6. Konsumsi makanan sehat lansia adalah berbagai informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dimakan lansia setiap hari, dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang
beranekaragam seperti bahan makanan pokok nasi, lauk pauk ikan dan daging, sayuran, buah-buahan, serta enak rasanya.
3.7 Uji Validitas dan Reabilitas
Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, batir-butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji validitas dan reabilitas sebagai alat ukur maka terlebih
dahulu diuji pada 30 lansia usia 60 tahun ke atas di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Aek Badak Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan.
Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun unsur yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing
item pertanyaan dengan skor total variabel dengan nilai item corrected correlation pada analisis reability statistics. Jika nilai item correted correlation r
tabel
0,361, maka nilainya dinyatakan valid.
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana statu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dalam penelitian ini tehnik untuk
menghitung indeks realibilitas yaitu dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis realibilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan
jika nilai r Cronbach’s Alpha r
tabel
0,361, maka dinyatakan reliabel. Setelah dilakukan pengujian ternyata didapat hasil bahwa nilai item correted
correlation r
tabel
0,361, maka nilai dinyatakan valid. Sedangkan untuk indeks
Universitas Sumatera Utara
reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s Alpha didapat hasil, nilai r Cronbach’s Alpha 0,844
r
tabel
0,361, maka dinyatakan reliabel.
3.8 Aspek Pengukuran
Adapun skala pengukuran variabel penelitian terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam mengonsumsi makanan sehat yang diukur melalui
pernyataan yang terdapat dalam lembar kuisioner Arikunto, 2007 yaitu :
Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 75 dari seluruh skor maksimal. Nilai cukup, apabila responden mendapat nilai 40-75 dari seluruh skor maksimal.
Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai 40 dari seluruh skor maksimal.
3.8.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh lansia dalam mengonsumsi makanan sehat diukur melalui 10 pernyataan yang diajukan kepada responden dengan
memilih jawaban yang benar atau salah dengan ketentuan pada pernyataan yang benar diberi skor 2 dua dan pernyataan yang salah diberi skor 0 nol.
Total pengetahuan tertinggi adalah 20. Pengukuran tingkat pengetahuan lansia dalam mengonsumsi makanan sehat terdiri dari dari tiga kategori :
Baik, apabila responden bisa menjawab 15 skor maksimal Cukup, apabila responden bisa menjawab 8–15 skor maksimal
Kurang, apabila responden bisa menjawab 8 skor maksimal
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Sikap
Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 kategori yaitu SS Sangat Setuju, S Setuju, N Netral, TS Tidak
Setuju dan STS Sangat Tidak Setuju Riduwan, 2005. Sikap diukur melalui10 pertanyaan dengan memberikan skor terhadap masing-masing pertanyaan yaitu :
1. Untuk pernyataan negatif pernyataan no.1,2,3,4 :
SS : Sangat Setuju, skornya 1 S
: Setuju, skornya 2 N
: Netral, skornya 3 TS : Tidak Setuju, skornya 4
STS : Sangat Tidak Setuju, skornya 5 2.
Untuk pernyataan positif pernyataan no. 5,6,7,8,9,10 : SS : Sangat Setuju, skornya 5
S : Setuju, skornya 4
N : Netral, skornya 3
TS : Tidak Setuju, skornya 2 STS : Sangat Tidak Setuju, skornya 1
Total sikap tertinggi adalah 50. Pengukuran tingkat sikap lansia dalam mengonsumsi makanan sehat terdiri dari dari tiga kategori :
Baik, apabila responden bisa menjawab 38 skor maksimal Cukup, apabila responden bisa menjawab 20-38 skor maksimal
Kurang, apabila responden bisa menjawab pernyataan 20 skor maksimal
3.8.3 Tindakan
Universitas Sumatera Utara
Tindakan konsumsi makan sehat lansia diukur melalui kepernahan melakukan tindakan-tindakan yang masuk katagori perilaku lansia dalam mengonsumsi makanan
sehat melalui pengajuan terhadap 10 pertanyaan tindakan. Total skor maksimal 20 dengan kriteria sebagai berikut :
Untuk jawaban mempunyai 3 pilihan : Jawaban a = 2
Jawaban b = 1 Jawaban c = 0
Berdasarkan skor total tindakan konsumsi makanan sehat pada lansia yang di dapat salanjutnya dikategorikan menjadi :
Tindakan baik, apabila jawaban responden menjawab 15 skor maksimal Tindakan cukup, apabila jawaban responden menjawab 8-15 skor maksimal
Tindakan kurang, apabila jawaban responden menjawab 8 skor maksimal
3.8.4 Food recall
Data pola komsumsi makan lansia diperoleh dengan wawancara yang menggunakan metode food recall dan dikonversikan ke dalam kandungan energi dan
protein. Data konsumsi ini dihitung dari kuantitas pangan yang dikonsumsi dengan bantuan daftar bahan makanan DKBM dan dinyatakan dalam kkal dan gram.
Kontribusi energi dan protein dari makanan diperoleh dari perhitungan kecukupan energi dan protein yang dianjurkan DKGA dapat ditafsirkan dengan menggunakan
perhitungan sebagai berikut : K
TK = x 100 KD
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : TK = Tingkat Konsumsi
K = Konsumsi Energi dan Protein KD = Konsumsi yang dianjurkan
Dari hasil yang diperoleh dilakukan pengkategorian berdasarkan konsep gizi seimbang Supariasa, 2002 yaitu :
Baik, apabila tingkat kecukupan ≥ 100 AKG
Sedang, apabila tingkat kecukupan 80-99 AKG Kurang, apabila tingkat kecukupan 70-80 AKG
Defisit, apabila tingkat kecukupan 70 AKG
3.8.5 Food frequency
Frekuensi makanan diukur dengan melihat berapa kali jenis makanan dikomsumsi oleh lansia. Menurut Kusharto 2004, frekuensi makan seseorang
dikelompokkan menjadi empat kategori secara umum yang meliputi: a.
Tidak pernah b.
Jarang, jika komsumsi pangan 1 – 2 kali minggu. c.
Sering, jika komsumsi pangan 3 – 5 kali minggu. d. Setiap hari, jika komsumsi pangan 6 – 7 kali minggu
Universitas Sumatera Utara
3.9 Pengolahan dan Analisis data 3.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Editing Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan dalam
pengumpulan data, data diperbaiki editing dengan cara memeriksa kembali data jawaban yang kurang.
b. Koding Data yang sudah diperiksa kemudian diklasifikasikan dan diberi tanda atau kode.
c. Tabulating Untuk mempermudah pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data
dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisis secara deskriptif.
3.9.2 Analisis Data
Data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk menggambarkan mendeskripsikan masing-masing variabel independen dan variabel dependen dan
menggunakan program SPSS 15, hasil data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Batu Horpak
Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan dan merupakan pemekaran dari Puskesmas
Sayur Matinggi Kecamatan Sayur Matinggi pada tanggal 30 Desember Tahun 2009. Puskesmas Batu Horpak dengan wilayah kerja terdiri dari 17 tujuh belas desa
dan satu kelurahan yang tersebar diseluruh wilayah Kecamatan Tantom Angkola, dengan luas wilayah 289,14 km
2
yang memiliki batas-batas wilayah yang meliputi sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sayur
Matinggi, sedangkan sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan wilayah kerja Kabupaten Mandailing Natal.
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Tantom Angkola adalah 17.279 jiwa, terdiri dari 8.570 laki-laki dan 8.709 perempuan. Jumlah kepala kepala keluarga terdiri dari
3.717 kepala keluarga. Penyebaran penduduk tidak merata baik dari jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga, hal ini disebabkan dari letak geografis masing-masing
wilayah desa. Berdasarkan letak geografis desa, terdapat tiga 3 desa yang akses jalan masih keadaan rusak yaitu Desa Harean, Desa Kotatua dan Desa Simaninggir
yang merupakan ujung jalan dari Kecamatan Tantom Angkola, sedangkan desa lainnya akses jalan raya sudah memadai. Berdasarkan luas wilayah, Kelurahan
Panabari Hutatonga merupakan wilayah terluas dari semua desa hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
disatukannya dua desa menjadi satu kelurahan dan merupakan Pusat Kecamatan, sedangkan Desa Simaninggir merupakan desa paling ujung dan luas wilayah yang
paling sempit. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penduduk dan Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak kecamatan Tantom Angkola
Kabupaten Tanuli Selatan Tahun 2009.
Desa Jumlah Penduduk
Jiwa Jumlah
KK
Lumban Huayan 827
4,78 162
4,35 Aek Uncim
711 4,11
165 4,43
Panindoan 423
2,44 99
2,66 Aek Parupak
738 4,26
150 4,03
Tanjung Medan 885
5,11 193
5,19 Aek Kahombu
1.512 8,74
363 9,76
Batu Horpak 625
3,61 140
3,76 Situmba
1.016 5,87
213 5,73
Kel. Panabari Hutatonga 2.094
12,10 427
11,48 Huta Raja
674 3,89
152 4,08
Purbatua 1.489
8,60 316
8,50 Lumban Jabi-jabi
617 3,56
145 3,90
Ingul Jae 882
5,09 194
5,21 Sisoma
1.028 5,94
213 5,73
Lumban Ratus 926
5,35 197
5,29 Harean
868 5,01
180 4,84
Kotatua 1.59
9,19 323
8,68 Simaninggir
374 2,16
85 2,28
Jumlah 17.279
100,0 3.717
100,0
sumber : Profil Puskesmas Batu Horpak Tahun 2009
4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk
Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak adalah petani. Hal ini didukung oleh letak geografisnya yang tanah
subur dan areal pertanian yang luas, dapat dilihat pada Tabel 4.2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak
Kecamatan Tantom Angkola Tahun 2010.
No Mata Pencaharian
Jumlah KK n
1 Petani
2.788 75
2 Pedagang
446 12
3 PNS Pensiunan PNS
372 10
4 Wiraswasta
111 3
Total 3.717
100,0
Sumber : Profil Puskesmas Batu Horpak Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui jenis mata pencaharian di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak beraneka ragam yaitu petani 2.788 kepala keluarga 75,
pedagang 446 kepala keluarga 12 dan PNSPensiunan PNS 372 kepala keluarga 10, wiraswasta 111 kepala keluarga 3. Akan tetapi mata pencaharian
penduduk asli wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak adalah sebagai petani hal ini disebabkan karena letak geografis dari wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak yang
memiliki areal pertanian yang luas dan tanah yang subur yang sangat cocok ditumbuhi padi, sedangkan jenis mata pencaharian lainnya seperti pedagang,
wiraswasta dan PNSPensiunan kebanyakan penduduk pendatang yang tinggal disana karena penempatan tugas saja.
4.1.4 Pendidikan
Wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak hanya memiliki gedung Sekolah Dasar yang ada di tiap desa, sedangkan gedung SLTP dan SLTA ada masing masing 1 buah
itupun baru dibangun tahun 2008 dan tenaga pengajarnya pun masih relatif sedikit kebanyakan tenaga honorer yang diperbantukan sehingga kadang jurusan yang
diajarkan tidak sesuai kompetensi yang dimiliki hal ini disebabkan letak dari
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Tantom Angkola yang sangat jauh dari Pusat Kabupaten dan Kecamatan Tantom Angko la salah satu Kecamatan terpencil di Kabupaten Tapanuli Selatan jika
dilihat dari jauhnya, sehingga untuk melanjutkan sekolahnya umumnya penduduk wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak harus pindah kost ke kota Padang
Sidempuan, sehingga tidak semua penduduk yang dapat melanjutkan sekolahnya hal ini dikarenakan karena biaya yang kurang memadai sehingga banyak yang tidak
tamat. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak yang tidak tamat atau belum pernah sekolah sebanyak 3.392 orang 20, tamat SD sebanyak 7.087 orang
41 dan universitas hanya 700 orang 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom
Angkola Tahun 2010.
No Tingkat Pendidikan
Jumlah n
1 Tidak Sekolah
3.392 20
2 SD
7.087 41
3 SLTP
3.559 21
4 SMU
2.541 14
5 Universitas
700 4
Total 17.279
100,0
Sumber : Profil Puskesmas Batu Horpak tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
4.1.5 Agama Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Wilayah
Kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola Tahun 2010.
No Agama
Jumlah KK n
1 Islam
1.029 28
2 Kristen Protestan
1.958 53
3 Katholik
730 19
Total 3.717
100,0
Sumber : Profil Puskesmas Batu Horpak tahun 2009
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa agama yang di anut penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak beraneka ragam seperti agama Kristen
Protestan, Katholik dan Islam, agama yang dianut sangat ditentukan oleh suku juga, seperti halnya penduduk asli wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak kebanyakan
adalah suku Batak Toba dan Angkola yang kebanyakan beragama Kristen sedangkan yang beragama Islam kebanyakan suku Mandailing. Jumlah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Batu Horpak yang beragama Kristen Protestan sebanyak 1.958 kepala keluarga 53, beragama Katholik 730 kepala keluarga dan Islam hanya 1.029
kepala keluarga 28
4.2 Karateristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan , pekerjaan, agama, status perkawinan, suku dan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan oleh responden yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan tindakannya dalam mengonsumsi makanan sehat.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh jumlah responden berdasarkan umur yaitu umur 60-69 tahun 45,6 dan hanya 7,8 yang berumur
≥ 70 tahun, jumlah responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar perempuan 54 orang
60 laki-laki 36 orang 40 hal ini disebabkan karena pada status perkawinan responden dijumpai janda lebih banyak dari pada duda yaitu 31 orang 34,4, duda
hanya 18 orang 20, jumlah responden berdasarkan suku sebagian besar suku Angkola yaitu55 orang 61,1 dimana kebanyakan beragama Kristen Protestan
sebanyak 46 orang 51,1, dan hanya 17 orang 18,9 suku Mandailing hampir seluruhnya beragama Islam 29 orang 32,2.
Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden tidak sekolah atau tidak tamat SD yaitu 35 orang 38,9 hal ini disebabkan oleh
pada jaman dahulu sulitnya dijumpai fasilitas pendidikan seperti masih jarang di jumpai gedung SD, akses jalan yang belum lancar, ekonomi masih menengah ke
bawah. Hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat pendidikan sampai ke jenjang universitas 6 orang 6,7 itu pun diperoleh setelah responden bekerja sebagai PNS
karena tuntutan tugas. Sedangkan dilihat dari jenis pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai petani 63 orang 70 hal ini disebabkan karena mata
pencaharian pokok penduduk di wilayah kerja Puskesmas Batu Horpak adalah bertani dan juga karena ekonomi yang masih menengah ke bawah sehingga responden sehari-
harinya kebanyakan bertani. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Horpak Kecamatan Tantom Angkola Tahun 2010.
No Karateristik Responden
Jumlah n
1 Umur
60-69 tahun 75
83,4 70 tahun
15 16,6
Total 90
100,0
2 Jenis kelamin
Laki-laki 36
40 Perempuan
54 60
Total 90
100,0
3 Suku
Angkola 55
61,1 Mandailing
17 18,9
Batak Toba 18
20,0
Total 90
100,0
4 Agama
Kristen Protestan 46
51,1 Islam
29 32,2
Katholik 15
16,7
Total 90
100,0
5 Pendidikan
Tidak sekolah 35
38,9 SD
24 26,7
SMP 15
16,7 SMA
10 11,1
Universitas 6
6,7
Total 90
100,0
6 Pekerjaan
Petani 63
70,0 Wiraswasta
13 14,4
Pensiunan PNS 14
15,6
Total 90
100,0
7
Status Perkawinan
Kawin 41
45,6 Duda
18 20,0
Janda 31
34,4
Total 90
100,0
Universitas Sumatera Utara
4.3 Perilaku Lansia dalam Mengonsumsi Makanan Sehat