Proses Interaksi Dengan Para Penghuni Bersifat Disharmonis

melainkan juga berinteraksi dengan pengelola RuSuNaWa yang setiap harinya bekerja menjalankan tugas kepengelolaan RuSuNaWa. Para penghuni bisa berinteraksi dengan pengelola RuSuNaWa menyangkut hal pelayanan yang diberikan di RuSuNaWa. Interaksi juga pada dasarnya proses perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkan dalam proses hubungan sosial. Pada awalnya dalam kesehariannya hubungan sosial yang terjalin diantara para penghuni RuSuNaWa berjalan seperti biasanya cukup baik, namun lambat laun adanya konflik yang terjadi diantara penghuni RuSuNaWa. Dalam interaksi sosial para penghuni yang menempati RuSuNaWa biasanya mencangkup alasan mereka berinteraksi adalah kepentingan bersama tentang proses kehidupan mereka seperti peristiwa yang terjadi di sekitaran hunian RuSuNaWa terkait keamanan, kenyamanan mereka yang tinggal di dalam hunian RuSuNaWa. Dengan alasan itu mereka berinteraksi dengan para penghuni lainnya untuk saling memberi info.

4.5.1 Proses Interaksi Dengan Para Penghuni Bersifat Disharmonis

Interaksi sosial merupakan bentuk proses sosial karena interaksi sosial merupakan utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial menyangkut hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial tersebut menyangkut hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, kelompok satu dengan kelompok lainnya, serta hubungan antara kelompok dan individu. Interaksi terjadi apabila individu atau kelompok saling bertemu kemudian melakukan kontak dan saling mempengaruhi mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya. Dalam kebiasaannya para penghuni yang mendiami RuSuNaWa melakukan interaksi dengan penghuni lainnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa manusia lainnya, hal itu dikarenakan manusia merupakan mahluk sosial. Penghuni RuSuNaWa mempunyai cara yang beragam untuk dapat berinteraksi dengan penghuni lainnya. Dalam lokasi hunian RuSuNaWa juga telah disediakan fasilitas umum yang bisa dimanfaatkan oleh para penghuni untuk mendukung kegiatan sehari-hari dan tentunya juga mendukung proses interaksi oleh para penghuni. Fasilitas-fasilitas umum dan tempat-tempat yang biasanya dimanfaat penghuni untuk melakukan interaksi meliputi: taman, ruang aula, ruang ibadah, kedai, bahkan juga bisa di kantor pengelola RuSuNaWa. Pada dasarnya setiap manusia bisa berinteraksi dimanapun dia berada baik secara yang sengaja ataupun tidak sengaja. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Jenal lk, 59 tahun sebagai berikut: ”Bapak dengan tetangga menjalin hubungan interaksi yang sering, gimana ya bapak kan sekarang tidak bekerja lagi sehingga sering sekali berinteraksi dengan tetangga lainnya. Banyak hal yang dibicarakan, paling sering mengenai kerjaan. Hubungan antar warga itu penting sekali, kalau terjadi apa-apa kan bisa minta tolong ke tetangga. Cara bersosialisasi bapak seperti orang pada umumnya, tapi seringnya kenal waktu sholat mahgrib berjamaah kebetulan bapak imamnya namun tidak banyak orang yang datang.” Interaksi antara penghuni terjadi karena adanya suatu hubungan dimana hubungan tersebut oleh para penghuni RuSuNaWa sebagai persinggungan logis karena letak tempat tinggal yang berdekatan. Interaksi merupakan kebutuhan dan kepentingan bersama untuk kehidupan seperti yang diharapakan, namun terkadang hubungan itu tidak ada keterikatan yang kuat antar penghuni RuSuNaWa disebabkan jarangnya mereka berinteraksi dengan warga lainnya diluar pembicaraan mengenai sekitar RuSuNaWa atau kehidupan sosialnya. Interaksi penghuni di RuSuNaWa sebenarnya sama dengan interaksi masyarakat pada umumnya, yang menarik interaksi yang terjadi diantara para penghuni dengan penghuni lainnya di RuSuNaWa ialah jarang terjadi. Pengertian dari jarang terjadi ialah intensitas pertemuan antar penghuni RuSuNaWa. Hal ini diakibatkan oleh penghuni di RuSuNaWa bekerja sehingga interaksi dengan penghuni lainnya sangat terbatas. Pada RuSuNaWa Kota Tebing Tinggi banyak para penghuninya bekerja tanpa jam kerja yang jelas, karena banyak dari para penghuni bekerja pada sektor nonformal sehingga tidak adanya aturan pasti berapa jam mereka harus bekerja. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ruslan lk, 31 tahun sebagai berikut: “Banyak warga RuSuNaWa yg menghuni tempat ini hanya kenal wajah saja ke para penghuni lain, nama warga di RuSuNaWa banyak yang tidak diketahui. Apalagi saya yang mata pencahariannya sebagai supir, bisa dikatakan selama seminggu hanya empat hari saja di RuSuNaWa. Interaksi yang terjadi hanya sebatas saling sapa saja kalau berpapasan di hunian RuSuNaWa. Terus terang bapak sendiri tidak terlalu dekat sama tetangga, mungkin istri saya yang punya hubungan yang baik ke tetangga dikarenakan perempuan kan cenderung sering tegur sapa dan menggosipbercerita. Suami banyak kegiatannya diluar untuk bekerja, hanya saja biasanya kalau malam para suami duduk di taman bergabung dengan warga lain untuk bersosialisasi. Kecenderungan yang ada di rurunawa ini warganya memegang prinsip siapa aku dan siapa dia, tidak peduli terhadap warga RuSuNaWa itu sendiri.” Dengan banyaknya jumlah penghuni yang mendiami RuSuNaWa juga mengakibatkan suatu kesulitan tersendiri untuk berinteraksi, banyak para penghuni yang belum saling mengenal satu dengan yang lainnya. Bahkan dalam satu blok yang sama, belum tentu mengenal. Apalagi dalam kondisi yang berlainan blok hunian di RuSuNaWa, banyak para penghuni tidak saling mengenal satu dengan yang lain. Biasanya penghuni hanya dekat dan sering berinteraksi dengan tetangga terdekat sebelah kiri dan kanan hunian yang ditempatinya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Novita pr, 34 tahun sebagai berikut : “Ibu Novita kepada tetangga yang mendiami RuSuNaWa hanya kenal beberapa orang saja, yang dikenal hanya tetangga dekat nya saja. Untuk tetangga yang berlainan lantai ataupun blok tidak banyak yang dikenalnya. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang menghuni RuSuNaWa dan banyaknya orang yang baru di RuSuNaWa. RuSuNaWa sendiri memiliki lingkungan pergaulan yang cenderung tidak peduli.” Kesibukan penghuni RuSuNaWa yang bekerja dalam kesehariannya membuat interaksi tidak terjalin dengan baik dengan para penghuni lainnya. Bagi para penghuni RuSuNaWa yang berada di rumah setelah selesai bekerja seharian, tentunya ingin beristirahat sehingga akhirnya merasa malas untuk berinteraksi dengan tetangga lainnya di hunian RuSuNaWa. Akibat dari banyaknya waktu yang dibutuhkan di luar lingkungan hunian RuSuNaWa dibandingkan dengan menghabiskan waktu di dalam lingkungan hunian RuSuNaWa, sehingga untuk mengenal penghuni lainnya di RuSuNaWa tidak memiliki kesempatan. Penghuni RuSuNaWa hanya sekedar senyum sapa saja apabila saling berpapasan di lingkungan hunian RuSuNaWa. Hubungan bertetangga penghuni di RuSuNaWa juga tidak bisa dihindari dari rasa gengsi dan kecemburuan akibat dari hubungan interaksi yang tidak berjalan dengan baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Siti pr, 47 tahun sebagai berikut : “Hubungan antar tetangga satu sama yang lain di RuSuNaWa tidak begitu baik, adanya suatu gengsi antar tetangga, kecemburuan dalam hal ini kepada tetangga di RuSuNaWa sering terjadi. Ibu juga tidak begitu mengenal para tetangga, walaupun satu blok maupun satu lantai apalagi kalau sudah beda blok. Kegiatan ibu kan diluar berdagang, jadinya jarang bisa berkumpul dengan tetangga lainnya. Kalau sudah tiba di rumah maka beristirahat karena telah capek bekerja seharian. Kebiasaan yang ada paling sama tetangga cuma senyum saja kalau papasan. Interaksi yang terjalin tidak bisa berjalan dengan baik.” Proses interaksi yang berjalan dengan sedemikian rupa di hunian RuSuNaWa. Perbedaan persepsi dengan adanya suatu pandangan tersendiri yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, suku serta pemahaman yang sudah terpengaruh oleh kehidupan kota yang individualis. Para penghuni yang tinggal di RuSuNaWa merasa kesulitan di dalam kesehariannya melakukan interaksi dan berprilaku dalam kehidupan sosial karena adanya pembatasan diri terhadap orang lain yang baru dikenalnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ruslan lk, 31 tahun sebagai berikut : “Kecenderungan yang ada di RuSuNaWa ini warganya memegang prinsip siapa aku dan siapa dia, tidak peduli terhadap warga RuSuNaWa itu sendiri. Padahal interaksi yang terjalin seharusnya itu diutamakan demi terwujudnya rasa harmonis antar warga RuSuNaWa dan kenyataannya akibat sosialisasi yang kurang erat jadinya hubngan antar penghuni tidak bisa dekat.” Sikap individualis yang terjadi di hunian RuSuNaWa berimbas pada para penghuni yang dalam kesehariannya bersikap tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya, baik dengan para penghuni lain maupun lingkungan huniannya. Kegiatan yang sifatnya secara umum dan diikuti oleh penghuni RuSuNaWa sering tidak di respon dengan baik. Setiap penghuni menjaga dirinya masing-masing dari keadaan yang terjadi di lingkungan hunian RuSuNaWa. Pembatasan diri setiap penghuni hanya mementingkan dirinya sendiri. Pemahaman yang diterapkan yaitu selama suatu individu merasa dalam kondisi terganggu maka tidak takut untuk membalasnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Edi lk, 32 tahun sebagai berikut: “Dengan para tetangga di hunian ini tentunya cuma kenal muka saja, lagian umumnya disini pada cuek orang-orangnya. Bapak juga menjaga hubungan dengan tetangga kok, prinsipnya kalau dia jual awak belilah. Beranikan saja, tidak usah takut kalau benar. Ada yang ngajak ribut ya ladeni saja.” Kurang baiknya tanggapan atas suatu kegiatan yang sifatnya umum untuk para penghuni RuSuNaWa, keikutsertaan para penghuni sangat minim dalam kegiatan tersebut. Kegiatan rutin yang telah dilakukan seperti umumnya dimaksudkan membentuk kebersamaan antara para penghuni yang tinggal di RuSuNaWa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Jenal lk, 59 tahun sebagai berikut: “Hubungan antar penghuni disini tidak begitu baik, cenderung mengarah pada sikap individual serta rasa egois yang tinggi oleh masing-masing penghuni. Bisa dilihat dari setiap adanya bentuk kegiatan yang diadakan tapi respon nya tidak ada, tidak ikut membantu merasa tidak peduli.” Pembatasan interaksi yang dilakukan oleh penghuni, dengan maksud untuk berhati-hati dalam melakukan hubungan sosial di lingkungan hunian RuSuNaWa. Ada penghuni yang menghindari untuk tidak berlebihan dalam berinteraksi dengan para penghuni lainnya, karena adanya anggapan ditakutkan terjadi suatu penyimpangan yang tentunya berimbas pada kerugian penghuni lainnya. Kondisi penyimpangan tersebut memang tidak bisa dipungkiri bisa terjadi terhadap suatu proses interaksi yang tidak berjalan dengan semestinya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Siti pr, 47 tahun sebagai berikut : “Selama mendiami RuSuNaWa ibu bersosialisasi sekedarnya saja, ibu juga sadar sebagai penghuni yang lumayan baru di RuSuNaWa sehingga tidak begitu dekat dengan warga RuSuNaWa. Pandangan ibu terkadang interaksi yang berlebihan menimbulkan suatu masalah, misalnya gini lebih dari dua orang ngerumpi terakhirnya jadi menggosip maka akan timbul fitnah. Hal itu lah yang ibu hindari, takut malah buat masalah kalau sering cerita-cerita dengan tetangga.” Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa proses interaksi oleh penghuni RuSuNaWa tidak berjalan dengan lancar. Sikap rasa individualis yang dipengaruhi oleh pemahaman, latar belakang dan kondisi hidup di daerah perkotaan menimbulkan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Para penghuni juga membatasi dirinya dalam hal berinteraksi di lingkungan sosialnya, pembatasan ini dilakukan agar mereka tidak terlalu ikut campur dalam permasalahan yang ada di hunian RuSuNaWa, baik itu menyangkut permasalahan dengan tetangganya di RuSuNaWa itu sendiri. Adanya rasa khawatir terhadap interaksi yang berlebihan menimbulkan suatu penyimpangan yang akan merugikan pihak-pihak tertentu, oleh karena itu maka tidak jarang banyak para penghuni RuSuNaWa yang tertutup pada hubungan sosialnya.

4.5.2 Interaksi Penghuni Dengan Pengelola RuSuNaWa Bersifat Disharmonis