agen semakin bebas dari paksaan struktural dan karenanya semakin mampu menciptakan secara refleksif diri mereka sendiri dan masyarakat di mana mereka
hidup. Sebagai contoh, daripada ditentukan oleh situasi kelas mereka, aktor berperan kurang lebih berdasarkan atas kemauan mereka sendiri. Dengan
menyerahkan pada diri mereka sendiri, orang terpaksa menjadi refleksif. Pentingnya refleksitas dalam hubungan sosial dicontohkan Beck seperti berikut:
“Bentuk baru hubungan sosial dan jaringan sosial kini tergantung pada pilihan orang secara individual; ikatan sosial pun makin refleksif, dengan demikian ikatan
sosial itu dibentuk, dipelihara, dan terus-menerus diperbaharui oleh individu. Ritzer Goodman, 2010: 561-562
2.5 Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa RUSUNAWA
Dalam bukunya “The descent of Man” Darwin Eko, 2004:55 menyatakan bahwa untuk melindungi diri terhadap panas matahari, kera
menggunakan untaian jerami di atas kepalanya. Sedang pada malam hari, mereka membuat dataran sebagai alas tempat tidur untuk kemudian menutupi dirinya
dengan daun pandanus. Konon itulah awal dari lahirnya pakaian dan rumah dalam bentuknya yang paling sederhana.
Membangun rumah masih tetap merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh pribadi, keluarga atau masyarakat. Setiap lingkungan pemukiman
berkembang sesuai pola kehidupan masyarakatnya dengan karakter dan identitas masing-masing. Pada masa sekarang ini, yang ditandai dengan ledakan penduduk
dan derasnya arus urbanisasi, pembangunan perumahan merupakan suatu kegiatan industri yang kompleks. Masalah yang timbul manakala rumah dianggap sekedar
komoditi, sebagai produk akhir barang jadi. Aspek-aspek sosial budaya, kesejahteraan ekonomi, tata nilai dan perilaku manusianya lepas dari pengamatan.
Tantangan paling besar yang harus dihadapi dalam bidang perumahan di indonesia sekarang ini, bagaimana mengatasi masalah perumahan masyarakat
miskin terutama di kota-kota besar yang merupakan mayoritas pusat ativitas. Tuntutan akan kebutuhan pengadaan rumah sangat besar dan selalu meningkat,
sedangkan lingkungan hunian yang ada dinilai kurang manusiawi. Tambahan pula kemampuan ekonomi mereka terbatas, sulit untuk bisa mengangkat sendiri tanpa
bantuan pihak lain. Selama ini perumahanrumah, sebetulnya tidaklah betul-betul murah dan tidak menjangkau masyarakat lapisan bawah. Kenyataan menunjukkan
bahwa bagi kebanyakan rakyat miskin, rumah termasuk dalam daftar prioritas rendah sesudah lapangan kerja, pangan, sandang dan kesehatan.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yang berfungsi dalam mendukung terselenggaranya pendidikan, keluarga, persemaian budaya,
peningkatan kualitas generasi yang akan datang dan berjati diri. Salah satu permasalahan utama pertumbuhan penduduk perkotaan adalah peningkatan
permintaan akan rumah. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang
terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan. Undang Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah permasalahan permukiman penduduk
khususnya di kota-kota besar. Kendala yang dihadapi adalah terbatasnya lahan perkotaan. Salah satu alternatif untuk memecahkan kebutuhan rumah di perkotaan
yang terbatas adalah dengan mengembangkan model hunian secara vertikal berupa bangunan rumah susun. Untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah,
Pemerintah membangun rumah susun sederhana dengan sistem sewa. Untuk memenuhi kebutuhan pokok akan rumah tinggal yang sangat meningkat,
khususnya pada daerah-daerah perkotaan dan daerah-daerah industri, Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa RuSuNaWa menjadi alternatif
dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Rumah susun sederhana sewa RUSUNAWA adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian- bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun
vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan
bagian bersama serta status penguasaannya dengan sistem sewa. Berdasarkan Undang Undang No 20 Pasal 3 tahun 2011, Penyelenggaraan
rumah susun bertujuan untuk: a.
Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta
menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya.
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan
seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
c. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman
kumuh. d.
Mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, dan produktif;
e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan
penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi
masyarakat berpenghasilan rendah MBR f.
Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun.
g. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan
terjangkau, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam
suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman yang terpadu. h.
Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan, dan kepemilikan rumah susun.
2.5 Definisi Konsep 2.5.1 Interaksi Sosial