BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjadi tua dengan segenap keterbatasannya, merupakan suatu fase yang harus dijalani setiap manusia dalam kehidupannya. Seperti halnya fase-fase
kehidupan lain yakni masa anak-anak, remaja dan dewasa, yang ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala fisik, perubahan anatomis,
dan biokimia sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Lansia yang
sehat dan bugar dapat tercapai apabila mempertahankan status gizi pada kondisi optimum dan konsumsi makanan.
Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan melonjak hingga kurang lebih 33
juta orang lanjut usia 12 dari total penduduk. Dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional HLUN tahun 2009, jumlah orang lanjut usia di Indonesia saat ini sekitar
16,5 juta jiwa dari seluruh jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 220 juta, diperkirakan jumlah lansia tahun 2020 menjadi 28 juta orang lebih
. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah umur harapan hidup
penduduknya. Saat ini Indonesia memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
secara umum. Umur harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007 Salahudin, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Profil Indonesia tahun 2007 menunjukkan umur harapan hidup di Indonesia laki laki 67 tahun dan perempuan 69 tahun. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional RPJMN tahun 2009 umur harapan hidup meningkat dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, sedangkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara tahun 2009 umur harapan hidup dari tahun ke tahun meningkat, dimana umur harapan hidup tahun 2002 yaitu 67,15 tahun dan pada tahun 2009 menjadi 68,38
tahun. Menurut Nugroho 2008 pada tahun 2020 umur harapan hidup kurang lebih 70
tahun. Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia menimbulkan satu kecenderungan perubahan pola penyebab kematian terhadap permasalahan penting yang dihadapi
pembangunan kesehatan adalah terjadinya beban ganda penyakit, dari penyakit infeksi menjadi penyakit kronis dan degeneratif.
Proses penuaan tidak dapat dihindari oleh semua orang. Proses penuaan sering disertai dengan adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh, perubahan
komposisi tubuh, penurunan massa bebas lemak, serta peningkatan massa lemak. Proses penuaan dapat diperlambat apabila mempunyai tingkat kesegaran jasmani dan
asupan gizi yang baik, dan juga kondisi mental yang sehat dan aktif pada masa tua dibutuhkan pemeliharaan yang kontinu untuk mempertahankan daya pikirnya dan
mencegah dari perasaan cemas dan depresi. Lansia yang sehat dan bugar tidak akan menjadi beban bagi orang lain karena masih dapat mengatasi sendiri masalah
kehidupannya sehari-hari Maryam dkk, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Penuaan juga dapat diakibatkan oleh saling berinteraksinya pemrograman genetika, gaya hidup, dan nutrisi; dua faktor yang terakhir ini berada dibawah kontrol
manusia, dan dapat dimodifikasi untuk memperpanjang umur Barasi, 2009. Pada lanjut usia salah satu upaya utama yang dilakukan untuk mencapai
kualitas hidup agar tetap baik adalah dengan cara mempertahankan status gizi pada kondisi optimum dan konsumsi makanan bergizi dan beragam. Status gizi merupakan
hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik, diperlukan pangan yang mengandung cukup gizi, aman dikonsumsi dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi yang ditentukan berbagai faktor seperti, umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, berat badan, tinggi badan, keadaan fisiologis dan kesehatan.
Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan pangan Supariasa dkk, 2002.
Sri 2007 yang mengutip pendapat Marsetyo menyatakan bahwa, untuk memperoleh energi agar para usia lanjut dapat melakukan kegiatan fisik sehari-hari,
dibutuhkan zat gizi. Zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat itu antara lain: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air, mineral dan serat dalam jumlah seimbang.
Banyaknya masing-masing zat gizi yang diperlukan manusia, tidak persis sama antara satu orang dengan orang lain.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Semua proses pertumbuhan memerlukan
zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting
Universitas Sumatera Utara
bagi para lanjut usia. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50 tahun, namun nafsu makan mereka cenderung terus menurun, karena
itu harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi Kusno dkk, 2004. Makanan sehat yang dianjurkan pada lansia yaitu, makanan beraneka ragam
seperti : makanan pokok, lauk pauk, buah-buahan yang mengandung kalori, protein, karbohidrat dan serat makanan, vitamin dan mineral, air serta rendah lemak. .
Makanan sehat adalah makanan yang higienis serta banyak mengandung gizi dan tidak mengandung kuman penyakit Maryam, 2008.
Menurut Utami 2002 masih banyak lanjut usia di pedesaan kurang dalam mengkonsumsi protein nabati dan hewani, serta rendah dalam mengonsumsi sayuran
dan buah-buahan dengan sejenisnya yang kurang beragam. Sehingga konsumsi lemak yang tinggi tidak diimbangi dengan konsumsi serat maupun vitamin C yang cukup.
Selain itu juga lansia cenderung jarang sarapan pagi dengan nasi atau sejenisnya, mereka cukup dengan segelas kopi dengan frekuensi terbanyak 3x sehari, seperti
diketahui bahwa mengonsumsi kopi yang mengandung kafein dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah.
Menurut penelitian yang dilakukan Utami 2002 dari 88 lansia di pedesaan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 23 orang 26,1 yang mengonsumsi makanan
sumber karbohidrat dengan frekuensi sering, yang mengonsumsi protein hewani sangat jarang hanya 34 orang 38,6, yang mengonsumsi sayuran kategori jarang
dan kadang-kadang 27 orang 30,7, yang mengonsumsi buah-buahan dengan kategori jarang dan kadang-kadang 82 orang 92,7.
Universitas Sumatera Utara
Data yang diperoleh di Wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak jumlah lansia umur 60 tahun keatas sebanyak 947 orang 5,5 dari jumlah penduduk 17.297
orang. Tingginya jumlah lansia di Puskesmas Batu Horpak merupakan masalah penting yang dihadapi akan memungkinkan terjadinya beban ganda penyakit, dari
penyakit infeksi menjadi penyakit kronis dan degeneratif. Hal ini disebabkan oleh perilaku lansia yang kurang terhadap konsumsi makanan sehat yaitu masih
banyaknya kebiasaan lansia yang kurang memperhatikan konsumsi makanan yang sehat jika dilihat dari tingkat konsumsi yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
dari suatu makanan, dan kebiasaan lansia terhadap cara pemilihan, pengolahan, penyajian makanan yang baik.
Peneliti melihat pada survei awal, lansia cenderung beranggapan bahwa makan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tanpa harus memperhatikan makanan yang
dikonsumsinya apakah mengandung gizi atau tidak. Hal ini disebabkan lansia di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak masih ditemui lansia yang tinggal sendiri
tanpa ada keluarga yang mendampingi, mengakibatkan lansia belum mengerti dan kurang informasi tentang pentingnya konsumsi makanan sehat bagi tubuh lansia dan
juga ketidaktahuan terhadap makanan sehat dan bergizi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang perilaku lansia dalam mengonsumsi makanan sehat di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah