31
Compliance ; Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal Modesty ; Individu yang sederhana dan rendah hati
Tender-mindedness ; Simpatik dan peduli terhadap orang lain.
5. Conscientiousness C
Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang.
Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang
well-organize, tepat waktu, dan ambisius. Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir
sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Disisi negatifnya trait kepribadian ini
menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah
teralih perhatiannya. Facet conscientiousness adalah sebagai berikut: Competence ; Kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam melakukan
sesuatu Order ; Kemampuan mengorganisasi
Dutifulness ; Memegang erat prinsip hidup Achievement-striving ; Aspirasi individu dalam mencapai prestasi
32
Self-discipline ; Mampu mengatur diri sendiri Deliberation ; Selalu berpikir dahulu sebelum bertindak
Berikut ini merupakan gambaran karakteristik individu ketika diukur dengan skor tinggi rendah Pervin, 2005:
Skala Trait Karakteristik Skor
Tinggi Rendah
Neuroticism N
Menggambarkan stabilitas emosional dengan cakupan-
cakupan perasaan negatif yang kuat termasuk kecemasan,
kesedihan, irritability dan nervous tension.
Cemas, gugup, emosional, merasa
tidak aman, merasa tidak mampu, mudah
panik Tenang, santai,
merasa aman, puas terhadap dirinya, tidak
emosional, tabah.
Ekstraversion E Mengukur
kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal,
tingkatan aktivitas, kebutuhan akan dorongan, dan kapasitas
dan kesenangan.
Agreeableness A Mengukur
kualitas dari apa yang dilakukan dengan orang lain
dan apa yang dilakukan terhadap orang lain.
Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial, aktif, banyak bicara, orientasi pada
hubungan sesama, optimis, fun-loving,
affectionate. Lembut hati, dapat dipercaya,
suka menolong, pemaaf, penurut.
Tidak ramah, bersahaja, suka
menyendiri, orientasi pada tugas, pendiam.
Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif,
pendendam, kejam, manipulatif.
Openness O Gambaran
keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental individu
dan pengalamannya. Ingin tahu, minat luas,
kreatif, original, imajinatif,
untraditional. Konvensional,
sederhana, minat sempit, tidak artistik,
tidak analitis.
ConscientiousnessC Mendeskripsikan perilaku
yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan kontrol dorongan
secara sosial. Teratur, pekerja keras,
dapat diandalkan, disiplin, tepat waktu,
rapi, hati-hati. Tanpa tujuan, tidak
dapat diandalkan, malas, sembrono,
lalai, mudah menyerah, hedonistic.
33
2. 3. Self-Control
2. 3. 1. Definisi Self-Control
Averill 1973 mendefinisikan kontrol diri sebagai kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri behavior control, kemampuan untuk mengolah informasi
cognitive control, dan kemampuan untuk memilih suatu tindakan yang diyakininya decisional control.
Calhoun dan Acocella 1990 mendefinisikan kontrol diri self-control sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain
serangkaian proses yang mebentuk dirinya sendiri. Golfried dan Merbaum dalam Lazaruz, 1976 mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk
menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan
keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang
diinginkan. Dalam Chaplin 2000, self-control diartikan sebagai kemampuan untuk membimbing
tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive.
Synder dan Ganested 1986; dalam Ghufron, 2010 mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara