36
2. Kontrol kognitif cognitive control
Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu
kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu:
a. Memperoleh informasi information gain, maksudnya dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan,
individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. b. Melakukan penilaian appraisal, berarti individu berusaha menilai dan
menafsirkan suatu keadaaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi positif secara subjektif.
3. Mengontrol keputusan decisional control
Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri
dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih kemungkinan
berbagai tindakan.
37
Menurut Block dan Block 1952; dalam Lazarus, 1991 ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu:
1. Over Control, merupakan kontrol diri yang dilakuakan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi
terhadap stimulus. 2. Under Control, merupakan suatu kecenderuangan individu untuk melepaskan
impulsivitas dengan bebas tapa perhitungan yang masak. 3. Appropriate Control, merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan
impuls secara tepat.
2. 3. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri
Sebagaimana faktor psikologis lainnya, kontrol diri dipengaruhi oleh faktor internal dari diri individu dan faktor ekternal lingkungan individu.
1. Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrool diri seseorang itu.
2. Faktor Ekternal
Faktor ekternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga, terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian
Nasichah 2000; dalam Ghufron, 2010 menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua yang semakin demokratis cenderung diikuti
38
tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Oleh sebab itu, bila orang tua menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan orang tua tetap konsisten
terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap kekonsistenan ini akan didinternalisasi anak. Di
kemudian akan menjadi kontrol diri baginya.
2.4. Kerangka Berfikir
Agresivitas dapat dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya masyarakat sipil biasa. Bahkan pegawai pemerintah penegak hukum seperti Satpol PP sekalipun
berkecenderungan melakukan perilaku agresif. Tindakan ini biasanya dilakukan satpol pp saat menjalankan tugasnya. Padahal, menurut Peraturan Pemerintah RI
no.32 tahun 2004, standar pelayanan Satpol PP meliputi: pelaksanaan ketentraman, pelaksanaan
ketertiban, pelaksanaan
penyidikan, pelaksanaan
penindakan, pengawasan pelaksanaan perda, pelaksanaan operasi pembongkaran, penghentian dan
penutupan. Namun, tampaknya standar pelayanan ini belum dipahami betul sehingga perilaku agresi masih sering dilakukan oleh oknum satpol pp.
Karena itu, menjadi aneh bila Satpol PP yang sudah memiliki peraturan tetap namun masih terjadi tindakan agesif. Hal ini memunculkan pertanyaan, faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi agresivitas Satpol PP? Setidaknya terdapat beberapa faktor munculnya agresivitas, antara lain faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yaitu: frustasi, deindividualisasi, stress, hormon,