  hati dan sekaligus mendalami perasaan dengan halus tanpa kekerasan.
c. Mujadalah
Mujadalah  merupakan  upaya  dakwah  melalui  bantahan,  diskusi,  atau berdebat  dengan  cara  yang  terbaik.  Seperti  halnya  pada  metode  Mauidzah,
Kata  Mujadalah  dianggap  harus  memiliki  kata  tambahan  sebagi  prinsif dakwah.  Maka  para  ulama  menambahkan  kata  al-ahsan  setelah  kalimat
mujadalah,  untuk  menuunjukan  unsur  positif  pada  prinsif  mujadalah  ini. Prinsif metode ini ditujukan kepada mad’u yang melakukan penolakan, tidak
peduli atau mungkin membantah. Secara  sistem,  Metode  Mujadalah  dilakukan  dengan  alasan  adanya
pembantahan  dan  penolakan  dalam  proses  dakwah.  Dengan  demikiian Mujadalah  merupakan  sesuatu  yang  amat  penting  dalam  pelaksanaan
dakwah,  terutama  di  zaman  seperti  sekarang  ini.  Namun  harus  juga diperhatikan subtansi dan efek yang akan ditimbulkan jika dalam perdebatan
11
. http:ipehgilardino.multiply.comjournalitem4mengenal-metodologi-dakwa_ Dikutip Pada Tanggal 11 Juni 2011.
dengan pihak yang membantah kita justru terpojokan bukan karena Subtansi keislamannya  tapi  karena  kekurangan  kemampuan  dalam  metode  ini.
Para  pelaku  dakwah  harus  memiliki  kekuatan  pemikiran  yang  luas  dan memiliki  mental  yang  kuat  pula  saat  menghadapi  pembantahan  yang
mungkin akan memancing dan menguji mental seorang da’i.
12
Dengan  cara  ini  KH.  Muhammad  Djunaidi  menerapkan  kepadanya santri agar lebih tegas dan disiplin, bukan bermaksudkan untuk mengalahkan
serta  menentangnya,    akan  tetapi  hanya  untuk  memberi  peringatan, pengertian  dan  untuk  menemukan  titik  kebenaran,  agar  santri  korban
penyalahgunaan  narkoba  yang  sebelumnya  menentang    akan  menerimanya dengan baik.
2. Tulisan
Bimbingan  yang  dilakukan  oleh  KH.  Muhammad  Djunaidi  dengan  cara  ini bukan  dalam  malalui  terbitan  buku-buku  atau  majalah-majalah,  akan  tetapi
dengan menulis amalan-amalan wirid-wirid yang diambil dalam Al- Qur’an. Dan
dibaca dalam waktu-waktu yang telah ditentukan oleh KH. Muhammad Djunaidi. Adapun  amalan-amalan  wiridan  yang  ditulis  oleh  santri  dan  dibaca  setiap
malamnya  pada  waktu  shalat  tahajud  dan  shalat  taubat  adalah  Membaca  Istigfar 1000  kali,
Hasbunallah  wani’mal  wakil  ni’mal  maula  wani’man  nasir  100  kali,
12
. http:ipehgilardino.multiply.comjournalitem4mengenal-metodologi-dakwa_ Dikutip Pada Tanggal 11 Juni 2011.
asmaul  husna  dan  shalawat  sebanyak mungkin  serta  ber  do’a  meminta  ampun
kepada Allah agar diberi jalan yang lurus dan menjadi lebih baik lagi. Berhubung  korban  penyalahgunaan  narkoba  berada  di  lingkup  Pondok
Pesantren  yang  terkenal  dengan  kajian  kitab-kitab  kuningnya,  maka  dengan  ini santri  tidak  lepas  dari  mengartikan  kitab-kitab  kuning  tersebut  atau  yang  biasa
santri sebut dengan bahasa ngelogat. Dengan mengkaji kitab-kitab kuning seperti kitab Nail Roja, Fiqih, Hadits, Bidayatul Hidayah, Nahwu Sharaf dan kitab-kitab
lainnya. Dengan  metode  seperti  ini,  harapah  KH.  Muhammad  Djunaidi  dan  para
Pembimbing  di  Pondok  Pesantren  Hidayatul  Mubtadi’ien  terapkan  agar  santri korban  penyalahgunaan  narkoba  bisa  berubah,  dapat  mencari  jati  dirinya  yang
sebenarnya, dapat mengingat Allah dan berubah menjadi orang-orang yang lebih baik dimasa yang akan datang.
C. Analisis  Peranan  KH.  Muhammad  Djunaidi  dalam  Menyadarkan  Pasien
Penyalahgunaan Narkoba
Penulis dalam melakukan penelitian ini dengan cara observasi langsung ke Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’ien Pasir Putih Sawangan Depok selam 4 empat Bulan, terhitung dari
tanggal 02 Februari 2011 sampai dengan tanggal 08 Juni 2011. Jumlah santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubt
adi’ien kurang lebih sejumlah 6 orang. Mayoritas santri yang mondok di pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’ien adalah santri yang terkena gejala stress,
defresi dan pengaruh obat-obatan terlarang yang kini semangkin meraja lela. Mereka yang nterkena pengaruh tersebut sangat perlu mendapat perhatian khusus dan bimbingan
pendidikan rohani serta nilai-nilai keimanan agar mereka dapat menemukan jati dirinya.
Adapun  faktor    yang  mempengaruhi  anak-anak  muda  masa  kini,  yaitu faktor  ekonomi,  faktor  keluarga  dan  faktor  lingkungan.  Yang  menunjang  adalah