Kerangka Berfikir Faktor Ekternal
41
menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences.
Neuroticism menggambarkan stabilitas emosional dengan cakupan-cakupan perasaan negatif yang kuat termasuk kecemasan, kesedihan, irritability dan nervous tension.
Ekstraversion mengukur kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal,
tingkatan aktivitas, kebutuhan akan dorongan, dan kapasitas dan kesenangan.
Openness mengukur gambaran keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental
individu dan pengalamannya. Agreeableness mengukur kualitas dari apa yang dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan terhadap orang lain.
Conscientiousness mendeskripsikan perilaku yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan kontrol dorongan secara sosial. Dengan demikian, neuroticism memiliki
hubungan positif dengan agresivitas. Sedangkan trait yang lain tidak memiliki hubungan yang positif Mastuti, 2005.
Self-control juga mempengaruhi agresivitas seseorang. Sel-Control dapat diartikan sebagai pengatur proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Self-Control juga
berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Dengan adanya kontrol diri yang baik, akibat yang tidak
menyenangkan dari suatu situasi dapat diantisipasi Luthfi, 2009. Ketika seseorang memiliki self-control yang tinggi, maka kemungkinan ia berhasil
dalam mengolah emosinya dan menciptakan pola tingkah laku yang positif bagi
42
lingkungan sekitar. Namun sebaliknya, jika seseorang memiliki self-control yang rendah, kemungkinan ia tidak akan berhasil dalam mengolah emosinya dan
menciptakan pola tingkah laku yang negatif bagi lingkungan sekitar. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki self-control rendah akan cenderung untuk melakukan
agresivitas. Selain tipe kepribadian dan self-control, faktor usia, dan etnissuku bangsa juga
mempengaruhi agresivitas. Penelitian Parry 1968; dalam Tremblay, 2002 yang mengkaitkan usia dengan agresivitas menemukan, pengemudi yang lebih muda
mempunyai dorongan untuk melakukan agresi lebih besar dibandingkan pengemudi yang lebih tua. Wiesenthal, dkk 2000; dalam Tremblay, 2002 juga menemukan
bahwa pengemudi yang lebih muda usia 18-23 memiliki skor signifikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengemudi yang lebih tua usia 24-66 pada the Driving
Vengeance Questionnaire. Pendapat ahli dari ilmu antropologi dan psikologi seperti Segall, Dasen, Berry dan
Poortinga 1999; dalam Sarwono, 2009 menyebutkan bahwa lingkungan geografis mempengaruhi agresivitas. Masyarakat yang hidup di pantaipesisir, menunjukkan
karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Dalam penelitian di Amerika Serikat, diketahui bahwa masyarakat di bagian selatan Amerika Serikat
mempunyai Agresivitas lebih tinggi. Hal ini diketahui melalui angka pembunuhan yang tinggi Taylor, Peplau, dan Sears, 2009. Penelitian Dewi Suryani Ekawati
2007; dalam Nashori, 2008 juga menyatakan ada perbedaan perilaku agresif antara
43
mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak yang tinggal di Yogyakarta. Dimana mahasiswa etnis Batak memiliki perilaku agresif yang lebih tinggi dibanding
mahasiswa etnis Jawa.
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir
Kepribadian big five
Self control
Etnis Usia
Decisional control Cognitif control
Behavior control
44