menyebabkan berbagai keterbatasan dalam pemilihan, pengolahan dan penyajian bahan makanan seperti kebanyakan lansia memasak lauk-pauk hanya sekali dalam
dua hari. Untuk meningkatkan pengetahuan lansia dalam mengonsumsi makanan sehat,
sebaiknya lansia mendapat bimbingan dan pengawasan dari orang yang lebih mengerti tentang masalah tersebut, sehingga lansia semakin tahu dan mengerti
tentang gizi dan cara mengonsumsi makanan sehat mulai dari mengolah, menyiapkan, menyajikan sehingga dapat menerapkannya dengan baik. Pengetahuan lansia tentang
gizi yang baik akan mendukung konsumsi makanan yang baik juga sehingga terjadi gizi seimbang untuk mengoptimalkan derajat kesehatan lanjut usia.
5.2 Sikap Lansia dalam Mengonsumsi Makanan Sehat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola memiliki sikap
dalam mengonsumsi makanan sehat sebagian besar berada pada kategori kurang. Terbukti dari pernyataan-pernyataan mereka yang banyak menyatakan bahwa
makanan sehat itu merupakan makanan yang mahal, adanya anggapan mereka bahwa buah-buahan tidak perlu di konsumsi karena dapat menyebabkan sakit perut maag.
Mereka juga tidak setuju jika makanan itu harus beraneka ragam karena menurut mereka untuk menyiapkannya membutuhkan waktu yang banyak, dan biaya yang
banyak juga karena menurut tanggapan mereka makanan yang beraneka ragam itu merupakan makanan yang sulit untuk mendapatkannya.
Universitas Sumatera Utara
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2003. Sikap hanyalah suatu
kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk mengingini atau tidak objek tersebut.
Sunaryo 2004 menyatakan bahwa faktor penentu sikap juga adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut akan dapat
menyebabkan perubahan sikap individu tersebut. Positif atau negatifnya informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar lingkungan sosial di
sekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Seperti halnya dalam pemilihan, pengolahan
serta penyajian bahan makanan dimana informasi positif yang pernah diterima lanjut usia adalah bahwa jenis makanan yang dimakan oleh lanjut usia harus disesuaikan
dengan keadaan kesehatannya, porsi kecil tapi sering. Pada dasarnya sikap lansia di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak dalam
mengonsumsi makanan sehat adanya anggapan makanan yang dikonsumsi sudah tidak dapat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa
tuanya, dengan mengonsumsi makanan apa saja bisa yang penting enak dan cepat, soal gizi belakangan, selama makanan enak banyak lemak, gula atau garam tidak
masalah. Adanya pengaruh budaya yang beragam misalnya kebiasaan dari suku batak
Angkola yang selalu mengonsumsi santan pada bahan makanan dan selalu minum teh manis padahal kita ketahui santan banyak mengadung lemak dan tidak baik
dikonsumsi lansia secara berlebihan
Universitas Sumatera Utara
Hal ini didasari prinsip para lansia dalam mengonsumsi setiap jenis bahan makanan tanpa mempertimbangkan zat gizi yang dikonsumsi. Pada umumnya selera
makan lansia terhadap makanan lebih mengarah pada aroma dan rasanya, sedangkan gizi merupakan pertimbangan yang selanjutnya, padahal pertimbangan kandungan
gizi dalam suatu jenis makanan sangat perlu, melihat dari pentingnya gizi bagi kesehatan, dan tidak boleh diabaikan dalam mengonsumsi makanan sehari-hari.
5.3 Tindakan Lansia dalam Mengonsumsi Makanan Sehat .