Hal ini didasari prinsip para lansia dalam mengonsumsi setiap jenis bahan makanan tanpa mempertimbangkan zat gizi yang dikonsumsi. Pada umumnya selera
makan lansia terhadap makanan lebih mengarah pada aroma dan rasanya, sedangkan gizi merupakan pertimbangan yang selanjutnya, padahal pertimbangan kandungan
gizi dalam suatu jenis makanan sangat perlu, melihat dari pentingnya gizi bagi kesehatan, dan tidak boleh diabaikan dalam mengonsumsi makanan sehari-hari.
5.3 Tindakan Lansia dalam Mengonsumsi Makanan Sehat .
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tindakan responden dalam mengonsumsi makanan sehat sebagian besar berada pada kategori kurang. Dalam hal
ini terlihat bahwa lansia masih kurang dalam mengonsumsi makanan sehat seperti halnya dalam pengolahan bahan makanan yang banyak menggunakan garam dan
penyedap rasa yang menyengat mereka beranggapan bahwa makanan yang tanpa ditambahi garam tidak ada rasa makanan tersebut hanya tawar saja sehingga tidak
selera untuk memakannya, hal ini terjadi karena menurunnya daya indera perasa dan penciuman dapat mengakibatkan mereka tidak punya selera makan, pada hal kita
ketahui penggunaan garam yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit degeneratif yaitu darah tinggi, kurangnya lansia dalam meminum air putih karena mereka takut
buang air kecil terus sehingga dapat mengganggu aktifitas sehari hari, mereka mengatakan bahwa dengan minum kopi dan teh manis sudah bisa sebagai pengganti
air putih, mereka jarang mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayuran dan buah segar hanya kalau ingin dan ingat saja, begitu juga dengan minum susu.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan lansia dalam mengonsumsi makanan sehat adalah kegiatan dalam pemilihan, pengolahan dan penyajian bahan makanan dengan memperhatikan jenis
serta jumlah makanan yang di konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya seperti dalam menyusun menu sehari-hari dengan gizi seimbang.
5.4 Jenis dan Frekuensi Makanan Yang Di Konsumsi Lansia
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsumsi makan lansia untuk jenis pangan pokok pada frekuensi setiap hari adalah nasi 100, artinya lansia tidak
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi dari sumber zat tenaga. Selain itu jenis pangan lain sebagai sumber zat tenaga yang dikonsumsi lanjut usia adalah, mie
36,7, roti 53,3, singkong 4,4 dan jagung 8,9 walaupun frekuensinya dalam satu minggu bervariasi untuk masing-masing lansia.
Konsumsi lansia dari jenis pangan hewani sebagai sumber zat pembangun adalah ikan asin, ikan segar, telur dan susu. dapat dilihat bahwa dalam satu minggu
pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi dengan frekuensi setiap hari yaitu ikan asin 80 dan susu 6,7. Sedangkan konsumsi dengan kategori jarang adalah
ikan segar 33,3 dan sebagian besar hampir tidak pernah makan ikan segar, telur 66,7 dan ayam 50, walaupun di antara para lanjut usia memiliki peliharaan
ternak yang dapat menghasilkan telur namun ternak maupun telur tersebut dijual tanpa untuk dikonsumsi, sedangkan untuk ikan asin lansia sering mengonsumsinya
karena ikan asin mudah didapat, harganya murah, bisa disimpan dalam waktu yang lama karena pada umumnya lansia dapat mendapatkan bahan pangan hewani
kebanyakan pada waktu pekan saja, hanya sekali dalam seminggu, sedangkan untuk mendapatkan ikan segar harganya mahal dan harus menunggu pekan sekali seminggu.
Universitas Sumatera Utara
Jenis pangan nabati yang biasa dikonsumsi lansia bervariasi yaitu tempe, tahu, kacang tanah, kacang merah, dan kacang hijau. Dari hasil penelitian dapat dilihat
bahwa dalam satu minggu pangan nabati paling banyak dikonsumsi lanjut usia dengan kategori sering tahu 66,7, tempe 62,2 sedangkan kacang tanah
38,9, kacang hijau 53,3 dan kacang merah 42,7 kategori jarang hal ini disebabkan hasil pertanian mereka lebih baik dijual dari pada dikonsumsi, adanya
juga anggapan lansia dengan mengonsumsi kacang terlalu sering dapat menyebabkan penyakit asam urat Gout Athritis . Jenis buah yang dikonsumsi lansia dengan
frekuensi sering pepaya 12,2, sedangkan frekuensi jarang apel 6,7, pisang 25,5, dan salak 18,8, hal ini disebabkan sebagian besar lansia
mengonsumsinya jika ingat saja dan menganggap jika makan buah terlalu sering dapat menyebabkan sakit perut maag.
Hasil penelitian menunjukkan jenis pangan dari sumber sayur-sayuran yang di konsumsi lanjut usia dengan frekuensi sering daun ubi 66,7, kangkung 30,0
dan terong 40,0 untuk frekuensi jarang wortel 25,5, bayam 26,7, kol 23,3 dan touge 16,7.
Untuk karbohidrat sederhana gula lansia mengonsumsi teh manis 100 dengan frekuensi setiap hari, hal ini sudah menjadi kebiasaan lansia apalagi tiap
harinya mereka harus membutuhkan sumber tenaga karena mereka memiliki aktifitas tinggi seperti bertani, berwiraswasta. Disamping hal tersebut lansia sangat mudah
memperolehnya karena harga masih bisa dijangkau, sedangkan dalam mengonsumsi sayuran cenderung kurang biarpun terkadang mudah memperolehnya, hal ini
disebabkan kebanyakan karena mereka cenderung lupa, mereka makan sayur hanya
Universitas Sumatera Utara
kalau ingat saja, karena lansia tinggal sendiri sehingga malas untuk memasaknya, sedangkan untuk memasak nasi sama ikan untuk satu hari terkadang hanya pagi saja.
Pada lanjut usia sayuran dan buah sebaiknya di konsumsi dalam jumlah yang cukup secara teratur dan bervariasi. Selain sumber vitamin dan mineral, sayuran dan
buah-buahan juga merupakan sumber serat yang baik. Hal ini sangat perlu mengingat kelompok usia lanjut sering mendapatkan kesulitan dalam buang air besar. Tanpa
adanya serat, orang akan mudah mengalami gejala sembelit atau konstipasi, kegemukan, jantung koroner.
Lanjut usia pada hakekatnya memerlukan makanan yang seimbang sepanjang hidupnya untuk kelangsungan serta pemeliharaan kesehatannya. Lanjut usia
mendapatkan zat-zat gizi dalam bentuk bahan makanan berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Satu macam bahan makanan saja tidak dapat memenuhi semua
kebutuhan tubuh akan berbagai macam zat gizi yang berlainan jenis dan jumlahnya. Untuk mencapai gizi yang prima perlu dipanuhi dua hal yaitu, pertama memakan
makanan yang beraneka ragam menggunakan semua macam bahan makanan dari semua golongan, kedua bahan makanan dalam jumlah dan kualitas yang benar dan
tepat. Hidangan yang beraneka ragam adalah hidangan sehari-hari yang minimal
terdiri dari empat jenis bahan makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah. Akan lebih baik lagi jika makanan yang dikonsumsi setiap kali
makan beraneka ragam dan bervariasi karena dapat menjamin kelengkapan zat gizi yang diperlukan tubuh. Kekurangan zat gizi tertentu dari satu jenis bahan makanan
dapat dilengkapi oleh bahan makanan yang lain Kusno, 2007
Universitas Sumatera Utara
Frekuensi makan perhari merupakan salah satu aspek kebiasaan makan, frekuensi makan akan dapat menjadi penduga tingkat kecukupan konsumsi gizi.
Artinya semakin tinggi frekuensi makan seseorang maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar Khomsan, 2004. Frekuensi konsumsi lansia dalam
satu minggu dikategorikan menjadi 4 yaitu setiap hari, sering, jarang, dan tidak pernah.
Pada dasarnya kebutuhan akan macam zat gizi bagi lansia tetap sama seperti yang dibutuhkan orang muda, yang berubah hanyalah jumlah dan komposisinya.
Konsumsi energi sebaiknya dikurangi, disesuaikan dengan menurunnya aktifitas tubuh. Sebaliknya konsumsi makanan sumber protein, vitamin, mineral perlu
ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun kandungan zat gizinya.
5.5 Konsumsi Energi Protein