Penyelesaian Konflik Dengan Cara Akomodasi

4.6.3 Penyelesaian Konflik Dengan Cara Akomodasi

Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan equilibrium dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Di RuSuNaWa Kota Tebing Tinggi pada setiap waktunya tidak mungkin bisa dalam keadaan yang selalu berjalan secara harmonis dan teratur, ada kalanya juga bisa memiliki beberapa hambatan masalah dalam proses berinteraksi di lingkungan RuSuNaWa. Hambatan masalah yang ada tentunya bisa diselesaikan secara bijaksana, agar tidak memperburuk keadaan lingkungan hunian RuSuNaWa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Edi lk, 32 tahun sebagai berikut: “Konflik yang sering terjadi yaitu di Blok B, sudah sangat terkenal buruknya kalau di blok sebelah itu tidak mengherankan lagi. Konflik perkelahian mamak-mamak yang sering terjadi disini, akibat bercanda yang berlebihan berujung pada sakit hati terkadang merasa di fitnah. Hal demikian tak jarang juga menyebabkan tindak kekerasan. Dalam hal ini pihak pengelola lah yang sibuk mendamaikannya terdahulu serta dibantu oleh tetangga untuk menjelaskan permasalahannya.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh Novita pr, 34 tahun sebagai berikut : “Kalau di Blok B sendiri seringlah terjadi konflik antar penghuni, misalnya perkara cemburuiri pada tetangganya, akibat anak-anaknya yang berkelahi orangtua pun ikut juga. Hal-hal kecil yang dilakukan bisa menjadi besar masalahnya. Cara penyelesaian yang diambil biasanya dibawa ke kantor pengelola dan apabila tidak bisa di damaikan bisa langsung dibawa ke polsek disebelah hunian RuSuNaWa saja. Ada juga konflik yang terjadi antara penghuni dan pengelola misalnya saja terkadang penghuni melanggar peraturan seperti tidak mambayar iuran wajib, melanggar jam berkunjung, ataupun berbuat onar yang merugikan orang banyak. Penghuni yang melanggar peraturan terkadang melakukan perlawanan sehingga terkadang menjadi ribut dan baku hantam. Sehingga penyelesaiannya kalau bisa secara baik-baik dengan kekeluargaan, tapi kalau tidak bisa terpaksa di polsek.” Mengingat seringnya terjadi suatu permsalahan di lngkungan hunian RuSuNaWa, sehingga pengelola juga ikut campur dalam menyelesaikannya. Diusahakan untuk bisa diselesaikan pada tahapan oleh pengelola saja, jangan sampai ke pihak kepolisian karena ditakutkan masalah tersebut semakin berlarut panjang. Masalah yang dihadapi penghuni dengan pengelola juga banyak terjadi seperti yang telah dijelaskan dalam wawancara diatas, beberapa penghuni kerap sering melanggar peraturan yang telah ditentukan misalnya dalam tagihan iuran sewa yang memiliki banyak tunggakan. Ada cara mensiasati untuk bisa diselesaiakan secara baik-baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Dedek lk, 32 tahun sebagai berikut: “Beberapa penghuni yang menunggak sewa diminta oleh pengelola membayar, namun mereka memberontak melakukan perlawanan. Padahal sudah di berikan himbauan di awal pertama masuk, sudah diberikan surat peringatan namun ada saja penghuni yang nakal dan melawan pengelola. Ini bermula pada saat pengelola lama macet dalam hal iuran sewa, sehingga mengakibatkan banyak tunggakan penghuni. Dalam pelaksana tugas yang baru ini Pak Irfan memberi jalan kemudahan dengan para penghuni yang memiliki tunggakan untuk menyicil tunggakan tersebut. Jadi pada setiap bulannya harus membayar uang sewa hunian beserta menyicil tunggakannya. Saat ini kondisinya sedikit demi sedikit sudah berkurang tunggakannya, diharapkan dalam waktu dekat sudah kembali normal.” Ada juga kejadian dimana para penghuni melakukan aksi protes kepada pihak pengelola RuSuNaWa. Hal ini diungkapkan oleh Irfan lk, 42 tahun sebagai berikut : “Dahulu juga ada konflik yang besar terjadi, penghuni melakukan demonstrasi menuntut pergantian kepala pengelola RuSuNaWa yang lama karena penghuni menganggap kepala RuSuNaWa itu mempunyai sifat yang buruk karena otoriter, kejam, dan melakukan pungutan sewa diluar aturan. Pungli yang sering terjadi yaitu uang pemakaian listrik dan air yang mahal, tidak sesuai dengan pemakaian. Dilatarbelakangi hal itu lah terjadi demonstrasi kepada kepala pengelola RuSuNaWa saat itu, dan imbasnya ada perhatian dari pihak DPRD untuk mendamaiakan penghuni dan pengelola RuSuNaWa. Imbas dari kejadian itu kepala pengelola RuSuNaWa yang lama di mutasikan, dan hingga saat ini pengelola rusanawa di wakilkan kepada pelaksana tugas yaitu Pak Irfan tepatnya saya sendiri. Sejak saat itu perlahan perubahan yang baik telah dilakukan dengan menerapkan listrik pintar sehingga tidak bisa dimanipulasi lagi dan menertebtibkan berbagai pungli.” Dari hasil wawancara dari beberapa informan bagaimana prosos akomodasi diterapkan dalam hal menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan hunian RuSuNaWa. Semua pihak berperan serta dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi di lingkungan RuSuNaWa dengan memberi bantuan pendapat-pendapat yang bisa disepakati bersama. Pengelola juga tidak serta merta bisa menindak setiap pelanggaran yang ada, karena tugas utama pengelola yaitu menjalankan sistem kepengelolaan RuSuNaWa, baik pihak security RuSuNaWa juga mempunyai tugas pokok menjaga segala inventaris yang dimiliki hunian RuSuNaWa. Dalam hal penindakan bisa dibantu dari pihak-pihak tertentu misalnya saja pamong praja yang tugasnya mengawal peraturan peraturan daerah, mengingat RuSuNaWa merupakan aset yang dimiliki oleh daerah. Peran polisi juga sering diikutsertakan dalam hal mendamaikan pihak-pihak yang melakukan kesalahan dan yang mengarah pada tindakan kriminal, namun apabila selama masih bisa pihak pengelola untuk menyelesaikannya akan dibantu dan apabila tidak bisa pada tahap pengelola maka jalan satu-satunya yaitu dipersilahkan ditempuh pada pihak yang berwenang dalam hal ini yaitu pihak kepolisian.

4.7 Bentuk Interaksi Yang Merusak Hubungan Diantara Para Penghuni