22
2. 1. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas
Taylor, Peplau, dan Sears 1997 menyebutkan bahwa perilaku agresif disebabkan oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustasi. Serangan merupakan salah
satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Faktor penyebab agresi selanjutnya adalah
frustasi. Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.
Koeswara 1988; dalam Luthfi, 2009 menyebutkan bahwa faktor penyebab seseorang berperilaku agresif bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal frustasi, deindividuasi, stres, dan kepribadian dan faktor eksternal kekuasaan dan kepatuhan, efek senjata, provokasi, alkohol dan obat-
obatan, suhu udara, media massa, budaya, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Frustasi yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, dari frustasi maka akan timbul perasaan-
perasaan agresif b. Deindividuasi adalah suatu keadaan dimana individu kehilangan kesadaran atas
dirinya self awareness yang diakibatkan oleh situasi yang merasa tertekan. Anonymity memperbesar deindividuasi Wiggins Zanden, 1994.
23
c. Stress, dalam istilah psikologi stress dikatakan sebagai stimulus, seperti ketakutan, kesakitan, yang mengganggu atau menghambat mekanisme-mekanisme fisiologis
yang normal dari organisme. d. Kepribadian. Orang dengan kepribadian otoriter memiliki kecenderungan agresi
yang lebih tinggi. Demikian juga halnya dengan orang-orang yang bertemperamen pemarah, memiliki kecenderungan agresi lebih tinggi dibandingkan temperamen
bukan pemarah.
2. Faktor Eksternal
a. Kekuasaan dan kepatuhan. Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan yang cenderung disalahgunakan dan penyalahgunaan tersebut merubah kekuasaan
menjadi kekuasaan yang memaksa, yang memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku agresif, seperti yang ditunjukkan oleh Hitler,
Mussolini, Stalin dan sejumlah besar manipulator kekuasaan lainnya. b. Efek senjata. Dalam penelitian Berkowitz dan Lepage 1967; dalam Berkowitz,
1995 yang menguji tentang efek senjata api terhadap kecenderungan perilaku agresi pada individu akan menghasilkan kesimpulan bahwa individu yang
berhubungan dengan senjata api cenderung menjadi lebih agresif dari pada individu yang tidak berhubungan dengan senjata api.
c. Provokasi yaitu oleh pelaku agresi provokasi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh
ancaman tersebut.
24
d. Akohol dan obat-obatan. Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Subyek yang menerima alkohol dalam takaran-takaran
yang tinggi menunjukkan taraf agresivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak menerima alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang
rendah. Alkhohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya, sehingga taraf agresivitas juga tinggi Myers, 2009.
e. Suhu, polusi udara, bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan perilaku agresi. Clarsmith dan Anderson 1979; dalam Iska, 2008, menyimpulkan
bahwa musim panas terjadi lebih banyak tingkah laku agresif karena musim panas hari-hari lebih panjang serta individu memiliki keleluasaan bertindak yang lebih
besar ketimbang pada musim-musim yang lain. f. Media massa. Film dan TV dengan kekerasan dapat menimbulkjan agresi pada
seorang anak, makin banyak menonton kekerasan dalam acara TV makin besar tingkat agresif mereka terhadap orang lain, makin lama mereka menonton, makin
kuat hubungannya tersebut. g. Budaya. Beberapa daerah mengembangkan budaya kekerasanagresi. Orang yang
lebih agresif mendapatkan penghargaan sosial yang lebih tinggi dalam suatu masyarakat.
25
2. 2. Kepribadian Big Five 2. 2. 1. Pengertian Kepribadian Big Five
Allport 1937; dalam Ghufron 2010 mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan
karakteristik perilaku dan pikirannya. Allport menemukan ribuan kata sifat yang bisa menggambarkan kepribadian dalam bahasa Inggris, tetapi ia mengasumsikan daftar
tersebut harus dikurangi dengan menghilangkan istilah yang memmilki arti yang sama. Cattell kemudian mengembangkan metode leksikal berdasarkan bahasa.
Sejumlah trait yang Allport temukan dikelompokkan, dinilai, dan dihitung berdasarkan metode analisis faktor oleh Cattell 1966; dalam Friedman 2008, yang
mengemukakan adanya 16 trait kepribadian dasar. Dari analisis inilah mulai muncul berbagai penelitian mengenai trait, dan kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa
pendekatan trait terhadap kepribadian dapat dilihat melalui lima dimensi, yang biasa disebut big five personality Friedman, 2008.
Secara modern bentuk dari taksonomi big five, diukur dengan dua pendekatan utama. Cara pertama dengan berdasar pada self rating pada trait kata sifat tunggal, seperti
talkactive, warm, moody, dsb. Pendekatan lain dengan self rating pada item-item kalimat, seperti hidupku seperti langkah yang cepat Larsen Buss, 2005.