Toleransi Oleh Para Penghuni

banyak dan meriah, terutama lomba panjat pinang yang sangat menarik untuk ditonton banyak orang. Panjat pinang merupakan perlombaan yang wajib diadakan, gelak tawa para penonton membuat keadaan semakin seru. Untuk membuat panjat pinang itu sendiri juga memakan waktu yang panjang, penghuni yang ada di RuSuNaWa harus menebang pohon pinang yang cocok dipakai lalu membawanya ke rusunuwa untuk disisip. Peran kerjasama sangat penting dalam kegiatan ini. Untuk dapat mendirikan sebuah batang pohon pinang yang sudah di dekorasi sedemikian rupa memerlukan banyak orang. Anak-anak biasanya membantu untuk membersihkan lingkungan RuSuNaWa selama proses persiapan dan peran ibu-ibu biasanya menyediakan makanan untuk para penghuni yang telah bekerja mempersiapkan sebagai hal. Hiburannya dalam perayaan tersebut juga memakai jasa penyanyi yang diiringi keyboard” Dapat disimpulkan dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa selama dalam prosos persiapan kegiatan itu para penghuni saling membantu dan mengambil bagian-bagian kerjanya untuk dipertanggungjawabkan. Para penghuni sangat antusias menyambut diselenggarakannya kegiatan tersebut. Wajar saja mengingat acara tersebut tidak diadakan tahun lalu. Mereka para penghuni RuSuNaWa bersatu dalam tujuan yang sama yaitu mensukseskan acara perayaan hari kemerdekaan. Sifat yang dimiliki oleh penghuni RuSuNaWa suka dalam hal hiburan, dikarenakan kegiatan lain seperti itu jarang ada.

4.6.2 Toleransi Oleh Para Penghuni

Sikap dapat menerima perbedaan antara beragamnya penghuni RuSuNaWa merupakan salah satu bentuk toleransi. Perbedaan penghuni di RuSuNaWa Kota Tebing Tinggi seperti perbedaan pemikiran, perilaku, sifat antara penghuni yang berbeda membuat hubungan antar masyarakat mampu untuk bersikap penuh toleransi. Kemampuan untuk bertoleransi terhadap individu serta kelompok lain yang berbeda dikatakan sebagai toleransi pada masyarakt sosial, karena sikap dan perilaku tersebut sering dilakukan berkali-kali ketika berinteraksi sosial dengan orang lain, akhirnya menjadi sifat orang tersebut. Di RuSuNaWa itu sendiri dihuni oleh beragamnya latar belakang para penghuni yang tentunya mempunyai sifat yang berbeda pula tentunya. Namun hal itu merupakan suatu keharusan dimana para penghuni RuSuNaWa berusaha untuk memberikan rasa toleransi kepada penghuni lainnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Yusni lk, 38 tahun sebagai berikut : “Pada hunian RuSuNaWa menginggat rumah yang ditempati oleh penghuni sangat dekat posisi yang saling berdempetan, maka apabila para penghuni tetangga kita kedatangan tamu dari luar untuk berkunjung bersilahturahmi. Para tetangga yang bersebelahan tidak ribut atau membuat kerusuhan karena apabila ribut sedikit saja maka akan terdengar ke sebelah rumah dan tentunya membuat rasa tidak nyaman bagi tamu tersebut. Jadi kita disini penghuni Blok A sangat menjaga kondisi apabila ada tamu yang datang mengunjung penghuni disini.” Terlihat jelas bagaimana para penghuni untuk bertoleransi dengan penghuni lainnya untuk memberikan rasa nyaman pada hunian RuSuNaWa terutama di Blok A. Sehingga tidak menciptakan suatu penilaian buruk bagi para tamu yang datang berkunjung ke RuSuNaWa dengan begitu dilain kesempatan tamu tersebut bisa datang kembali. Dengan keberagaman latar belakang yang dimiliki penghuni RuSuNaWa, seperti halnya suku, agama, adat istiadat juga merupakan suatu hal yang harus ditoleransi untuk tidak diharuskan pada konsep latar belakang yang dominan. Di hunian RuSuNaWa dalam sehari-sehari para penghuni berkomunikasi dengan menggunakan bahasa indonesia, namun mereka juga terkadang menggunakan bahasa daerah untuk berinteraksi kepada penghuni dengan latar belakang yang sama yaitu suku yang serupa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Eka lk, 37 tahun sebagai berikut : “Dalam hunian RuSuNaWa sehari-hari dalam beraktivitas disini, para penghuni bisa berkomunikasi dengan siapa saja tanpa ada larangan tidak membatasi harus selalu berhubunga dengan pihak tertentu. Jadi biasanya apabila mereka memiliki suku yang sama dan pada posisi hanya berdua saja maka mereka dalam berbicara menggunakan bahasa daerah asal sukunya. Seperti contohnya Pak Yusni yang tinggal di hunian RuSuNaWa Blok A berinteraksi dengan pengelola yaitu Pak Irfan, karena mereka sukunya Batak Mandailing sering sekali mereka menggunakan bahasa daerahnya namnun dengan melihat kondisinya juga. Apabila mereka dalam suatu kelompok yang ramai dari berbagai penghuni lainnya maka akan digunakan bahasa indonesia yang bisa mudah dimengerti. Hal itu dilakukan agar tercipta kesan tidak menyudutkan latar belakang penghuni tertentu.” Pada saat-saat tertentu dimana biasanya diwaktu khusus para penghuni melakukan kegiatannya seperti beristirahat ataupun beribadah yang membutuhkan kondisi dimana harus tenang, maka penghuni yang tinggal di Blok A mengerti situasi kondisi tersebut: Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Jenal lk, 59 tahun sebagai berikut : “Apabila telah tiba waktu-waktu tertentu, biasa para penghuni RuSuNaWa mengerti dengan bersikap tenang tidak ribut. Misalnya pada saat jam siang dimana para penghuni yang ada siang itu biasanya beristirahat dengan cara tidur dari jam 1 siang sampai jam 4 sore, maka selama waktu itu di Blok A ini kondisinya sangat sepi sekali karena semuanya pada didalam rumah saja. Hal yang sama juga terjadi pada saat malam harinya pada saat jam 9 mereka mengunci pintu sudah masuk semua ke rumah. Mereka sudah sadar dengan sendirinya untuk tidak mengganggu penghuni di sebelahnya maklum saja itu kan jam orang untuk istirahat mengingat mereka sudah capek seharian bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada saat terdengar suara adzan magrib kebetulan bapak yang adzan , walaupun mereka tidak sholat berjamaah di mushola namun mereka langsung masuk ke rumah masing- masing dan tidak membuat suasana yang berisik. Mereka menghargai orang-orang yang melaksanakan rutinitas ibadah.”

4.6.3 Penyelesaian Konflik Dengan Cara Akomodasi